Nikah Muda
Tidak banyak "orang gila" di dunia ini. Dan kami adalah salah satunya. "Orang gila" tidak hidup di zona nyaman. Ia suka dengan tantangan yang tentu penuh dengan resiko. Memutuskan untuk menikah muda saat belum lulus kuliah S1 misalnya.
Saat kita jatuh cinta, tentu kita berharap orang yang kita cintai mencintai kita juga. Namun jika belum saatnya, hanya akan membuat sengsara. Mencintai tanpa balasan kepastian memang membuat galau. Namun jika cinta kita tidak bertepuk sebelah tangan, mau apa setelah itu?
Aku telah jenuh dengan pacaran. Penuh dengan maksiat, maksiat hati, maksiat lisan, maksiat pikiran, dan lain sebagainya. Ujung-ujungnya putus. Buang-buang waktu. Ketika aku memutuskan untuk berhijrah, aku berdoa. Jika aku harus jatuh cinta kembali, maka aku berharap jatuh cinta kepada orang yang melabuhkan cintanya kepada-Nya. Dan aku dikaruniai cinta yang halal.
Begitu juga dengan dirinya. Saat ia jatuh cinta kepadaku dan mendapatkan balasan perasaan yang sama, ia ingin segera menghalalkan perasaan itu. Meskipun saat itu penuh dengan pertimbangan. Kami sama-sama belum lulus kuliah dan belum mapan secara finansial. Kami juga sama-sama bukan berasal dari keluarga kaya, sehingga jika ingin menikah harus dengan biaya sendiri, tanpa merepotkan orang tua.
Namanya juga jodoh, kami sama-sama mantab untuk keluar dari zona nyaman. Setelah aku menolak beberapa pria mapan yang pernah datang, aku memilih yang gajinya 2 juta per bulan dan belum lulus kuliah. Melalui istikharah, aku telah mantab dengannya. Dengan dia yang diidamkan banyak wanita di sekitarku. Dan aku yakin dia memang pria idaman yang bertanggung jawab. Tugasku saat itu tinggallah meyakinkan orang tua.
Allah memang tidak pernah ingkar dengan janji-Nya. Janji untuk menolong orang yang menikah untuk menjauhi maksiat. Dengan segala lika-liku perjuangan, mulai dari meyakinkan keluarga dan orang tua, mencari dana, dan lain sebagainya, dan meskipun tanpa pesta mewah, kami berhasil menyelenggarakan akad dan resepsi pernikahan. Saat itu banyak sekali pertolongan-pertolongan-Nya yang datang tak terduga. Dan yang paling penting, kami tidak menyusahkan orang tua. Karena bagi kami, sudah tidak zaman lagi hidup dalam kehebatan orang tua.
Keluar dari zona nyaman, itulah yang kami lakukan. Meskipun banyak sekali ujian yang menghadang, satu per satu kami hadapi. Menyelesaikan tugas kami sebagai mahasiswa, menjalani hidup sebagai pasangan dengan segala hak dan kewajiban, dan tetap membangun cita-cita. Tak peduli dengan apa kata mereka yang suka menghina. Menjalani hidup bersama mulai dari "nol", membuat hidup dan ikatan kami terasa lebih berarti.
#day22 #30DWC #30DWCjilid11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar