About me

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Instagram: @dewikusumapratiwi Facebook: https://www.facebook.com/dewi.kusumapratiwi

Senin, 19 Desember 2011

Be your self and remember QS. Al-Baqarah (2:138)

Aku adalah seseorang yang berkepribadian Dominant-Infuencer-Complain. Kepribadian koleris membuatku menjadi seseorang yang selalu ingin berada di garda terdepan, menjadi sesuatu yang ada di depan, memulai, memaksa dan keras kepala. Karena kepribadian Influencer, aku adalah seseorang yang senang mengajak walaupun terkadang aku merasa lelah dengan orang2 yang susah diajak. Aku juga seseorang yang sangat ceria, namun terkadang aku bisa menjadi seseorang yang mudah menangis, mudah terbawa suasana dan mudah ditebak (ekspresif). Dan karena kepribadian melankolis (complain) itu, aku adalah seseorang yang sensitif dan mudah tersinggung. Ketika ada seseorang yang mengingatkanku, aku sangat senang dan bersyukur, tapi tanpa dusta, terkadang aku merasa "sakit hati". Sakit hati di sini lebih karena sensitifnya aku.

Beberapa waktu yang lalu aku diingatkan oleh seseorang yang sangat baik orangnya, sangat perhatian padaku dan tentunya sayang padaku karena ia adalah teman baikku dan juga saudariku. Pesannya berisi tentang sesuatu yang menyangkut tentang karakter diriku. Saat itu, respon spontanku adalah, "Oh, aku salah. Dia kan lebih tinggi ilmunya menurutku, mungkin memang dia benar" dan ketika itu aku langsung melakukan suatu perubahan yang membuat banyak teman2ku bingung. Ah, kata mereka aku malah jadi aneh, bukan seperti itu yang mereka inginkan dariku, dan aku sempat meninggalkan sesuatu yang yang seharusnya aku tetap di sana untuk melakukan banyak hal, untuk memberi banyak manfaat dan untuk mencapai visi misi yang selama ini aku tanam dan ingin aku raih.
Aku juga merasa, perubahan ini membatasi ruang gerakku, membatasi karyaku, dan membatasi kesempatan untukku mencapai tujuanku di semua ranah.
Aku, beberapa hari ini banyak mengurung diri dan merenungi, tapi ternyata memang aku tidak banyak gerak dan tidak banyak melakukan hal. Padahal seharusnya banyak yang harus aku lakukan dan bisa aku lakukan melalui potensiku itu.
Hari ini aku disadarakan oleh seorang kakak tingkat yang beliau insya Allah sevisi dan setujuan, hampir sepemahaman dan karakternya hampir sama denganku. Sepenglihatanku, beliau sangat hebat di bidangnya, sangat profesional di ranahnya dan beliau banyak memberikan manfaatnya, salah satunya dengan karakternya itu, "kesupelannya terhadap siapapun". Beliau adalah salah satu kakak yang aku kagumi selama ini, "akhwat super keren".
Beliau sangat menginspirasiku untuk lebih banyak belajar lagi tentang banyak ilmu, tentang hal yang seharusnya banyak kita pelajari mulai sekarang! Karena masa hidup kita di kampus ini sangat singkat. Banyak hal yang bisa kita lakukan di sini, "berkarya dan banyak memberikan manfaat; mengajak dan menginspirasi orang lain; belajar dan mencari pengalaman seluas-luasnya; dan memikirkan orang lain".
Menyangkut karakter, hari ini, aku menemukan tulisan dalam buku "Agar Bidadari Cemburu Padamu" karya Salim A. Fillah (yah, buku lama baru baca ya? iya, soalnya sejujurnya aku gak terlalu suka baca tapi aku sedang berusaha untuk cinta baca):
"Alangkah sunyi dunia jika semuanya seragam. Biarkan semuanya sesuai karunia karakter yang Allah letakkan pada diri kita. Maka akan tetap ada akhwat jago karate seperti Nusaibah binti Ka'ab yang melindungi Rasulullaah ke manapun beliau bergerak dalam perang. Akan tetap ada yang berkepribadian kuat dan pemberani seperti Ummu Hani' binti abu Thalib. akan tetap ada yang suka bermanja dan ceria seperti 'Aisyah. Ada yang tetap bisa membentak dan tertawa terbahak seperti Hafshah. Akan tetap ada yang lembut dan keibuan seperti Khadijah."

Namun dalam buku tsb menjelaskan bahwa  karakter2 itu sebaiknya memang perlu kita "celup" dengan "celupan Allah" yang membingkainya menjadi sesuatu yang indah. Ia menjaganya untuk tetap menjadi kemuliaan di manapun, kapanpun sehingga memang perlu beberapa penyesuaian tertentu.
"Celupan warna Allah. Dan siapakah yang lebih baik celupan warnanya daripada Allah. Dan pada-Nya sajalah kami beribadah." [QS. Al-Baqarah (2:138)]

Yah,  aku memang masih dalam proses belajar dan sampai saat ini pun aku masih belajar dan harus lebih banyak lagi porsi belajarnya karena aku banyak tertinggal dari teman-temanku yang lain dan aku cukup bisa dibilang "lemot" dan "keras kepala" dalam materi2 aplikatif seperti ini.
Aku sangat bersyukur karena aku merasa Allah masih menyayangiku melalui teguran ini, peringatan ini, inspirasi ini, melalui mereka, sahabat2ku, kakak2 tingkatku, dan semua orang-orang di sekitarku. ^,^
Dan semoga Allah tetap dan selalu tetap menyayangiku, menyayangi mereka dan menyayangi semua orang-orang yang aku sayangi. aamiin. :-)

