About me

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Instagram: @dewikusumapratiwi Facebook: https://www.facebook.com/dewi.kusumapratiwi

Sabtu, 29 Desember 2012

Istiqomahlah yang Sedang Belajar, Belajar tentang Kebenaran

Sahabat, ketika aku mulai belajar islam, pelan dan perlahan, aku merasakan kenikmatan-kenikmatan di dalamnya. Indahnya islam dengan segala aturan / syari'at dan ukhuwah(persaudaraan)nya, yang tidak sebanding dengan apapun. Aku sangat bersyukur ketika aku diberikan hidayah untuk menjalankan syari'at islam, satu per satu, karena belum tentu semua orang merasakannya. Aku juga bersyukur ditempatkan di tempat yang "cukup kondusif" seperti di sini. Hingga sekarang pun, aku masih dalam proses belajar dan aku merasa aku belum kaffah (menyeluruh) dalam berislam sehingga aku harus belajar lebih banyak lagi dan beramal lebih giat lagi. Mungkin, ini adalah alasan mengapa rasulullah saw dulu mengajarkan ilmu akidah saja sampai puluhan tahun kepada para sahabatnya, itu saja untuk level para sahabat rasul. Lalu untuk aku dengan segala keterbatasan & kekuranganku, butuh berapa puluh / ratus tahun lagi? Entah, aku hanya bisa berusaha semampuku.

Menuntut ilmu itu aku ibaratkan dengan mendaki puncak gunung. Kita tidak bisa melakukannya dengan sendiri. Kita butuh teman. Kita memiliki cita2 besar, yaitu mencapai puncak. Pada saat mendaki, kita akan menemukan banyak rintangan yang "memaksa" kita untuk survive (bertahan) dan kitapun harus tetap memperhatikan teman-teman kita. Kita akan saling menjaga dan saling menolong. Rintangan dan cobaan itu bentuknya bermacam-macam: batu-batuan terjal, jalanan yang licin, binatang buas di sekitar, hujan, badai angin, dan lain-lain.
Ketika sudah sampai di pertengahan pendakian, sangat wajar jika kita merasakan kelelahan. Di sanalah keistiqomahan kita akan diuji. Apakah kita akan melanjutkan pendakian, atau akan kembali turun ke bawah. Dan mungkin saja akan ada rintangan atau cobaan yang melanda, misalnya kita kepeleset, digigit ular, kejatuhan batu dari atas, atau yang lainnya sehingga kita dapat terjatuh atau menggelinding ke bawah. Di sanalah peran teman kita atau peran kita sebagai teman.
Mengutip dari film 5 cm, ketika Genta mengingatkan teman-temannya bahwa kalau merasa lelah, bilang saja, satu lelah semuanya berhenti & istirahat. "Pendaki gunung itu gak boleh gengsian. Banyak pendaki yang berguguran di tengah jalan karena gengsi". (mungkin redaksinya gak sama persis, tapi inti yang ingin aku ambil seperti itu).

Begitu juga dalam menuntut ilmu, ada kalanya kita merasa jenuh atau kecewa, maka godaan-godaan akan berdatangan. Jika rasa lelah atau rasa kecewa itu kita pendam sendiri sehingga membuat kita mencari pelarian yang dapat melanggar syari'at islam, maka ibarat kita digigit ular namun diam saja, atau kita ditimpa batu namun kita tidak teriak mengadu sehingga teman-teman kita tidak akan mengetahui kalau kita saat itu sedang membutuhkan bantuan. Jika luka itu kita diamkan berlama-lama, maka akan terjadi infeksi /penyakit dan kita tidak akan kuat lagi melanjutkan perjalanan, bahkan mungkin kita bisa mati (gugur). Pun kalau kita hanya jatuh, maka akan sulit untuk bangun kembali, tanpa teman.

Akan terasa berbeda jika kita baru memulai langkah untuk mendaki gunung, kita akan bersemangat menuju puncak karena kita belum melewati rintangan-rintangan dan cobaan-cobaannya. Maka, perbaikilah, perkokohlah dan luruskanlah niatmu dari sekarang. Kuatkanlah prinsipmu dari sekarang. 

"Istiqomahlah kamu yang sedang belajar, belajar tentang kebenaran".

Istiqomahlah kamu yang sedang berjuang, memperjuangkan kebenaran.
Karena pengalaman perdana naik itu terasa lebih mudah daripada ketika harus naik lagi setelah terjatuh.
Walaupun, dengan sering jatuh, kita akan merasa lebih kuat. Itu juga jika kita sanggup untuk bangun kembali. Tidak mustahil jika kita tidak akan pernah bisa bangun kembali atau saat itu kita telah mati (gugur).

Pada dasarnya, jika seseorang yang berada di ketinggian yang telah dilaluinya dalam waktu yg tidak singkat dengan penuh perjuangan, lalu ia terjatuh, maka akan sangat sulit untuk ia naik kembali bahkan untuk bangkit sekalipun. Ia harus memiliki mental yang kuat dan jiwa yang tegar. Seandainya ia mampu naik kembali, ia akan melalui beberapa proses yg sangat berat: bangun dari jatuhnya, mengobati luka-lukanya, belajar berdiri dan berjalan, menunggu lukanya hingga sembuh atau minimal merasa telah baikan, baru ia bisa memulai melanjutkan perjalanannya kembali. Penuh perjuangan dan air mata. Berat.

Bersyukurlah yang sedang belajar dalam kebaikan. Istiqomahlah dan teruslah berusaha naik, jangan sampai terlena dan terjatuh karena keindahan sekitar.

Istiqomahlah kamu yang sedang belajar memakai kerudung (QS. An Nur:31),

istiqomahlah kamu yang sedang belajar memakai jilbab (QS. Al-Ahzab:59),
karena banyak yang melepasnya.
Dan ketika sudah lepas, sulit sekali untuk memakainya kembali.
Istiqomahlah kamu yang sedang belajar tentang arti dari "hijab" (hijab dalam arti sesungguhnya, yang bukan hanya sekedar batasan pakaian, namun juga meliputi hati dan jiwa),

istiqomahlah kamu yg sedang belajar tentang "tazkiyatun nafs" (penyucian jiwa),
karena sekalinya terjerumus, sangaaaaaaattttttttttt sulit untuk menatanya kembali.

Menyatukan kembali piring kaca yg telah pecah itu jauh lebih sulit daripada berhati-hati dan menjaganya supaya tidak pecah atau dipecahkan orang lain. Karena sekalipun piring pecah itu dapat disatukan kembali dengan lem termahal sekalipun, maka tidak akan pernah bisa sesempurna sebelumnya. Akan ada bekas yang sulit dihapuskan.

Istiqomahlah sahabat...


Karena aku di sini berbagi pengalaman, aku di sini mencintaimu, maka aku tidak ingin kamu terjatuh di lubang yang pernah aku rasakan.

Luruskan kembali niatmu, sahabat; kuatkanlah prinsipmu; lalu istiqomahlah, meski jalan ini berat...beraaaaatttttttt sekali bahkan.
Yakinlah, di depan sana ada puncak indah yang menantimu. :-)

note: ilmu di sini bisa diluas-artikan dengan dakwah atau jihad di jalan Allah.

Allaahu 'alam bish shawab.