Jumat, 16 Desember 2011

Belajar Mencintai dan Memperhatikan

Beberapa hari yang lalu, aku membaca email dari salah seorang temanku. Isinya mp3 berjudul "Jessica".
Pada suatu malam, Budi, seorang eksekutif sukses seperti bisanya sibuk memperhatikan berkas-berkas pekerjaan kantor yang ia bawa pulang ke rumah karena keesokan harinya ada rapat umum yang sangat penting dengan para pemegang saham. Ketika sedang asik menyeleksi dokumen kantor tersebut, Putrinya, Jessica, datang mendekati, berdiri, tepat di sampingnya sambil memegang buku cerita baru. Buku itu bergambar seorang peri kecil yang sangat menarik perhatian Jessica.
"Pa, lihat, Jessi punya buku baru bagus deh." Jessica berusaha menarik perhatian ayahnya. Budi menengok ke arahnya sambil menurunkan kacamatanya. Kalimat yang keluar hanyalah kalimat basa basi, "wah, bagus ya Jes?" "Iya..." Jessica merasa senang karena ada tanggapan dari ayahnya. "Bacain Jessi dong, pa." pinta Jessica dengan lembut. "wah, papa sedang sibuk sekali nih, jangan sekarang deh." sanggah Budi dengan cepat, lalu ia segera mengalihkan perhatiannya pada kertas-kertas yang berserakan di depannnya. Jessica diam, tapi ia belum menyerah. dengan suara yang sedikit manja dan lembut, ia kembali merayu ayahnya. "Pa, mama bilang, papa mau baca untuk Jessi". "Lain kali Jessica, sana papa lagi banyak kerjaan nih!" Budi berusaha memusatkan perhatiannya  pada lembar-lembar kertas tadi. Menit demi menit berlalu. Jessica menarik nafas panjang dan tetap di situ. Berdiri di tempat dengan penuh harap dan tiba-tiba ia memulai percakapan lagi. "Pa, gambarnya bagus-bagus deh. Papa pasti suka." "Jessica! papa bilang lain kali!" Budi membentaknya dengan keras.
Kali ini Budi berhasil membuat Jessica mundur. Matanya berkaca-kaca dan ia bergeser menjauhi ayahnya. "Ia pa, lain kalia aja ya pa?" Ia masih sempat mendekati ayahnya dan sambil menyentuh lembut tangan ayahnya. Ia menaruh buku cerita si pangkuan sang ayah. "Pa, kalo papa ada waktu, papa baca keras-keras ya pa supaya Jessi bisa denger."
Hari demi hari berlalu, tanpa terasa dua pekan berlalu, namun permintaan Jessica kecil tidak pernah terpenuhi. Buku cerita peri kecil, belum pernah dibacakan bagi dirinya. Hingga suatu sore terdengar suara hentakan keras. Beberapa tetangga melaporkan dengan histeris bahwa Jessica kecil terlindas kendaraan seorang pemuda mabuk yang melajukan kendaraan dengab kecang di depan rumah Budi. Tubuh Jessica mungil terlempar beberapa meter. Dalam keadaan yang begitu panik, ambulance didatangkan secepatnya. Selama perjalanan menuju rumah sakit, Jessica kecil sempat berkata dengan begitu lirih, "papa, mama, Jessi takut. Jessi sayang papa dan mama." Darah segar terus mengalir dari mulutnya hingga ia tidak tertolong lagi ketika sampai di rumah sakit terdekat.
Kejadian hari itu begitu mengguncang hati nurani budi. Tidak ada lagi waktu tersisa untuk memenuhi sebuah janji. Kini yang ada hanyalah penyesalan. Permintaan sang buah hati yang sangat sederhana pun tidak ia penuhi. Masih segar terbayang dalam ingatan budi, tangan kecil anaknya yang memohon kepadanya untuk membacakan sebuah cerita. Kini, sentuhan itupun terasa sangat berarti sekali. Sore itu setelah segalanya berlalu, yang tersisa hanyalah keheningan dan kesunyian hati. Canda dan riang Jessica kecil, tidak akan terdengar lagi. Budi mulai membuka buku cerita peri kecil yang diambilnya perlahan dari onggokan mainan jessica di pojok ruangan. bukuya sudah tidak baru lagi, sampulnya sudah usang dan terkoyak. Beberapa coretan tak berbentuk menghiasi lembar-lembar halamannya seperti sebuah kenangan indah dari Jessica kecil. Budi menguatkan hati dengan mata yang berkaca-kaca. Ia membuka halaman pertama dan membacanya dengan suara keras. tampak sekali ia berusaha untuk membacanya dengan keras. Ia terus membacanya dengan suara keras-keras, halaman demi halaman, dengan berlinang air mata. "Jessi, dengar! Papa baca buatmu, nak." Selang beberapa kata, hatinya memohon lagi, "Jessi, papa mohon ampun nak, papa sayang sama Jessi." Seakan setiap kata dalam bacaan itu begitu menggores lubuk hatinya.
Tak kuasa menahan sakit, budi bersujud dan menangis, memohon kepada Tuhan untuk diberi satu kesempatan lagi untuk BELAJAR MENCINTAI.

Teringat ketika dulu aku mengabaikan panggilan orang tua karena padatnya amanah di kampus sehingga aku tidak sempat bertemu dengan ayahku di nafas terakhirnya. T_T

Ibroh yang bisa kita ambil dari kisah ini:
1. Perhatikanlah keluarga kita!
--> sesibuk apapun urusan kita, sempatkan setiap hari untuk menghubungi keluarga, minimal sms untuk sekedar menanyakan kabar atau meminta do'a kepada orang tua. Dan perhatikanlah keluarga kita!
 “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)

2. Perhatikan orang-orang terdekat kita dan orang-orang di sekitar kita!
--> lihatlah walau hanya dengan "melirik" tentang kondisi orang-orang terdekat kita, maupun orang-orang di sekitar kita, minimal mengetahui keadaan fisiknya (apakah dia sehat?) walaupun tidak selalu kita bisa menyimpulkan dengan benar apakah orang yang kita perhatikan tersebut sedang sehat atau tidak, sedang bermasalah atau tidak, dan sedang membutuhkan bantuan kita atau tidak.
"...maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Anfal:1)
"Sesungguhnya mukmin itu bersaudara" [QS. Al-Hujuraat (49:10)]
"Tidak beriman seorang muslim itu sehingga dia mencintai saudaranya
sepertimana dia mencintai buat dirinya"
(HR Al-Bukhari)
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. At-Taubat:71)

3. Perhatikan amanah dan amalan yaumiyah kita!
--> sekecil apapun amanah yang kita ambil, kelak akan dipertanggungjawabkan. Dan sebanyak apapun amanah kita, perhatikanlah, terutama amanah yang diprioritaskan di paling terakhir.
 ”Dan (sungguh beruntung) orang-orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, serta orang yang memelihara sholatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” [QS. Al-Mu'minun (23:8-11)]
--> Perhatikan amalan yaumiyah kita! Kalau perlu, catat dalam buku / kertas muwashoffat.
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS. Al-Hasyr: 18)

4. Perhatikan pemimpin kita! (dimulai dari pemimpin dalam amanah-amanah)
--> “Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya” 
(H.R. Bukhari dan Muslim). Pemimpin2 kita juga manusia, mereka juga saudara kita. Mereka juga terkadang membutuhkan bantuan kita. Mereka terkadang butuh kita untuk mengingatkannya. Mereka terkadang juga butuh kepekaan dari kita untuk membantu menyelesaikan tugas2 dengan sebaik-baiknya.
Perhatikan posisi kita. Ketika kita menjadi staff, bayangkanlah,  bagaimana jika kita berada di posisinya (pemimpin kita)? apakah kita siap ditinggalkan staff2 kita untuk menanggung beban sendirian? Berusahalah untuk meringankan bebannya, semampu kita. Bantulah ia dengan apa yang bisa kita bantu.
"Barangsiapa melepakan kesusahan seorang mukmin di dunia, niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Barangsiapa memudahkan urusan orang yang dilanda kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa menutup cela seorang muslim, niscaya Allah akan menutup celanya di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa memberikan pertolongan kepada hamba-Nya selama ia memberikan pertolongan kepada saudaranya." (HR. Muslim)
Dan ingatkanlah dengan cara yang baik ketika ia bersalah.
"Serulah (manusia) kepada jalan Robb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…" [QS. an-Nahl (16: 125)]
"Mengatakan kebenaran kepada pemimpin yang bersalah merupakan sebuah kesetiaan dan menyembunyikannya merupakan sebuah pengkhianatan" (Abu Bakar Ash Shidiq) 

5. Perhatikanlah orang-orang yang kita cintai!
--> Lakukan yang terbaik apa yang bisa kita lakukan untuknya, seminimal-minimalnya adalah selalu menyertakannya dalam do'a2 kita. Bukankah salah satu do'a yang dikabulkan adalah do'a yang tidak diketahui oleh orang yang kita do'akan?
"Cinta itu memberi, bukan menerima", seperti yang dilakukan ibu dan ayah. Selalu lakukan yang terbaik untuk orang-orang yang kita cintai karena bisa jadi hari ini adalah kebaikan terakhir kita untuknya, bisa jadi hari esok kita sudah tidak dapat berjumpa lagi dengannya, tidak lagi mendengar suaranya, tidak lagi melihat senyumnya dan tidak lagi merasakan cintanya.
Tak ada yang abadi kecuali ALLAH.


Wallaahu 'alam bi showab.

Kamis, 24 November 2011

Islam adalah Pedoman segala aspek kehidupan

Catatan yang pernah diajarkan guru agama saya.
” Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.......” (Ali Imran: 19)
Islam sebagai pedoman hidup:
1. Konsep keyakinan 
"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya." (QS.Al-Baqarah:255)

2. Moral
"Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi." (QS. 7:99)
Jika kita sudah yakin dengan adanya Allah sebagai Sang Pencipta alam semesta ini, langit dan bumi beserta isisnya; Allah yang terus menerus mengurus makhluk-Nya; Allah yang tidak mengantuk dan tidak tidur; Allah yang Maha Mengetahui sedangkan kita tidak tau apa2 selain yg DIA kehendaki, maka kita akan senantiasa menjaga moral kita di manapun kita berada.
Misalnya, moral sebagai mahasiswa (tidak mencontek ketika ujian), moral sebagai pemerintah negara (tidak korupsi), dll karena kita tidah akan pernah merasa aman (takut) dengan pengawasan Allah yang tidak pernah mengantuk dan tidur.

3. Tingkah laku
"Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nyalah kami menyembah." (QS. 2:138) 
Shibghah Allah (Celupan Allah):
    Untuk mengobati luka umumnya digunakan kapas dan cairan pembersih untuk mengobatinya. Bila seseorang yang terluka tersebut dihadapkan pada tiga buah cairan yang terdiri atas cairan limun (sirop), Alkohol/ zat antiseptic, dan baygon/ pembasmi hama, tentunya orang tersebut akan memilih cairan alkohol/ zat antiseptic, dikarenakan dalam kondisi tersebut zat itulah yang dibutuhkan.
    Bila kapas itu diibaratkan manusia, maka Alkohol lah yang bisa diumpamakan sebagai celupan Allah. Hal ini disebabkan karena celupan Allahlah yang paling ampuh untuk membimbing kehidupan manusia. Seorang muslim memilih celupan Allah tersebut sebagai pewarna kehidupannya, dan (celupan Allah) ini tentunya dipilih muslim atas dasar kecintaan keridhaan serta keyakinan akan arahan-arahan Allah selama hidup didunia –sesuai dengan ikrar Syahadat yang diucapkannya. [1]
   Bagaimanakah shibghah itu akan tampak dalam kehidupan individu yang mencelupkan diri ke dalamnya? Individu itu akan bersifat seperti ayat berikut ini : "Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji (Allah), yang melawat, yang ruku`, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma`ruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mu'min itu." (At-taubah : 112)

* At-Taibun (bertaubat)
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa." (Ali Imran : 133).
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (Ali Imran : 133)  lihat Qs.3:135

* Al-‘Abidun (beribadah) yakni menimbang segala sesuatunya dengan al-Islam.
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (Adz Dzariat : 162).
Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (Al An’am : 162) 
"Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (An Nuur : 51)
*Al Hamidun (selalu memuji Allah) yakni memperhatikan dan memfungsikan alam.
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat ? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita ? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita ? kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya." (Nuh : 15-18)
lihat Qs. Al An’am:95-99, Al Baqarah : 152, Ibrahim :7

*As Saa’ihun (penjelajahan dengan menggunakan nalar dan hati untuk memahami alam dan sejarah kehidupan)
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (Ali Imran :190-191)
lihat Qs.An Nahl : 36, Fatir 28

*Ar Raki’un As Sajidun (ruku’ dan sujud untuk mengokohkan  hubungan dan memperbaikinya)
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo`a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka." (As sajadah : 16)
lihat Qs. An Nuur 37, Adz Dzariat 17-18

*Al Aamiruna bil ma’ruf wan nahuna ‘anil munkar (bersifat sebagai hudwah)
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." ( Ali Imran : 104)
lihat Qs. At Taubah 122

* Al Hafizhuna lihududilah (menjaga ketentuan-ketentuan Allah dalam diri, rumah tangga dan masyarakat)
"Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, "Kami mendengar dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."(An Nuur : 51)
lihat Qs.An Nisa 65 
[2]

4. Perasaan
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. 30:30)

(bersambung)

next time:
5. Pendidikan
6. Sosial
7. Politik
8. Ekonomi
9. Militer
10. Hukum

Referensi:
 Disalin dari majalah al muslimun No.272

Sabtu, 12 November 2011

Ukhuwah ini begitu indah KARENA KITA memanglah KELUARGA

Sore ini aku Mendapat kesempatan untuk bertemu dan banyak sharing dengan saudariku, Zainab Nururrohmah. Ternyata "pikiran" kita hampir sama. Pikiran tentang apa? Tentang ukhuwah ini,

Ukhuwah, kata2 yang sering terucap dan terdengar. Tapi, apakah maknanya telah sampai pada hati kita? Apa hanya masuk melalui telinga kanan dan keluar melalui telinga kiri? Ukhuwah, kata yang sangat indah, dan terkesan lebih indah lagi jika dibuatkan puisi kemudian disebar melalui sms, dikirim kepada orang2 yang kita cintai. Ukhuwah, apakah hanya sekedar indahnya kata2?

Aku mengenal ukhuwah ini melalui kalian.