Minggu, 09 Desember 2012

Jika Kau Ingin Menjadi Bagian dari Solusi

Ini kisah nyata. Pelajaran ini aku peroleh dari suatu forum, kemarin, sabtu, 8 Desember 2012.
Entah, jalan ini berkah atau tidak. Allahu 'alam. Aku hanya berusaha melakukannya karena Allah. Aku berharap, jalan ini diberkahi dan semua yang berada di jalan ini selalu diridhai Allah dan dimusahkan segala urusannya.
Amanahku memang tidak sebanyak mereka yg amanahnya lebih banyak dariku. Kapasitasku juga masih kecil dibandingkan mereka yg berkapasitas lebih besar. Bahkan jika aku dibandingkan dengan sahabat2ku yang berada di sini hari ini, aku seperti buih yg tidak berarti. Aku sangat ketinggalan jauh dari mereka. Mereka berwawasan sosial-politik yang luas, mereka memikirkan umat setiap hari dan selalu berusaha menjadi bagian dari solusi. Mereka mengkaji masalah untuk menghasilkan solusi setiap malam, di mana pada waktu2 tersebut, saya sedang tidur lelap. Mereka juga dituntut oleh tuntutan akademik, akademik mereka tidak semuanya oke, namun semua itu tidak pernah membuat mereka mundur dari jalan ini. Belum lagi ada yg harus bertanggungjawab terhadap finansial dirinya sendiri dan atau keluarganya, namun semuanya tidak membuatnya mundur dr jalan ini. Tenaga dan pikiran mereka diperas untuk dakwah ini.
Betapa lemahnya saya hingga cobaan sekecil ini pun, saya belum bisa lolos (ikhlas).
Ketika semuanya sedang menimpa secara bersamaan dan bertubi2 yang saya anggap masalah2 yg datang dr berbagai arah, saya masih mengeluh, "ya Allah, kenapa harus aku lg yg mengemban amanah ini? Sedangkan akademikku masih butuh perhatian khusus, TA ku belum kesentuh sama sekali, sedangkan ini sudah akhir semester. Banyak deadline tugas besar. Sebentar lagi juga UAS, dan aku belum belajar. Sedangkan si A, si B, si C dan yg lainnya bisa fokus dg urusan akademik. Kenapa harus aku lagi ya Allah? Padahal dg amanah2 ini gak menjanjikan kalau TA ku bisa beres dengan sendirinya, akademikku membaik dg tiba2, dan bahkan kalau ada apa2, gak ada yg bertanggung jawab atasnya. Belum lagi masalah2ku yang lain. Masalah keluarga, masalah pribadi, ditambah amanah2ku yg lain. Kenapa harus aku lagi ya Allah?"
Ah, ternyata semua keluhanku tadi sangat tidak berarti. Banyak orang2 hebat dan kuat di sekitarku. Mereka ditempa banyak problematika kehidupan yang SANGAT KOMPLEKS. Alangkah tidak dewasanya aku, dasar childish! Lemah! Gitu aja ngeluh! Lihat mereka! Mungkin masalah mereka lebih besar!
Tapi ternyata, gak ada alasan untuk mundur dari sini, dari jalan ini.
Kata salah seorang sahabat (satu di antara mereka), "Bahkan salah satu dari dosa besar adalah ketika kita mundur dari jalan perang tanpa alasan yg syar'i. Alasan akademik tuh gak ada di Al-qur'an sob!"
Bahkan salah seorang sahabat yg lainnya (hari ini beliau sangat menginspirasi saya) berkata, "dakwah ini bukan mengorbankan seseorang. Kita di sini berjama'ah. Kami butuh dukungan dari kalian, yg gak hanya sekedar do'a dan kata "semangat". Namun, kenapa masih ada yg mementingkan URUSAN DUNIAWI? IPK saya juga masih rendah, saya PMDK (Persatuan Mahasiswa Dua Koma) dan saya harus memperbaikinya, saya juga punya target buat lulus tahun depan. Tapi, apakah lalu saya akan meninggalkan mereka? Tidak, saya akan membantu semaksimal kapasitas yg saya punya, sembari saya memperbaiki akademik saya tsb".
:'(
Subhanallah.
Kata sahabat yg lain lagi, "jangan hanya berpikir "ini masalah gue". Kita semua punya masalah pribadi. Dan kitapun punya masalah bersama. Lihat Indonesia sekarang! Setiap dari kita harus menjadi bagian dari perubahan bangsa ini. Setiap dari kita harus mengkaji masalah bangsa ini lalu menghasilkan solusi2. Jangan apatis, yg hanya mementingkan diri sendiri! Ini masalah kita bersama!"
- Dari mereka, aku diajarkan bahwa masalahku ini tidak ada apa2nya, bahkan hanya seperti buih jika dibandingkan dengan masalah bangsa ini, bahkan mungkin bangsa2 lain di belahan bumi bagian sana.
- Dari mereka, aku diajarkan untuk tidak apatis. Kajilah masalah umat ini di manapun dan kapanpun, lalu jadilah bagian dari solusi. Oh, ternyata untuk mengkaji, aku harus berwawasan sosial politik sedangkan update berita aja jarang. Ah, itu bukan alasan! Bilang aja males buka berita (tv, radio, koran, internet)!
- Selama ini, saya termasuk org yg chupu masalah sos-pol. Lalu dari mana saya haru memulai ketertinggalan saya yg sudah sangat jauh ini? Kata temen, "Dimulai dari baca buku!" Ah, saya tuh males banget baca buku, saya gak suka baca! Kata kakak tingkat yang saat ini aktif bergerak di bidang sos-pol kampus, "dulu gue juga gak suka baca, bahkam gue gak suka berada di ranah2 kayak gini. Dulu gue anti kemahasiswaan, namun ada kakak tingkat yg ngejebak gue di sini. Dan mau gak mau gue ngikutin alur di sini. Dari sana gue banyak ingin tau dan ingin berwawasan luas, shg ada 5 macam buku/tulisan yg "wajib" buat  gue baca setiap harinya: 1. Buku ttg agama; 2. Buku ttg keprofesian saat ini (jurusan masing2); 3. Berita2 terkini (berupa artikel, dll); 4. Buku yg gak paling kita sukai: sosial-politik-ekonomi; 5. Buku ttg filsafat atau pemikiran.
Dan semua itu harus gue baca tiap harinya meski cuma beberapa lembar, lalu gue buat tumpukan list buku yg belum gue selesaiin. Jadi gue ngerasa punya tugas buat baca buku2 itu."
Saya sadar, dakwah itu selain untuk meng-Esa-kan Allah, juga untuk melayani umat (adil dan sejahtera terhadap umat). Intinya, kita dituntut untuk memikirkan permasalahan umat dan menjadi bagian dari solusi permasalahan2 umat. "Bagaimana kita akan menjadi bagian dari solusi jika kita tidak paham masalahnya?"
#update sosial politik boss.
Karena islam juga mengatur ke sana.
Semoga tulisan ini selalu menjadi reminder bagi saya dan bermanfaat untuk yg membacanya. :-)

@yang kata2nya saya kutip di tulisan ini: maaf sob, kak, jika kutipan kalimatnya tidak sama persis.
Semoga tidak mengurangi aliran pahala kebermanfaatannya untuk kalian. Aamiin. :-D

Selasa, 09 Oktober 2012

Mengapa wanita sekolah tinggi, padahal akhirnya akan masuk dapur juga?