Sore itu (liburan semester II), aku pulang dari syuro persiapan danus IsEF untuk keesokan harinya. Aku bukan anggota divisi danus tapi memang aku suka nyusup ke syuro2 divisi di IsEF, bahkan syuro tim inti pun aku ikuti. Apa niatku saat itu ya? Sepertinya aku hanya sekedar ingin belajar bersama kalian yang selama ini banyak menginspiraiku. Saat itu aku masih tinggal di asrama putri ITB. Kamarku telah rapi karena aku sudah melakukan packing dari hari sebelumnya. Sebenarnya aku ingin pulang siang itu juga tapi sepertinya lebih baik aku mengundurnya sehari untuk membantu panitia IsEF mencari danus. Aku putuskan, aku  pulang ke jakarta besok sore untuk menjenguk ayahku yang telah pulang dari rumah sakit sejak seminggu lalu setelah sekitar 1 bulan di rumah sakit.
Tapi, baru aku duduk di kasur dan mencoba menyapa anak2 calon 2010 (saat itu ada 4 orang calon anak 2010 yang menginap di kamarku), aku mendapatkan telepon dari rumah. Tanpa basa basi, suara mbak terdengar, "Dewi, cepat pulang sekarang juga! Pokoknya bisa gak bisa harus pulang sekarang juga!" Jantungku mulai berdetak tidak teratur. Ditambah ketika aku mendengar suara tangis di belakang suara mbak. Dan suara teriakan yang menunjukkan saat itu ibuku sedang pingsan. T_T Tidak bisa berpikir lagi saat itu aku langsung ambil tas langsung pergi.Aku pamit ke adik2 2010, "kk pulang dulu ya?" "kok mendadak kak? kan kita baru sebentar ngobrol2nya" "iya" Aku menjawab singkat dan langsung pergi. Saat itu adzhan maghrib, aku belum tau nomor kontak travel.

Ketika aku keluar dari gerbang asrama, Aku mencoba menelpon ibu, tapi Dikky, adik aku yang kecil yang mengangkatnya dan akupun mendengar tangisannya. "De', knapa?" Adik kecilku, dia menangis tersedu. "ayah meninggal mbak" T_T Aku menutupnya dan mempercepat langkah kakiku dalam kondisi yang lemas, tapi aku berusaha untuk kuat. Aku sms sahabat terbaik yang sekaligus menjadi saudariku selama di bandung. Aku tidak berani mengungkapkan apa yang terjadi. Aku hanya sms, "Pit, aku pulang. Tiba2 aku disuruh pulang dan aku gatau kenapa aku harus pulang sekarang. Aku takut Pit. T_T". Saat itu juga Pipit nelpon aku dan menenangkan aku, dia bilang, "semoga aja ga terjadi apa2. Dewi jangan panik ya? Sekarang nyampe mana? Pit anter ya ke jakarta?" Karena aku hanya ingin sendiri, aku menolak tawarannya. Aku jalan kaki menuju tempat angkot dan naik angkot ke leui panjang. Karena sudah malam, bus damri jurusan leui panjang sudah tidak ada jadi terpaksa aku harus muter ke kalapa dulu baru ke leui panjang. Sepanjang perjalanan aku menangis dan aku membawa harapan kosong, aku berharap ini hanya mimpi, aku berharap tidak terjadi hal2 yang tidak aku harapkan, aku berharap apa yang aku dengar tadi salah. Aku berusaha melipatgandakan harapanku. Bahkan aku berdoa kepada-NYA, "Yaa Allah, katanya Engkau Maha pengabul do'a? Tolong kabulkan do'aku kali ini, tolong jangan ambil ayahku sekarang yaa Allah. masih banyak yang belum aku berikan padanya, masih banyak dosaku padanya, aku ingin meminta maaf padanya yaa Allah, aku ingin membuatnya bahagia yaa Allah. Tolong beri aku kesempatan. T_T" Aku juga berdo'a, "Yaa Allah, seandainya memang ayahku sekarang meninggal, tolong kembalikan lagi yaa Allah. kembalikan ia ketika aku sampai di rumah. Tolong yaa Allah." Aku tidak tau apakah do'aku ini salah, tapi itu yang terucap ketika itu.

Di dalam perjalanan yang aku rasakan cukup panjang (sekitar 4 jam), banyak sekali yang aku pikirkan, kalut, takut, sedih tak terhingga, berharap, bahkan aku berpikir, seandainya ayahku memang pergi, aku akan menjadi anak yatim? anak yatim? selama ini aku senang sekali ketika aku bisa menyenangkan hati anak2 tetangga2ku yang yatim/piatu, tapi kini aku menjadi bagian dari mereka? Gelar itu, gelar itu aku sukai karena dengannya aku memiliki ladang amal, tapi saat itu aku merasa gelar itu, aku sangat tidak menyukainya karena harus aku yang menyandangnya. T_T
Aku tidak menginginkan itu ya Allah karena aku yang ingin terus beramal baik untuk mereka, bukan orang lain yang beramal baik untuk aku. T_T
Sedih....sekali ketika aku berpikir, ayahku telah pergi... ayahku tidak dapat menjadi teman cerita dan teman bercandaku lagi. Ayah yang selama ini berjuang keras, memeras keringat, memutar otak, menguras tenaga, dan menaruhkan nyawa, semuanya hanya demi aku? T_T Dan apa yang telah aku lakukan selama ini untuknya? Bukan membahagiakannya tapi berbuat banyak dosa kepadanya. T_T
Allah, aku ingin meminta maaf kepadanya dan tolong berikan aku kesempatan untuk mebahagiakannya. Aku ingin beliau menjemputku di sabuga pada tahun 2013 nanti karena pada tahun 2009 kemarin beliau telah megantarkanku ke sini, ke sabuga dan ke kampus ini, kampus yang dibanggakan jutaan orang tua termasuk beliau. Aku ingin beliau menyaksikan aku maju ke hadapan rektor untuk menerima predikat cumlaude. Aku ingin beliau merasakan gaji pertamaku nanti. Aku ingin pergi haji bersamanya, bersama ibuku tercinta juga. Aku ingin beliau menjadi wali ketika aku menikah nanti, bukan orang selainnya. T_T

Ketika aku turun dari bus, aku berharap ayahku yang menjemputku seperti biasa. Tapi bukan beliau, malah tetanggaku. T_T Aku tidak suka ini! Di sepanjang perjalanan ini, biasanya aku berdua dengan ayah, aku cerita tentang kisah2ku di kampus, cerita tentang kampus kebanggan, cerita tentang kuliahku, cerita tentang sahabatku, cerita tentang teman2 TPBku, dan cerita tentang Gamais (hal yang paling ayah senangi karena dari dulu ayah selalu ingin aku masuk kerohanian islam supaya aku dapat bergaul bersama orang2 yang (insya Allah) soleh).

Ketika sampai di rumah, rumahku telah ramai, banyak orang, banyak yang menyambut dan menuntun jalanku. Aku sangat tidak suka dengan itu. Apa2an sih? Aku bisa kok jalan sendiri, dan aku tidak suka rumahku ramai seperti ini karena aku ingin bertemu ayah dan aku ingin bercerita padanya. Aku ingin bercerita kalau selama ini aku gak bisa pulang dalam jeda yang agak lama karena aku mengikuti acara Gamais seperti yang ayah mau. Aku ingin meminta maaf karena sudah lama aku tidak menjenguknya.
Tapi,,,, ketika masuk rumah aku memeluk ibuku. Di sana, ibuku tampak berusaha menguatkan aku. "Sabar ya sayang. Sekarang ayah udah gak sama kita lagi. Kita harus bisa belajar sendiri" T_T
Loh? Ini kebalikan bu, harusnya aku yang bilang gini sama ibu. Aku yang harusnya menguatkan ibu. Tapi saat itu akulah yang lebih lemah. Aku mencoba sms Pipit, "Pit, ayahku meninggal". Kemudian pipit langsung menelpon, dia tampak berusaha menghibur dan aku hanya mengiyakan semua perkataannya karena saat itu aku tidak berani mengungkapkan perasaanku. Setelah telpon ditutup, aku mendekati jenazah ayahku, di sana aku melihat wajahnya yang tampan, badannya yang sudah tidak kering lagi (seperti yang aku lihat ketika awal masuk rumah sakit yang ke dua, saat itu ayahku sangat kurus dan terlihat hanya tinggal kulit dan tulang karena kanker yang menggerogoti paru-parunya), saat itu aku melihat badannya segar, wajahnya terlihat sedikit senyum, seperti orang tertidur pulas. Subhanallaah, katanya ayahku meninggal dengan mengucapkan kalimat syahadat, dengan tuntunan ibuku. Ayahku juga meniggaal tanpa bantuan tabung oksigen (saat itu telah dilepas 1 hari karena permintaannya) dan ayahku dalam keadaan sehat saat itu, sudah mulai banyak makan karena saat sakit makanan tidak dapat masuk, mau minum susu, dan nafasnya sangat teratur dan halus ketika beliau hembuskan yang terakhir. Air mataku pun tak tahan untuk jatuh walaupun orang2 di sekitarku mengingatkanku untuk tidak menjatuhkan air mata di depannya. Aku ingin menciumnya lagi tapi karena mataku basah aku dihalangi oleh orang. Ketika aku membacakan ayat-ayat Al-qur'an di sampingnya, air mataku pun terus mengurai. Banyak suara2 di sekitarku, suara yang berusaha menasihati dan menguatkanku. Dan ketika aku mendapatkan sms dari seorang temanku dari Blitar (hah? kenapa dia yg sms aku pertama kali? dapet info dari mana dia? padahal dia hanyalah teman facebook). Aku mengabaikan sms nya. Kemudian masuk lagi sms berturut2, dan itu berasal dari Adam, Yazid, Fahmi, Aris, Mirnov, dll. Aku sangat tersentuh dengan kata2 mereka, aku merasa sangat terkuatkan, aku merasa hidupku tidak secacat ketika aku harus menerima kenyataan ini, aku  merasa memiliki keluarga spesial yang menguatkan. Kata2 motivasi mereka yang panjang, aku tidak begitu mengingatnya, tapi yang paling aku inget adalah, "kalau nanti dewi perlu apa2, bilang ke kami ya? kami teman2 gamais insya allah siap membantu" dan kata2 yang tak akan pernah aku lupakan dan akan terus menjadi memori indah adalah. "KARENA KITA KELUARGA," Mereka bilang, mereka tidak dapat berkunjung ke rumah saat itu karena mereka masih ada acara di Bogor. Ketika itu, entah kenapa kata KARENA KITA KELUARGA terasa bukan hanya sekedar slogan.

Entah jam berapa, aku merasa sangat lemas, lelah, badanku terasa gak enak, dan kepalaku pusing. Akupun tertidur. Dalam tidurku aku masih berarap kalau ini hanyalah mimpi, ketika aku bangun, aku berharap ayahku juga bangun dan mendengarkan ceritaku serta memelukku. Tapi, sekitar pukul 3 kalau gak salah aku dibangunkan nenekku, "ndhuk, bangun. Sana temani ayah sebelum ke tempat terakhirnya. Doakan ayah ndhuk, bacakan Al-qur'an di sampinganya. Tuh, dari tadi lantunan ayat Al-qur'an dari tetangga dan saudara2 gak berhenti, kamu ikut gabung ya?" Ah, kenapa ini bukan mimpi? Kenapa ayahku belum bangun juga?? Aku mengambil air wudhu dan melakukan QL. Di sana aku berdoa. Kemudian aku menghampiri ayahku dan gabung dengan tetangga2 dan saudara2 untuk membaca Al-qur'an bersama di samping ayahku.

Hingga pagi hari ketika ayahku dimandikan dan disholatkan, aku menyempatkan utnuk membalas sms2 teman2ku, dan aku hampir lupa memberi tahu teman2ku di SMA. Hanya 2 orang sahabatku yang aku sms. Dan setelahnya banyak sms masuk, dari kakak2, teman2 , dan adik2 Rohis. Secepat itukah info tersampaikan ke mereka? Subhanallaah ukhuwah islamiyah ini. Gamais (Keluarga Mahasiswa Islam ITB) dan Rohis (Rohani Islam SMAN 65 Jakarta), merekalah keluargaku.

Ketika pemakaman ayahku, dari teman2ku, hayalah satu orang yang berkesempatan untuk mengikuti proses pensholatan jenazah dan pemakaman ayahku. Dia bersama mama dan papanya. Awalnya dia bukanlah teman dekatku, hanyalah sebatas teman OSIS. Jurusan kami pun berbeda sehingga kelas kami agak berjauhan. Tapi beberapa bulan yang lalu ayahku mengantarkanku ke rumahnya untuk mengantarkan file untuk acara kampus ekspo dari jaringan alumni 65 angkatan 2009. Di sana ayahku kenal dengan papa temanku ini dan mungkin karena sama2 dari Jawa dan yang paling utama pastinya karena Allah, mereka menjadi akrab dalam waktu beberapa menit dan di sini keluarga kami saling menyambung tali silatirahmi (insya Allah sampai sekarang). Mungkin sekarang aku menganggapnya saudara, walaupun jauh, dia di UI dan aku di ITB. Jazakumullaahu khairaal jazaa', Miranty dan keluarga, terima kasih atas kebaikan kalian selama ini. :-)