Beberapa hari yang lalu ada beberapa teman yang menanyakan tentang ini padaku. Jawabannya saya kirim via message fb, namun tak ada salahnya jika saya share di sini. Jawaban berdasarkan apa yg saya yakini:
1. Q.S. Al Mujadilah ayat 11
Menurut saya ini bukan teori. Ini ayat Al-qur'an dan Al qur'an itu bukan teori. Jika antum menjudge Al qur'an adalah teori tanpa antum buktikan terlebih dahulu kebenaran2 di dalamnya, berarti antum melakukan fitnah besar.
2. Menuntut ilmu itu hukumnya fardhu bagi semua manusia.
Kita samain dulu ya definisi ilmu yg saya pahami dan antum pahami sebelumnya.
Ilmu itu adl segala sesuatu yg mendekatkan diri kpd Allah. Kata imam Al Ghazali (ulama), saya lupa redaksinya, tp intinya jika seseorang bertambah ilmunya maka akan bertambah kedekatannya dg Allah dan jika tidak, maka yg diperolehnya itu hanyalah kesesatan.
Ilmu terbagi jd 2: syariah (berdasarkan Al-qur'an) dan ghairu syari'ah (berdasarkan nalar/akal).
Nah hukum nya:
1. Fardhu 'ayn: harus dituntut semua manusia (misalnya ma'rifatullah / mengenal Allah / Rabb)
2. Fardhu kifayah: kl 1 muslim uda menuntut, gugurlah kewajiban yg lain, tp hukumnya bs jd fardhu 'ayn jika kebutuhan di sekitarnya masih terbatas. Misal: ahli nuclear medicine di indonesia msh terbatas, apa lg yg muslimnya, maka fardhu UNTUK yg sedang menjalani studi tentangg nya, asal tujuannya masih untuk menegakkan kalimat Allah. Jadi gak ada alasan untuk malas belajar bidang ini di samping belajar tentang islam.
Dan menuntut ilmu yg paling terfasilitasi menurut saya adalah di institusi pendidikan. Misal di ITB, karena di ITB saya bisa belajar banyak hal dan fasilitasnya ada (tentang islam, tentang science, tentang engineer, tentang art, tentang sosial, dll)
3. Nyari link dan fasilitas belajar.
"kenapa sih anak2 pd mau blajar plano? Pdhl di indonesia, ilmu2 plano itu terlalu idealis dan gak banyak kemungkinan untuk diterapkan di Indonesia."
Kenapa saya belajar di fisika ITB? Bukan hanya karena saya mau jadi fisikawan. Dan saya yakin, sekitar 80% temen2 saya lebih ingin jadi selain fisikawan daripada jadi fisikawan. Tapi yang dipelajari di fisika adalah "pola pikirnya". Toh banyak lulusan fisika yang kerja di bank, jadi pengusaha, S2 di kedokteran, ekonomi, manajemen, dll. Memang ada juga yang mendalami Fisika hingga menjadi profesor.
Kenapa harus susah2 belajar di ITB? Karena link. Saya gak hanya belajar di fisika ITB, tapi di himpunan mahasiswa fisika ITB, di unit kegiatan mahasiswa ITB, di kabinet Keluarga Mahasiswa ITB, di organisasi2 eksternal kampus (seperti kampus peduli), di tempat saya belajar memperdalami agama saya (islam), dan sebagian lagi bisa kenal dengan dosen2 ITB, alumni2 ITB, barangkali nanti ada proyek atau info tentang job vacancy, dsb. Dan belum tentu saya dapetin ini kalau saya gak kuliah dan gak kuliah di kampus ini.
4. Jadi pendidik,terutama untuk anak2 saya nanti karena yg memegang peran besar dalam mendidik anak adalah ibu. Haha.
Gak mungkin kan kita mau ngasih sesuatu tp kita gak punya sesuatu itu? Sekali lg, di kampus saya gak hanya belajar fisika, kadang di agenda kemuslimahan saya mendapat ilmu tentang rumah tangga (memasak, menjahit, merajut, ilmu mendidik anak, dll). Di pergaulan, saya mendapat ilmu tentang kemasyarakatan. Di kampus saya kenal berbagai macam type orang dengan ideologi yg dibawanya. Mereka juga termasuk yang berpendidikan. Jadi akan selalu ada ilmu yang bisa saya peroleh dari mereka.
Ilmu itu bagaikan benda yang hilang, yang akan selalu kita cari dan bisa kita dapatkan dimanapun.
Kalau saya punya keinginan untuk s2 dan s3 berarti karena saya merasa ilmu2 yg saya dapatkan selama ini belum cukup, sangat belum cukup (ilmu yg telah saya definisikan tadi, semuanya), apa lg untuk mendidik anak2 saya nanti, yg saya harapkan jadi seorang pemimpin. Karena buah jatuh gak akan jauh dari pohonnya. Hehe. Dan kalaupun saya gak lanjut s2 dan s3, harapan saya, saya gak akan berhenti untuk menuntut ilmu di manapun saya berada karena ilmu itu luas dan gak akan cukup untuk kita pelajari sepanjang usia kita.

 Kesimpulan: ilmu apapun itu gak ada yg sia2, setiap ilmu punya manfaatnya masing2 dan akan selalu ada manfaat sesuai prasangka kita atas manfaat yg akan kita dapatkan di mejelis/tempat kita menuntut ilmu. Jadi insya Allah gak akan ada yg sia2, bahkan malah akan sangat bermanfaat. Dan bermanfaat juga bagi wanita, meski wanita adalah calon ibu rumah tangga. ;-)

Rabu, 29 Agustus 2012

Panggil aku "Dew" jangan panggil "Wi"

Entah mungkin alasannya tidak syar'i, namun aku tidak suka dipanggil "wi". Dalam benakku, panggilan "wi" terkesan merendahkan atau bernada tinggi. Mungkin aku masih terima jika yang memanggil adalah orang tua. Namun orang-orang yang sebaya, terkesan ***' dan kurang enak didengar dan dirasa. :-P
Teman-teman yang merasa akrab denganku biasa memanggilku "Dedew" dan aku suka dengan panggilan itu.
Makasih Rahma, Dian, Arin, Deva, kak Ritzqi, Andre,  kak Nadia, Indah, yang dari awal telah memanggilku dengan panggilan yang aku suka. Makasih untuk Dera, Icha, Wulan, Puput, Haris, Adam, dll yang mulai terbiasa memanggilku "Dedew". Makasih untuk semua yang sering memanggilku "Dew". ^_^
I love you all. :-P
(entahtulisaninipentingtidakpenting)