Aku dan ibu sengaja ikut bersama ambulance jenazah ayahku karena memang kami ingin dekat di hari2 terakhir pengantaran jenazahnya. Ketika di sana, aku sudah diinisiai oleh banyak orang untuk tidak meneteskan air mata selama pemakaman.
(Dengan memajukan alur), banyak orang sana (entah pengunjung atau warga sekitar karena ini hanyalah cerita yang aku dengar setelahnya) yang berkomentar, "siapa sih ini yang meninggal? banyak sekali yang mengantarkan? (dari pintu gerbang hingga makam yang hampir di belakang tempatnya)" ketika melihat nama di nisannya, katanya ada yang bilang, "oh, pantesan aja, orang pejabat hukum yang meninggal". Padahal ayahku bukan pejabat dan bukan orang hukum, nama ayahku Jaimin Suryadi Hartanto, dan di nisannya tertulis Jaimin S.H. Mungkin orang salah sangka.
Aku pernah mendengar dari sahabatku, ketika dulu staff TU sekolah kami ada yang meninggal, beliau adalah orang yang sangat dikenal baik masyarakat ,saat itu yang menyolatkan dan memakamkan sangat banyak lalu temanku berkomentar, "ketika 40 orang yang menyolatkan insya Allah beliau meninggal dalam keadaan baik". Wallaahu 'alam.
Dan aku juga banyak mendengar dari tetangga, teman2 ayahku para ustadz, mereka bilang, "subhanallaah, belum tentu ketika saya meninggal nanti seperti pak jaimin", dan kertika banyak yang merasa kehilangan, mereka para teman2 ayahku dari jakarta barat sampai jakarta timur, teman2 dan saudara2 dari pamanukan, dari boyolali, dari solo, dan mereka semua sangat merasa kehilangan dan bilang mas jaimin adalah orang yang soleh, banyak berkorban untuk sekitar, tulus, ramah sama semua orang bahkan hampir semua warga kampung rawa dan sekitarnya mengenal beliau sebagai orang yang ramah, tetap menyapa duluan walaupun orang lain cuek, tetap sabar walaupun dicerca, berjuang keras untuk keluarganya, dan banyak yang mengenalnya baik. Semua itu hanya menjadi kenangan bagi kami. Bahkan beberapa hari setelah sepeninggal ayah, masih banyak temen2nya dari luar jakbar, teman2 lamanya, teman2 seperjuangan ketika masih muda yang sekarang sudah banyak pindah dari daerah kami, mereka masih berkujung ke rumah. T_T
Aku hanya berharap ayahku juga meninggal dalam keadaan terbaik, khusnul khotimah dan di sana mendapatkan jalan dan tempat terbaik yang abadi. Dan aku berharap, aku, ibu dan kedua adikku tertarbiyah dengan baik supaya kami dapat saling menyelamatkan di akhirat nanti.
Dari sana, aku mulai menghapus air mataku. Aku harus mengikhlaskan kepergiannya, aku akan menghapuskan harapan2 bodoh seperti yang aku rasakan tadi malam karena menurutku itu hanyalah menghalangi ketenangan kepergian ayahku. Ayahku telah meninggal dengan cara yang baik dan aku harus mengikhlaskannya dan aku harus berhusnudzhon kepada Allah, mungkin Allah lebih mencintai ayahku daripada aku dan semua orang yang masih ada di dunia ini. Mungkin Allah ingin membahagiakan ayahku dan melepas bebannnya setelah sekian lama ayahku berlelah2, bersusah payah dan merasakan sakit demi memperjuangkan keluarga yang dicintainya.

Sms2 dari teman2ku masih terus saja masuk. Ada satu dari seorang kakak Rohisku yang selama ini banyak menginspirasiku, "yang bisa Dewi lakukan saat ini hanyalah menjadi amal jariyah untuk beliau yaitu anak soleha yang mendo'akannya". Dari sana aku mulai bisa menularkan kekuatan baruku untuk adik2ku dan mencoba menasehati mereka.

Ketika sampai di rumah, ternyata teman2, kakak2, dan adik2 Rohis sudah ada di rumahku. Aku merasakan ukhuwah di sini. Wah, setelah sekian lama kami tidak berjumpa, terutama kakak2 2007 nya. Mungkin dengan cara ini Allah menemukan kami kembali.
Kemudian siang menjelang sorenya hadirlah teman2 dan kakak2 dari Milis, Gamais, dan katanya Garda Ganesha. ^^ Kak Sri, kak Hari, Rizky, Lukman, Adit, Wahyu, Rosita, dan pastinya ada pipit juga (sepertinya ada yg lupa aku sebutkan, ma'af... ;-)
Aku sangat senang ketika mereka datang. Aku juga merasakah ukhuwah di sana. Indah sekali. Tapi sayanganya, saat itu ibuku masih sangat sibuk karena banyak sekali tamu yang datang sehingga ibuku tidak terlalu menyambut hangat mereka. Tapi ada eyang angkatku yang mewakilkannya. (seseorang yang dianggap bapak oleh ayahku sejak ayahku merantau di jakarta ketika masa mudanya hingga sekarang kami menjadi keluarga besar di jakarta karena kebetulan keluarga besarku yang sebenarnya ada di solo semua kecuali 1 keluarga omku dari ayahku).

Dan esok harinya datanglah empat sekawan tim inti IsEF, Adam, Yazid, Fahmi, Aris. Subhanallaah, mereka menyempatkan kepulangannya dari bogor untuk mampir kerumahku.
Di sinilah aku merasakan ukhuwah dan KELUARGA.

Ternyata memang bukan sekedar slogan, tapi ini nyata. Gamais, Rohis, Milis, merekalah keluargaku seseungguhnya yang care selama ini. Bukan hanya yang hadir fisik, tapi juga mereka yang hadir melalui sms. Aku sangat terharu dengan mereka semua, aku sangat bersyukur karena Allah mengirimkan mereka untuk menyayangiku, untuk care sama aku, dan untuk menjadi teman, sahabat, saudara dan keluargaku untuk berjuang di jalan ini. Bukan hanya saat itu saja, tapi hingga saat ini.

Itu kenapa aku sangat semangat sekali untuk membantu internal G09, misalnya menjarkom dan menginfokan ketika ada yang sakit atau kenapa2 SEPENGETAHUANKU.
Aku juga ingin mereka merasakan apa yang aku rsakan. Aku ingin mereka juga merasakan indanya ukhuwah yang aku rasakan yang mungkin jika diceritakan terkesan biasa saja tapi di hati ini masih membekas rasa keindahan.

Aku sangat sedih ketika mendengar di antara meraka ada yang sakit. Apa lagi jika yang sakit itu adalah orang yang selama ini banyak mengerjakan amanah2, amanah yang seharusnya ditanggung sekian banyak orang namun hanya segini orang yang menanggungnya sehingaa mereka  mengalami double, triple, quarter bahkan multi job.

Ketika pipit sakit typus, memang salah satu kebodohanku tidak memprioritaskan untuk menjenguknya, aku hanya menyalami nya ketika ia dijemput bapak. Setelah itu aku tidak menjengukinya lagi ke rumahnya. Saat itu aku terlalu asyik dengan amanah2ku, aku hanya meng-sms-nya setiap hari dan dia selalu bilang udah gapapa, aku merasakan tenang padahal jelas2 dia belum ngampus lagi. Hingga dia benar2 sembuh dan kembali ke asrama, aku belum sempat menjenguk ke rumahnya. Maafkan aku pipit. T_T Semoga kebodohan ini tidak terulang lagi dan tidak aku ulang untuk teman2 yang lain juga.

Ketika Icha sakit sampai sekitar 2 minggu, bahkan mendengar kabarnyapun aku tidak. Sepertinya ketika postingan di group ttg sakitnya Icha, ketika itu aku pulang kampung beberapa hari, di sana aku tidak mendapatkan sinyal modem dan sulit sinyal AS. Hingga ketika Dera masuk Boromeus dan aku + temen2 menjenguknya, Dera menanyakan kabar Icha, aku baru tau dari situ kalo Icha sakit dan saat itu Icha udah sembuh. Maafkan aku Icha. T_T

Liana, selama ini aku belum banyak berbuat baik kepadanya bahkan aku belum menjadi sosok seorang sahabat buat dia padahal aku sekelas. Aku juga tidak begitu tau kehidupannya selama ini karena memang ketika bergaul dengan Liana, yang sering kami bahas hanyalah soal mata kuliah. Dia hadir di kelas ketika memang kuliah udah akan atau udah dimulai dan pulang lebih awal dariku. Ketika ia sakit, aku juga baru menjenguknya 2x, sebelum operasi dan setelahnya. Ketika dibawa pulang, aku belum sempat menjenguknya, hanyalah wacana, niat dan wacana bersama salah seorang teman dekatku di kelas, Ismi. Hingga Allah telah memanggilnya. Semoga Liana diberikan tempat terbaik. T_T Maafkan aku Liana, aku belum menjadi sahabat baik kamu. Aku belum melakukan apa2 buat kamu. T_T Semoga Allah memberikan kebahagiaan buat kamu di sana.

Kenapa ikhwan selalu super untuk mengerjakan pekerjaanya sendiri dan membantu pekerjaan akhwat juga?
Ketika Arbi sering sakit2an saat megang amanah menjadi kadiv acara OASIS. Aku merasa tidak dapat membantu apa2, juga tidak dapat meringankan bebannya, malahan mungkin hal2 yang seharusnya bisa aku kerjakan sebagai staffnya, malah dia juga yang mengerjakannya. Dia menunjukkan kepedulian terhadap jundinya karena memang saat itu, aku sedang double job dengan mametcar MPAM Himafi. Maafkan aku, Bi. T_T
Dan ketika Rizki (Khairun) sakit, semuaya berasa mendadak, ketika sorenya aku pamit dengannya bahwa aku tidak dapat membantu kepanitiaan di hari H P3I (Idul Adha Salman) karena aku harus pulang ke jakarta, aku menyerahkan plakat yang belum jadi ke dia pagi harinya dan kemungkinan dia juga yang menyelesaikannya, ternyata dia sedang sakit dan aku tidak tau. Sorenya ia sakit dan dibawa ke rumah sakit. Kemudian besok paginya, dia dibawa pulang ke Medan. T_T
Maafkan aku Rizki. T_T Semoga rizki segera sembuh dan cepet balik ke kampus lagi. Banyak yang menanti kehadiran Rizki di sini, dosen2 Rizki, temen2 Rizki, kakak2 dan temen2 Gamais + asrama, dan semuanya.

Ketika Rifqi menghilang selama +- 3 minggu ini. Aku juga tidak dapat berbuat apa2. Padahal selama ini aku satu amanah dengan dia, 3-4 bulan kami kerja bareng di tim mametcar MPAM Himafi, kita satu kelas di mekanika dan gelombang, satu shift praktikum di fisika komputasi, tapi aku gatau dia di mana bahkan ga pernah bisa ngehubungi dia via sms dan fb, gatau kabarnya, gatau dia kenapa, gatau dia sakit apa, ah, temen macam apa aku ini? T_T
Tapi, alhamdulillaah hari ini aku melihat rifqi sekilas ketika keluar dari lab fiskom. Dan memang aku belum sempat ngobrol dengannya untuk sekedar menanyakan kabarnya, kenapa dan di mana dia selama ini.

Ketika aku mendapat kabar dari Adam bahwa Andre sakit, ketika dikabarkan dia gejala typus dan belum dibawa ke dokter, ke mana temen2nya? Aku tidak bisa berbuat apa2, saat itu akupun juga sedang sakit di Jakarta. Tapi memang aku tidak akan pernah bisa menolongnya karena aku akhwat dan dia ikhwan. Apalagi ketika aku ingat status dia beberapa bulan yang lalu, ketika dia juga sakit, dia bilang "Ketika puluhan sms "syafaakallaah" masuk ke inboxku, mereka tidak mengirimiku sms seperti itu, tapi menemaniku di tempat tidurku, merawatku, hingga aku kembali tersenyum". Di sini, dalem banget maknanya. Seandainya aku adalah teman ikhwan Gamaisnya, aku akan berusaha berbuat lebih dan real sebagai anak Gamais daripada teman2 yang dia maksudkan di statusnya itu (jika memang aku tau kalau dia sedang sakit).

Ketika aku sharing dengan Zae (Zainab) ttg ini, dia pun berpendapat dan pernah merasakan hal yang sama terhadap hampir semua dari mereka yang aku sebutkan di atas. Seandainya tidak ada keterbatasan di antara kita, mungkin kami akan melakukan banyak hal untuk kalian, wahai para super pejuang.

Mungkin, dari semua kisah ini dapat menjadi pelajaran buat aku, Zae dan kita semua. Ukhuwah itu bukan hanya sekedar indahnya kata, tapi bukti yang nyata. Dan seminimal mungkin, ukhuwah itu terletak dalam do'a TULUS yang tidak diketahui oleh orang yang kita do'akan.

Mungkin memang usahaku untuk berukhuwah ini masih sangat minim, apalagi dengan segala keterbatasan ini, ketika kalian para sahabatku (akhwat) yang berada di wajihah lain, berada di prodi lain, mungkin di prodi sendiri pun aku masih belum bisa berbuat lebih, apalagi kalian yang di sana, bahkan kalian yang berada di univ lain, aku tidak akan sanggup untuk memperhatikan kalian semua satu persatu, menghibur kalian ketika kalian sedih SEPERTI APA YANG KALIAN LAKUKAN SAAT ITU, memberikan solusi ketika kalian mendapatkan masalah,  merawat kalian ketika kalian sakit, memberikan hadiah ketika kalian milad, membantu kalian ketika kalian mengalami kesulitan, dan memenuhi kebutuhan kalian sebagai seorang sahabat. Apalagi untuk para sahabatku yang ikhwan, karena adanya batasan2 untuk kita, mungkin aku tidak akan bisa berbuat apa-apa untuk kalian selain do'a.