Untukmu yang Ingin Mati


Tulisan ini aku buat beberapa bulan yang lalu khusus untuk seorang sahabat yang katanya ingin “mati di jalan dakwah”. Ternyata masih aku simpan filenya dan sepertinya tidak masalah jika aku post di blog untuk sekedar sharing dan mudah-mudahan bermanfaat untuk diriku dan orang-orang yang membacanya. 
Tentang dia yang katanya ingin mati, dia yang banyak memvorsir tubuhnya untuk kegiatan dakwah sehingga dia sering sakit. Dari situ, aku sempat bertanya pada ustadz di INSIST, ustadz Mohamad Ishaq, tentang hal tersebut. Beliau menjawab:
“Mati syahid itu berbagai macam tingkatannya, yang tertinggi adalah "mati" berperang di jalan Allah, dan yang lebih rendah dari itu ada beberapa seperti seorang ibu yang wafat karena melahirkan, bencana, sakit, tertimpa, dan lain-lain.
Ada hadith juga : "”Demi yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah seseorang terluka di jalan Allah, dan Allah lebih mengetahui siapa yang telah terluka di jalan-Nya kecuali dia akan datang pada hari kiamat dengan warna seperti warna darah dan wanginya seperti wangi kesturi.” (HR. Bukhari-Muslim).
Jadi mati syahid ada beberapa kategori, namun perlakuannya berbeda: syahid di medan perang tidak perlu dimandikan, dikafani dan lain-lain. Sedangkan syahid yang lainnya tetap diperlakukan seperti biasa.
Kalau syahid karena berda'wah, mugkin harus diperjelas penyebabnya dahulu. Kalau ia sakit karena tidak mau makan atau kurang menjaga kesehatan, padahal ia memungkinkan untuk melakukannya, beliau kira itu adalah sikap yang DZHALIM. Karena ada konsep tawazun juga dalam da'wah itu. TENTU TAWAZUN BUKAN SIKAP MANJA
Akan tetapi kalau sakitnya itu karena memang sudah berusaha tawazun, kemudian tetap sakit. Maka jika seorang yang tertimpa saja dapat disebut syahid, maka apalagi seorang yang berda'wah dan berjihad. Da'wah termasuk kategori berjihad sebab jihad bisa dengan amwal dan anfus, juga ilmu. Menurut Syaikh Abdullah Azzam Allahu yarham, dalam kondisi jihad fardhu kifayah, ada dalil dari al-Qur'an yang menunjukkan aktivitas memperdalam ilmu adalah tugas yang tidak sepatutnya ditinggalkan karena berjihad :
"Dan tidak sepatutnya bagi orang-orang yang beriman itu berangkat berperang semuanya, kenapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama…".
Dalam hadith juga disebutkan "orang yang mencari ilmu bagaikan berjihad di jalan Allah hingga ia kembali (man kharaja fi thalabil 'ilmi, fa huwa jihad fi sabilillah hatta yarji'a)".
Hanya saja kategori syahidnya bagaimana, beliau tidak bisa memastikan. Perlu ditanyakan kepada ahli fiqh. Terakhir: mohon difahami lagi makna kata "karena" dalam "Kalau ia sakit karena tidak mau makan atau kurang menjaga kesehatan" bukan hubungan kausalitas semata tapi OCCASIONALITAS. Allahu a'lam”.

Dari aku: aku dulu juga pernah berpikiran ingin segera mati dalam syahid, mati karena kesibukan menuntut ilmu atau mati karena penyakit. Tapi aku akui, itu memanglah sikap manja. Aku mendapatkan sesuatu yang insya Allah sangat bermanfaat, dari hasil diskusi dengan salah seorang sahabatku, Setyo (ketika itu diskusi bertiga bareng Haris usai rapat Kampus Peduli). Tentang mimpi2nya untuk menjadi bagian dari khilafah islam, tentang ayat2 yang dia lantunkan:
“Dan Telah kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi Ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan) niscaya kami kembali (mengazabmu) dan kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS al-Israa’ : 4-8)
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian.” (Al-Maidah: 3)
“Kamu adalah UMAT yang TERBAIK yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (Ali Imran: 110)
Dari sana aku berpikir dan nuraniku mengatakan, "AKU JUGA MAU!!! aku juga mau tergabung dalam golongan UMAT TERBAIK di akhir zaman yang berkontribusi dalam penegakan khilafah islam" dan semua itu memang membutuhkan persiapan yang sangat matang. Mereka, kaum yahudi, telah mempersiapkan perang dunia III selama bertahun2, sedangkan aku? aku baru sadar akan adanya perang itu di akhir zaman nanti dalam keadaan aku masih "bodoh". Tapi, katanya tidak ada kata terlambat selama Allah masih memberikan kesempatan untukku di sini. Persiapan itu memang sangat membutuhkan perjuangan dan waktu karena aku masih sangat nol bahkan bisa dibilang minus, dari segi pemahaman yang harus terus aku bangun dan aku cari, hafalan Al-qur'an yang masih sangat sedikit, dan persiapan2 lain yang tidak sedikit serta bekal yang tidak main2. Kata Rasulullah ketika ditanya sahabatnya, "kapan akhir zaman itu tiba ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab "sebentar lagi". Yah, sebentar lagi, dan itu gatau kapan. Bisa jadi tahun ini, tahun 2012, di mana mereka melakukan konspirasi besar2an, pesta bola dengan lambangnya, dll. Entah apa yang akan terjadi pada tahun ini. Atau tahun depan? atau 5 tahun ke depan? Aku masih ingin tetap menjadi bagian dari umat terbaik itu bagaimanapun caranya. Mungkin selemah2nya usahaku adalah dengan berdo'a.
Di luar mimpi yang besar itu, yang membuatku masih bertahan untuk bersemangat hidup adalah "cinta". Aku ingin mencintai orang2 di sekitarku. "Cinta itu memberi, bukan menerima", itu yang aku rasakan selama ini.
”Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain” (HR.Bukhari). Ya, aku ingin mati dalam keadaan memberikan manfaat bagi orang lain. Aku ingin mati untuk dikenang baik. Aku ingin seperti Rasulullah dan para sahabatnya yang walaupun sudah tidak ada di dunia ini, namanya masih sangat dekat dengan semua umat. Aku inigin seperti ustadz Rahmat Abdullah dan ustadzah Yoyoh Yusroh yang telah tiada tapi kisah hidupnya menginspirasi banyak orang. Aku ingin seperti ayahku, ketika meninggal banyak orang yang menangisinya karena kebaikannya dan ketika dimakamkan, ratusan orang mengantarkannya sampai penguburan selesai bahkan orang2 masih banyak yang turut mendoakannya. Dan jika saat ini aku mati? Mungkin tidak ada peduli? Mungkin tangisan dari sedikit orang hanyalah basa basi karena adat berkabung? Atau mungkin malah banyak yang bersyukur karena aku telah pergi untuk selamanya dari sekitarnya? karena mereka tidak suka dengan kelakuanku selama ini? karena aku belum memberikan banyak manfaat untuk mereka? karena aku selama ini hanya menyusahkan mereka? atau karena memang aku terlalu hina sehingga memang sebaiknya aku tidak ada di dunia ini? Naudzubillaah,  aku tidak ingin mati dalam keadaan seperti itu.
Allaahu ‘alam bi shawab.

Rabu, 07 Maret 2012

SESEORANG TERHEBAT SEPANJANG HIDUPKU

Aku menuliskannya ketika rindu ini memuncak. Ketika aku tidak bersamanya, terpisah beratus-ratus kilometer jarak. Beliau sedang di luar Jakarta dan aku sedang sakit di sini. Bukan karena beliau meninggalkanku dalam keadaan seperti ini tapi karena memang ada keperluan yang harus beliau selesaikan di luar kota selama 3 hari ini. Aku sangat merindukannya dan aku berharap Allah memberikan kesempatan untukku dapat bertemu dengannya lagi karena belum ada yang aku lakukan untuknya selama ini kecuali segunung dosa, kesalahan, dan kekecewaan. T_T
Katanya ibu sampai Jakarta besok pagi dan aku berharap aku bisa memeluk dan menciumnya kembali sama seperti sebelum beliau berangkat. T_T

Ibu pernah menyanyikanku sebuah lagu (aku tak apal liriknya tapi coba aku search dulu).


kau mau apa, pasti kan ku beri
kau minta apa, akan aku turuti
walau harus aku terlelah dan letih
ini demi kamu sayang

aku tak akan berhenti
menemani dan menyayangimu
hingga matahari tak terbit lagi
bahkan bila aku mati
ku kan berdoa pada Illahi
tuk satukan kami disurga nanti

taukah kamu apa yang ku pinta
disetiap doa sepanjang hariku
Tuhan tolong aku, tolong jaga dia
Tuhan aku sayang dia

aku tak akan berhenti
menemani dan menyayangimu
hingga matahari tak terbit lagi
bahkan bila aku mati
ku kan berdoa pada ilahi
tuk satukan kami disurga nanti

(Tuhan tolong aku juga jaga dia, Tuhan akupun sayang dia)
aku tak akan berhenti
menemani dan menyayangimu
hingga matahari tak terbit lagi
bahkan bila aku mati
ku kan berdoa pada ilahi
tuk satukan kami disurga nanti

(Lirik Lagu Wali - Doaku Untukmu Sayang)

Dan ibu gak hanya menyanyi tapi selama ini beliau selalu membuktikannya. Selama aku hidup bahkan mungkin sebelum aku ada.
Ibu, yang selama ini berjuang keras untuk anak-anaknya. Berjuang mati-matian untuk aku, Ridwan, dan Dikky. Ibu seorang single parent. Sejak ayah meninggal, ibu melakukan perannya sebagai ibu, juga merangkap sebagai ayah. Bekerja keras membanting tulang untuk mencari nafkah keluarga sendirian, berkuat hati untuk mendidik kami bertiga sendirian,  berkuat diri melindungi kami sendirian, menghadapi kejamnya fitnah dunia sendirian, dan menghadapi kerasnya cobaan hidup ini sendirian.

Ibu setiap hari harus mencari nafkah sendirian, mengerjakan proyek bersama teman-temannya bahkan hingga pulang malam. Padahal sangat bahaya bagi ia seorang wanita, apalagi ibuku cantik. Aku saja di Bandung selalu diingatkan teman2ku "jangan pulang malam, tidak baik untuk akhwat, bahaya!" dan nasehat2 tentang sebaiknya akhwat tidak pulang malam. Jika aku terpaksa pulang malam karena sesuatu yang mendesak, aku selalu diantarkan pulang oleh beberapa teman ikhwan. Sedangkan ibuku? Siapa yang mengantarnya? Kalaupun diantar temannya, ah, temannya laki-laki, nanti bisa jadi fitnah. Tapi kalau pulang malam sendirian, bahaya mengancamnya. T_T Tapi aku selalu berdo'a, supaya Allah selalu melindungi dan menaunginya.
Aku pernah ikut ibu ke tempat proyeknya, hm, memang kebanyakan temannya laki-laki karena memang proyek seperti itu biasa dilakukan oleh laki-laki. Dan memang membutuhkan waktu yang sangat lama dan tetap di sana hingga malam karena harus memantau pekerja-pekerjanya. Jika tidak beres, kerugiannya pun bisa dihitung dengan angka jutaan rupiah, lumayan untuk biaya kehidupan kami. Adikku belum cukup dewasa dan mengerti soal ini. Ridwan, walaupun dia sudah kelas 1 SMA, mengurusi dirinya sendiri aja terkadang masih perlu pantauan ibu, apalagi sampai ikut mengurusi urusan ibu. Sampai saat ini, dia belum bisa dikasih pengertian. Apalagi Dikky yang masih kecil dan manja (karena memang dia anak bungsu). Kuat tidak kuat, ibu harus melakukannya sendiri.

Ibu mendidik kami bertiga sendirian, mendidik kami yang masih kanak-kanak dan belum mandiri padahal usia kami sudah beranjak remaja bahkan dewasa. Terutama Ridwan dan Dikky, mendidik anak laki-laki pastinya tidak mudah. Ibu harus menyiapkan adik-adikku untuk menjadi seorang pemimpin, pemimpin bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya sekarang, bagi keluarganya nanti, dan bagi umat. Yang semua itu seharusnya dilakukan bersama ayah karena pastinya ayah lebih berpengalaman. Tapi bisa tidak bisa, ibu harus melakukannya sendiri

Ibu harus berjiwa besar dan pemberani, untuk melindungi kami, untuk menghadapi cobaan-cobaan hidup, dan untuk menghadapi fitnah sendirian. Ketika kami takut, ketika kami sedih, ketika kami khawatir akan perjalanan hidup ini, ibu harus bisa melindungi, menenangkan, dan menghibur kami. Ibu selalu memberikan semangat untuk kami tetap bertahan, untuk tetap bertahan hidup dan untuk tetap bisa sekolah/ kuliah. Ibu juga menghadapi cobaan-cobaan dalam hidup ini sendirian, cobaan untuk keluarga, juga untuk dirinya sendiri. Ketika harus membiayai hidup dan sekolah kami bertiga, ibu memutar otak dan membanting tulang sendirian. Namun ibu selalu bilang, "pokoknya kalian harus tetap sekolah setinggi-tingginya!" Ketika kesulitan dalam mendidik anak-anaknya, ibu harus berkuat hati untuk tetap melakukannya dengan sabar sendirian. Ibu ingin anak-anaknya menjadi disiplin dan cekatan dalam segala hal. Dan terkadang kami bertiga masih sering bandel dalam hal ini. Ketika ada masalah-masalah lain yang menyangkut pribadinya yang terkadang bahkan sering ia menyembunyikan setumpuk masalahnya dan semua itu ditanggung sendirian. Bahkan ketika muncul fitnah-fitnah dari sekitar, fitnah bagi seorang single parent, ibu selalu menghadapinya dengan hati yang lapang, sabar dan ikhlas.

Ibu pernah mengeluh dalam tetesan tangisnya, mungkin ketika itu beliau merasakan puncak-puncaknya cobaan karena sangat jarang ibu mengeluh seperti itu, "coba ada ayah ya nak, mungkin gak akan seberat ini" T_T Aku hanya terdiam membisu karena aku merasa tidak solutif dan apa yang bisa aku lakukan untuknya? untuk sedikit meringankan bebannya? TIDAK ADA. Cobaan ibu terlalu berat dalam pandanganku, namun ibu selalu tampak kuat dan tegar. Ibu selalu menyembunyikan guratan kesedihan dalam wajahnya, ibu selalu menyembunyikan tetesan tangisnya. Beberapa kali aku memergoki ibu sedang menangis merintih mengadu ke Allah. Ternyata itu yang ibu lakukan setiap malam. Tapi di siangnya ibu selalu tampak seperti tidak ada beban sama sekali bahkan selalu tampak ceria.

Lalu apa yang sudah aku lakukan untuknya selama 21 tahun ini? BELUM ADA. T_T
Ibu yang selalu berusaha membahagiakanku, selalu bahagia ketika mendengar aku bahagia, ketika aku bercerita memiliki teman-teman yang dapat membahagiakanku, ketika aku mendapatkan sesuatu yang membuatku senang walaupun tidak pernah terbagi untuknya, dan ibu selalu ikut menangis ketika aku sedih dan terluka. T_T
Aku yang selama ini banyak memperhatikan sekitar tapi aku tidak tau persis apa yang ibu alami hari itu. Aku yang sering berbagi hadiah, tapi jarang aku memberikannya pada ibu, bahkan ketika miladnya pada tanggal 14 Februari kemarin, tidak ada sesuatu yang aku kirimkan untuknya kecuali do'a seperti yang biasa aku lantunkan setiap hari. Memang tidak ada budaya milad dalam islam, ibu dan ayahpun selalu mengajarkan itu selama ini. Tapi saat milad, bukankah biasanya ukhuwah meningkat? Yang putus menjadi tersambung kembali, yang renggang jadi erat kembali, yang biasa menjadi lebih dari biasa, yang sudah dekat menjadi lebih dekat lagi. Bahkan keesokan harinya ibu ke Bandung dan mentraktirku dan beberapa teman-temanku, untuk apa? Ternyata bukan dalam rangka miladnya tapi malah miladku yang padahal 2 hari sebelum miladnya. Aku pun belum menyiapkan kado untuknya saat itu padahal tepat pada tanggal 12 ibu memeberikan sebuah kado besar berisis sesuatu yang memang aku butuhkan saat itu. T_T Hingga pemberian kado untuk ibu aku tunda dan aku tunda lagi. Apakah ini juga yang diberikan ibu kepadaku? Menunda memberikan sesuatu yang sebenarnya tidak penting dan mungkin hanya akan membuatnya terharu sesaat. Ibu tidak melakukan ini padaku, bahkan hampir setiap hari ibu berusaha membuatku bahagia. Hingga baru beberapa hari yang lalu, aku pulang dan mengajaknya belanja dari hasil usaha kecil-kecilanku yang memang masih kecil juga hasilnya, aku sengaja menyisihkannya untuk membelikan ibu baju dan sendal. Dengan begitu saja aku sudah merasa bangga padahal mungkin itu tidak ada artinya untuk ibu.

Ibu, kasihnya tulus dan tidak pernah tergantikan, dengan apapun, sekalipun seluruh emas, intan, dan permata di dunia ini aku beli dan aku persembahkan untuknya, rasanya tidak cukup untuk mengganti apa yang telah beliau berikan padaku.
Sungguh, di sini aku ingin menceritakan tentang ibuku lebih banyak lagi, tentang detail penderitaannya, tentang detail perjuangannya, tentang detail pengorbanannya, tentang detail kasih sayang dan cintanya, tapi aku tidak akan sanggup. Selain panjang, aku juga tidak akan kuat hati menahan luapan rasa sedih dan perasaaan bersalahku. Begitu banyak dosa yang aku lakukan untuknya. Tapi begitu banyak kebaikan yang beliau berikan padaku. Semua ini tidak imbang, dan aku tidak adil. T_T

Namun dalam lubuk hatiku, tertulis namanya besar-besar setelah Allah dan Rasul-NYA. Dan aku ingin memberikan kado spesial untuknya dan ayah, yaitu syurga. Aku ingin tetap bertahan hidup dan menjadi sebaik-baiknya manusia, menjadi hafidzhah supaya aku dapat memberikan mahkota dan jubah terindah untuknya di syurga nanti. T_T
Bismillaah, ibu, ayah, nantikanku di batas waktu. T_T

Tentang Jodoh dan tentang Cinta

“Maha suci Allah yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari mereka yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS Yasin (36) :36)
Jodoh, adalah sesuatu yang rumit untuk dibahas karena memang HANYA ALLAH yang MENGETAHUI. Jodoh adalah Rahasia Allah. Aku pernah mendengar, "Jodoh memang di Tangan Tuhan, tapi kalo kita gak mengejarnya, maka akan selamanya di Tangan Tuhan". Mungkin ada benarnya juga, kita harus tetap berikhtiar (berusaha). Dengan apa? Dengan mengejar 'ribuan' wanita kemudian memilihnya beberapa untuk menjadi pacar atau 'pacaran' dengan kedok ta'aruf? Dengan mendekati 'ribuan' wanita kemudian merayunya dengan kata-kata gombal atau kata-kata indah bernuansa islami supaya terkesan 'ikhwan (laki-laki) soleh'? Dengan menyentuh hati 'ribuan' wanita dengan puisi atau lagu?
Hati wanita memang lemah, hm,,,, bukan lemah deng tapi LEMBUT. Mudah sekali wahai para kaum adam untuk kau bisa mendapatkan wanita yang kau mau, untuk menyentuh hatinya dan membuatnya jatuh cinta kepadamu. Sangat mudah sekali jika kau cerdas. ^^ Namun, apakah itu caramu mencari jodoh?
Padahal jodoh tidak akan pernah tertukar. Jodohmu (wanita) tercipta dari tulang rusukmu, dan tulang rusuk itu tidak akan pernah tertukar. Allah telah menuliskan namanya di dalam kitab-NYA (kitab Lauh Mahfudz) dan suatu saat pasti akan mempertemukanya denganmu di waktu yang tepat. “Dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di langit dan di bumi, melainkan (tercatat) dalam Kitab yang jelas (Lauhul Mahfuz)” (QS: An-Naml (27) :75)
Keberkahan pertemuan itu, bergantung pada caramu sendiri. Ada yang bertemu karena 'kecelakaan' dulu akibat zina (naudzubillaah), ada yang bertemu karena pacaran (Allah suka gak ya kira-kira?), dan ada yang bertemu karena melalui proses yang sesuai dengan syariat Islam (apa saja ya? Ah, aku sendiri masih terlalu bodoh dalam hal ini, aku pun masih belajar dan belum terlalu dalam, mungkin bisa kau tanya pada guru agamamu, ustadz, atau ustadzahmu).
Aku pernah mendengar cerita kisah nyata dari saudaranya salah seorang sahabatku:
"Ada salah seorang akhwat (perempuan) aktivis dakwah dan seorang ikhwan (laki-laki) aktivis dakwah yang kuliah di suatu kampus. Mereka sering berkoordinasi di amanah-amanahnya hingga akhirnya menjadi dekat. Bukan hanya dekat secara fisik, ah, mungkin tidak semua orang tau kalau mereka dekat secara fisik, tapi mereka dekat secara hati. Mereka saling bergantung satu sama lain hingga kata temenku ini, "mereka udah kaya pasangan gitu deh". Suatu hari, ikhwan tersebut menjanjikan akan mengkhitbahnya (melamarnya), kalo gak salah di sekitar hari kelulusan mereka. Si akhwat pun merasa senang dan melapor kepada orang tuanya bahwa pada tanggal X seorang ikhwan yang 'disayangi'nya selama ini akan datang untuk mengkhitbahnya. Hingga H-2 yang dinanti sang akhwat, ikhwan tersebut mengabarkan bahwa ia tidak jadi datang ke rumahnya untuk mengkhitbahnya. Ia dijodohkan dengan gadis pilihan orang tuanya yang berasal dari daerahnya. Dan kata sahabatku, alasannya kurang syar'i. Orang tuanya bilang kalau ia harus mendapatkan istri yang berasal dari daerah yang sama yi: daerah asalnya karena budayany sama (ikhwan ini berasal dari suatu pulau di luar pulau Jawa) dan orang tuanya bilang kalau beliau tidak suka dengan orang jakarta (kebetulan akhwat ini berasal dari jakarta) *red: eh, kenapa gitu dengan orang jakarta??? T_T Hingga akhirnya ikhwan tersebut menikah dengan gadis pilihan ibunya. Akhwat pun PASTINYA mengalami kesedihan yang mendalam hingga suatu hari datanglah seorang 'laki-laki' yang selama ini menaruh harapan padanya, yang diam-diam ia mengetahui kisah akhwat tersebut. 'Laki-laki' ini, mungkin bukan tipe seperti 'ikhwan' tadi. Tapi kiarena si akhwat sedang terpuruk dalam kesedihan maka akwat tersebut menerimanya. Dan setelah menikah, banyak perubahan yang terjadi pada sang akhwat. Yang dulunya memakai rok, sekarang memakai celana jins. Yang dulunya memakai jilbab lebar, sekarang memakai kerudung seadanya. Yang dulu memakai baju yang menyembunyikan lekukan tubuhnya, sekarang memakai baju ketat. Dan kata sahabatku, anak-anaknya pun tidak dididik dengan didikan Al-qur'an."
(kata sahabatku cerita ini boleh dishare untuk pelajaran tanpa penyebutan nama pelaku)
T_T Miris, sedih, dan jahat kedengarannya! Ini cukup menjadi pelajaran berharga untukku. Memang, untuk apa menunggu sesuatu yang tidak pasti? Padahal yang pasti nanti akan tiba. Namun, menurutku semua itu tetap harus diusahakan bukan hanya dinanti dalam penantian kosong, karena kata Allah:
“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan dari belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan seuatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-ra’d(13):11)
Yang bisa kita lakukan saat ini, khususnya sebagai seorang wanita adalah berikhtiar memperbaiki internal, memperbaiki diri, membina diri, dan menjadi sebaik-baiknya diri. Karena kata Allah:
”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).” (QS. An-Nur:26)

<3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3

Cinta, ribuan pepatah membuat ungkapan tentangnya, ribuan pujangga membuat puisi tentangnya, ribuan musisi membuat lagu tentangnya, dan ribuan penyair membuat bait tentangnya.
Tapi menurutku, untuk menceritakan cinta tidak cukup dituliskan dalam satu buku karena semua perasaan ada di sana, SEMUANYA. Sangat sering aku menangis karena cinta, sangat sering aku tersenyum karena cinta, sangat sering aku bahagia karena cinta, sangat sering aku sedih karena cinta. Menurutku cinta adalah karunia dari Allah. "Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karuniaNya kepada siapa yang dikehendakiNya; dan Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui". (QS. Ali Imran:73).
Aku bersyukur karena Allah masih memberikan cinta untukku karena dengan cinta aku menjadi kuat, dengan cinta aku menjadi bersemangat, dengan cinta aku mempunyai tujuan besar, dengan cinta aku memiliki mimpi, DENGAN CINTA AKU AKAN RAIH DUNIA!
“Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (syurga).” (QS. Ali Imron:14)
Allah memberikan Cinta-NYA untukku melalui nikmat2nya yang sangat banyak dan sempurna, melalui orang-orang di sekitarku yang mencintaiku, dan melalui semua yang ada pada diriku.

Menurutku, benar sekali jika ada yang bilang "CINTA itu PENGORBANAN", lihat saja seorang ibu dan ayah yang berjuang untuk anak-anaknya, seorang suami yang berjuang untuk keluarganya, seorang sahabat yang berjuang untuk sahabatnya, dan aku merasakan itu semua. Seorang Rasulullah tercinta, Muhammad saw yang berkorban untuk umat-umatnya, untuk kita, untuk memurnikan al-qur'an dan menyampaikan kabar gembira dari Allah untuk kita, beliau berkorban dengan harta, jiwa, dan raganya untuk kita.Bahkan di nafas terakhirnya, beliau menyebut nama kita karena kekhawatirannya kepada kita, apakah kita akan selamat atau tidak? "ummatiy, ummatiy, ummatiy" T_T
"CINTA itu MEMBERI, BUKAN MENERIMA", seperti orang tua yang tidak pernah menuntut balasan dari setiap apa yang mereka korbankan untuk kita yang sekalipun seluruh intan dan permata di seluruh dunia ini digali maka tidak akan sanggup membayar kasih-sayang dan semua yang telah mereka korbankan untuk kita. Seperti Allah yang tidak pernah meminta bayaran untuk oksigen yang kita gunakan untuk bernapas setiap harinya, untuk aliran darah yang belum berhenti hingga saat ini, untuk jantung yang terus memompa dengan semestinya, untuk indra yang lengkap dan sempurna fungsinya, untuk nikmat sehat yang dapat kita gunakan untuk melakukan banyak hal, untuk nikmatnya kasih sayang orang tua, keluarga, dan semua orang yang menyayangi kita, untuk nikmatnya berukhuwah, nikmat iman, islam dan ihsan yang tidak semua orang memilikinya dan untuk SEMUANYA yang tidak akan pernah terhitung nikmat gratisnya yang diberikan kepada kita sekalipun pohon di seluruh dunia dijadikan pena dan seluruh isi lautan di seluruh dunia dijadikan tinta kemudian ditambahkan lagi sebanyak 7 kali. (kata-kata dalam Al-qur'an).
"CINTA itu MENERIMA APA ADANYA, BUKAN MENUNTUT", seperti orang tua kita yang menerima kita meskipun kita tidak sempurna, meskipun kita tidak secantik bidadari atau tidak setampan pangeran, meski kita tidak secerdas Einstein, meski IP kita tidak selalu 4, meski penghasilan bulanan kita terkadang tidak sempat dirasakannya karena sudah habis untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri. Dan Allah yang selalu memberikan ampunan kepada kita meski setiap hari kita melakukan segunung dosa. T_T
Yah, cinta yang paling abadi hanyalah CINTA ALLAH karena Allah Yang Memilikinya, Allah Yang Membuatnya, Allah Yang Mendatangkannya, dan Allah pula Yang akan Mengambilnya kembali. Dan semua itu tertulis banyak di dalam Al-qur'an jika kita menyadari dan mau memikirkannya.

Dan aku ingin mendapatkan jodoh seseorang yang aku cintai. (^,^)v
Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah ia menciptakan untukmu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS Ar Rum : 21)
“Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal sholeh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati mereka kasih sayang” (QS Maryam : 96)
Dalam diam dan do'a, dalam penantian yang produktif, dan dalam harapan suci penuh syukur, aku percaya, rencana Allah itu indah(.^,^.)

wallaahu 'alam bi showab.

Rabu, 29 Februari 2012

Muslim Family of Mathematics and Natural Science (MILIS) Institut Teknologi Bandung

UKHUWAH itu INDAH
Tak mengenal jarak dan waktu
Selalu ada untuk saling memberi
Selalu ada untuk saling berbagi
Saling menyemangati, saling mengingatkan, dan saling menguatkan
Walaupun kini amanah kita berbeda-beda,
Walaupun kini ranah kita berbeda-beda,
walaupun kini prodi (program studi) kita berbeda-beda,
namun UKHUWAH selalu jadi NOMOR SATU
 Ana uhibbukun fillaah, MILIS ITB 2009 ^_^


 

Memories of MILIS ITB 2009,by Sarah Ismi Kamilah Fi09

Pesan dari seseorang:
Dewi, kita tuh bersahabat bukan karena kita satu organisasi, bukan karena kita satu fakultas, dan bukan karena kita satu amanah, namun KITA BERSAHABAT KARENA ALLAH, dan semoga selamanya akan seperti itu. ^^

Semua Urusan Kita Akan menjadi Mudah, jika....

Jika hanya satu surat dalam Al-qur’an yang turun, cukuplah QS. Al-Ashr. “Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beramal soleh. Dan saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran”
Secara umum, taqwa adalah menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Secara harfiah, taqwa berarti takut dengan kesadaran yang tinggi. Dapat dianalogikan dengan takutnya seorang anak terhadap orang tuanya namun tetap ingin dikasihi.
Dalam QS. Al-Baqarah:1-5
Surat yang didahului dengan ayat Alif Laaaaaammiim berarti mengundang perhatian dengan sangat.
Al-qur’an diturunkan dengan kebenaran yang nyata.
Kitab itu adalah bimbingan bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu:
-          Yakin kepada yang ghaib
-          Mengerjakan sholat
-          Mementingkan kepedulian dengan berinfaq
-          Yakin kepada seluruh kitab Allah, khususnya Al-qur’an
-          Yakin kepada hari kiamat
Orang-orang yang bertaqwa akan mendapatkan hidayah dan kesuksesan, berupa:
-          Allah selalu membuka jalan keluar untuk setiap masalahnya à QS. Ath-Thalaq (65:2),
Allah akan mencukupkan keperluannya, memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka à QS. 65:3, Barangsiapa yang bertaqwa kepada ALLOH niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rejeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya”
Rezeki adalah pemberian Allah, sesuatu yang dimakan dan diminum, sesuatu yang dipakai, dan sesuatu yang diinfakkan (ini meruoakan rezeki abadi)
-          Memudahkannya dalam semua urusannya à QS. 65:4 “...Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. 65:4)
Contoh urusan: rezeki, amanah2 (akademik, amanah dakwah, amanah sebagai orang tua, anak atau suami), jodoh, dll.
Allah menghapus kesalahan2nya dan akan melipatgandakan pahala baginya à QS. 65:5,
“….Dan Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya”
Tidak ada beban yang lebih berat daripada dosa. Dosa membuat urusan2 menjadi sulit.
-          Mendapatkan furqan (pembeda), mana yang benar dan mana yang salah, mana yang harus disikapi dan mana yang tidak.
Salah satu dalam do’a pada al-Matsurat, penyakit2 taqwa yang kita berdo’a untuk dihindarkan daripadanya adalah:
-          Kebingungan (kegelisahan)
-          Kesedihan (frustasi, futur, bete)
-          Kelemahan (tenaga, akal, ruhiyah)
-          Kemalasan
-          Sikap pengecut (takut resiko dalah berbagai hal: ibadah, berjuang, belajar, dll)
-          Pelit
-          Hutang (hutang uang, hutang urusan yang tertunda seperti: belajar yang ditunda2 sehingga materinya menumpuk, gak dateng pembinaan beberapa kali sehingga akhirnya jadi sungkan untuk dateng lagi karena ‘hutang’ (gak dateng pembinaan) yang menumpuk, hafalan yang ditunda2, pengerjaan tugas dan amanah yang tertunda2 sehingga menumpuk)
-          Kesewenangan orang lain
Unsur-unsur atau elemen-elemen taqwa dari segi pengalaman:
1.       Mu’ahadah (merasa / yakin terikat janji dengan Allah)
Sesungguhnya kita telah terikat janji dengan Allah, yaitu: Dalam bacaan Al-Fatihah kita “Hanya kepada-Mu lah aku menyembah dan hanya kepada-Mu lah aku memohon pertolongan”. Selain itu, dalam do’a kita di Al-Ma’tsurat yaitu sayyidul istighfar yang isinya muhasabbah.
2.        Muraqabah (merasa diawasi (direkam) oleh Allah SWT)
Muraqabah adalah puncak ibadah, yaitu ihsan : beribadah kepada Allah hingga melihat Allah atau minimal merasa bahwa Allah melihatnya. Perhatikan diri kita ketika sholat, apakah kita sudah bermuroqobah?
3.       Muhasabbah (menghisab diri)
Tiga hal yang perlu dihisab: lahir, batin, dan akal.
Cara bermuhasabbah: merenung dan berdzikir setelah sholat, curhat tentang amalnya yang gak naik-naik, merenungi diakhiri dengan istighfar (dalam al-ma’tsurat, “Yaa Allah, malam sudah datang lagi, siang sudah pergi lagi, banyak dari hamba2-Mu yang memohon kepadamu. Maafkan aku yang tidak optimal hari ini, yaa Alla”, muhasabbah secara runtut menghisab dirinya tentang kebaikan dan keburukan yang telah banyak dilakukan.
4.       Mu’aqabah (mengiqab diri)
Umar bin Khathab pernah ketinggalan sholat ashar berjama’ah karena sibuk menggarap kebunnya di Madinah. Beliau melihat rombongan kaum muslimin. “Dari mana kalian berombongan?” “Loh, kok kamu bertanya seperti itu, Umar” “Aku kan berhak bertanya kepada kalian” “Kami dari masjid, sholat ashar berjama’ah”. Seketika itu Umar meminta ampun kepada allah karena telah lalai gara2 perkebunannya sehingga beliau menginfakkan seluruh kebunnya yang telah membuatnya lalai sholat ashar. Bagaimana dengan kita?
5.       Mujahadah (berjihad = bersungguh-sungguh)
Ciri-ciri mujahadah:
-          Istimror,  mau damwan (rutin, kontinu)
Contoh: mau meluangkan waktu antar maghrib-isya untuk hafalan al-qur’an, mau meluangkan waktu setelah shubuh dan asharnya untuk membaca Al-Ma’tsurat, dll.
-          Marhaliah, mau bertahap
Contoh: belum menjadi kader inti, mau mengikuti tahapan atau proses pembelajaran untuk mengejar ketertinggalan dari teman2nya dan terus berusaha menjadi lebih baik.
-          Mau berkorban

Tentang hadits arba’in ke-18: Dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdurrahman, Mu’adz bin Jabal radhiyallahu 'anhuma, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda : “Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan susullah sesuatu perbuatan dosa dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik”. 
(HR. Tirmidzi, ia telah berkata : Hadits ini hasan, pada lafazh lain derajatnya hasan shahih) [Tirmidzi no. 1987]
-          Bertaqwa kepada Allah di manapun dan dalam keadaan apapun
-          Mengikuti keburukan dengan kebaikan
-          Memperlakukan manusia dengan ihsan
Ketaqwaan belum lengkap kalau belum memperhatikan kebersamaan. Dalam hadits arba’in ke-35: Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda : “Kamu sekalian, satu sama lain Janganlah saling mendengki, saling menipu, saling membenci, saling menjauhi dan janganlah membeli barang yang sedang ditawar orang lain. Dan jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, maka tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, mendustainya dan menghinakannya. Taqwa itu ada di sini (seraya menunjuk dada beliau tiga kali). Seseorang telah dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim haram darahnya bagi muslim yang lain, demikian juga harta dan kehormatannya”. [Muslim no. 2564]
-          Jangan hasad
-          Jangan saling menipu
-          Jangan saling membenci
-          Jangan saling membelakangi / menjauhi
-          Jangan membeli sesuatu yang sudah dibeli orang lain (termasuk mengkhitbah seseorang yang telah dikhitbah oleh saudaranya)
-          Jadilah hamba Allah yang bersaudara
Taqwa tidak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain, bukan hanya beribadah saja, tidak terpengaruh dengan apapun (tidak perlu membenci politik karena taqwa letaknya di dalam qalbu).

Dalam QS. Ali Imran:133-135, "Dan bersegeralah Kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa." (QS. Ali Imran: 133)
"(yaitu) orang yang berinfaq baik di waktu lapang atau sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan." (QS. Ali Imran: 134)
"dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau mendholimi diri sendiri, mereka bersegera mengingat Allah lalu, memohon ampunan atas dosa-dosanya dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedangkan Mereka mengetahui." (QS. Ali Imran: 135)
-          Segera mencari ampunan
-          Raih syurga yang seluas langit dan bumi
Dengan cara:
-          Berinfak di waktu yang lapang dan sempit
-          Menahan amarah
-          Mema’afkan kesalahan orang lain
-          Sadar diri akan perbuatan kejinya lalu memohon ampunan
Harta, rizki, jodoh, kemenangan adalah hal DUNIAWI. Tapi kalo kita tidak mendapatkannya atau sulit untuk mendapatkannya, ketaqwaan kita dipertanyakan karena Allah telah berjanji memberikan kemudahan dan pertolongan dalam setiap urusan-urusan bagi orang2 yang bertaqwa.
Kapan batas sabar itu? Dalam QS. Al-Baqarah:214. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, pada-hal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh mala-petaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”
 Jadi batas kesabaran adalah ketika pertolongan Allah tiba. ^^
Wallahu ‘alam bo showab
[Notulensi Kajian tentang Taqwa bersama ustadz Asep Rodhi]