Tapi apa yang bisa aku lakukan dan aku tahu, mungkin akan aku lakukan untuk kalian. Dan kalian, kalian semua sahabat2ku, insya Allah akan ada dalam do'a2ku, sebagai sahabat2ku dan orang2 yang aku cintai. Ana uhibbukun fillaah, yaa ikhwah fillaah.
"Ukhuwah ini begitu indah KARENA KITA KELUARGA"

Kamis, 20 Oktober 2011

HAPUS AIR MATAMU, SAHABAT

Sahabat, mungkin saat ini kamu sedang merasa kesakitan, sakit...sekali...
Mungkin aku tidak merasa sesakit kamu, tapi jujur aku juga sakit sahabat. T_T
Aku sakit ketika mendengar jawaban itu. Aku sakit ketika tau kebohongan itu. Aku sakit melihat kenyataan ini. T_T

Dan aku merasa bersalah, sahabat. Aku merasa bersalah karena aku tidak dapat berbuat apa-apa malam ini. Aku tidak dapat menemanimu saat kamu sedih dan sakit seperti sekarang. Aku tidak dapat menjadi bahu untuk kamu menangis. Aku tidak dapat melakukan apa-apa untuk kamu. T_T

Sebenarnya aku juga tidak tahu apa yg harus aku lakukan untukmu, aku juga tidak tahu apa yg harus aku katakan padamu. Karena di sini, mungkin aku juga terlibat dalam kesalahan itu. Aku telah menjadi perantara kebohongan itu. Aku merasa bersalah karena aku telah memiliki peran yg salah. T_T

Tapi sahabat, yg harus kamu tau adalah, aku melakukan ini semua selama ini karena aku sayang sama kamu. Aku ingin membuat kamu bahagia setelah sekian lama kamu menderita, aku ingin kamu ceria dan menikmati masa mudamu dalam senyum bebasmu. Aku ingin mengobati luka lamamu. Aku ingin memberikan warna dalam kertasmu yg abu. Aku ingin membuatmu bahagia. Aku ingin selalu membuatmu tersenyum.
Namun ternyata takdir mengatakan lain. Kini kamu harus terjatuh lagi, kini kamu harus terluka lagi dan kini kamu harus menangis lagi.
 T_T

Sahabat, walaupun demikian, aku ingin kamu menghapus air matamu. Aku ingin kamu bangun dari jatuhmu. Aku ingin kita mengobati lukamu bersama. Aku ingin mengajak kamu untuk tetap optimis dan YAKIN bahwa semua yg terjadi pasti ada hikmahnya. Biarlah semua kan berlalu dengan apa adanya. Aku yakin, besok pagi Allah akan menunjukkan pelangi yg sangat indah setelahkamu menangis karena lebatnya hujan dan kerasnya halilintar malam ini. Aku yakin, suatu saat Allah akan menumbuhkan bunga mawar yang indah untukmu setelah kamu terluka karena duri di pohonnya. Aku yakin, Allah akan memberikan keindahan yang terindah yg tak pernah kamu sangka sebelumnya. Dan insya Allah kamu akan mensyukuri itu semua,  insya Allah kamu akan merasa beruntung karena kejadian malam ini, dan insya Allah kamu akan bersujud syukur karena nikmat sesungguhnya yg abadi dari-NYA suatu saat nanti. YAKINLAH, SAHABAT dan BERSABARLAH.

Insya Allah aku akan berdoa untukmu, sahabat dan insya Allah aku akan selalu berada di sampingmu.
Aku mohon, tersenyumlah kembali, sahabat! Tataplah ke depan! Jangan pernah lagi berbalik ke belakang! Aku ingin kamu menjemput kebahagiaan yg sesungguhnya, bukan lagi fatamorgana. Tersemyumlah sahabat, aku akan selalu ada bersamamu.


Life is full of lots of up and downs,

And the distance feels further when you're headed for the ground,
And there is nothing more painful than to let you're feelings take
you down,
It's so hard to know the way you feel inside,
When there's many thoughts and feelings that you hide,
But you might feel better if you let me walk with you
by your side,

And when you need a shoulder to cry on,
When you need a friend to rely on,
When the whole world is gone,
You won't be alone, cause I'll be there,
I'll be your shoulder to cry on,
I'll be there,
I'll be a friend to rely on,
When the whole world is gone,
you won't be alone, cause I'll be there.

All of the times when everything is wrong
And you're feeling like
There's no use going on
You can't give it up
I hope you work it out and carry on
Side by side,
With you till the end
I'll always be the one to firmly hold your hand
no matter what is said or done
our love will always continue on

And when the whole world is gone
You'll always have my shoulder to cry on....


(Shoulder to cry On - Tommy Page)

"It's song for you, baby".

~untuk sahabatku yang malam ini sedang menangis

Sabtu, 15 Oktober 2011

Ketika Da'i Menjadi Pengusaha


Notulensi Ta'lim entrepreneur by kak Rendy Saputra, Kamis, 13 Oktober 2011 @masjid Salman ITB pukul 16.00-17.30 WIB dengan tema "Ketika Da'i Menjadi Pengusaha"


(maaf berantakan tapi semoga bermanfaat. Selamat membaca ^,^)


- Islam telah mengatur semua aspek kehidupan dalam syariat Islam.

- Dakwah bukan proyek sederhana, perlu materi, perlu banyak waktu, dan perlu energi yang besar.

- Apapun yang kita lakukan sebaiknya 100%
       Jangan melakukan sesuatu dengan setengah-setengah walaupun awalnya niatnya bukan  untuk melakukan pekerjaan itu tetapi ketika kita telah memilih untuk melakukannya maka sebaiknya100%.

- Kelebihan menjadi seorang entrepreneur:
1. Entrepreneur memiliki kendali waktu yang baik
       Ia bisa membagi waktu kapan untuk Allah, kapan untuk keluarga, kapan untuk umat, kapan untuk karyawan. Seorang BOS tidak banyak bekerja karena BOS = By Operating System. Yang bekerja adalah sistem2nya.
       DAKWAH TIDAK DAPAT DIJALANKAN DENGAN WAKTU SISA.
       Menyayangi anak tidak dapat dilakukan dengan sisa waktu, memperhatikan istri ga bisa dilakukan dengan sisa waktu dan sisa energi, melayani umat tidak dapat dilakukan dengan sisa waktu.
2. Entrepreneur punya kendali berpikir
       Setiap masalah ada solusi yang efektif. Seorang entrepreneur jika gak bisa jualan akan mencari orang yg bisa jualin seperti taktik Stiff J (pemilik APPLE). Entrepreneur luas berpikir, memikirkan apa yg tidak biasa dipikirkan org lain. Enterpreneur da'i juga memikirkan umat, memberi dan berbagi tanpa takut miskin karen kaya dan miskin adalah hak Allah.

- Da'i itu harus kaya karena dakwah membutuhkan uang banyak
     Dakwah membutuhkan uang. Misalkan kita akan mengadakan dauroh. kita perlu uang 5 juta. Misalnya kita punya omset 100 juta aja, kita bisa bikin 20 cara dauroh yg sama.
     Orang arab kalo makan 1 kambing buat 2 orang. Karena mereka kaya. Kita di sini, kadang mau ngadain acara, nyari mobil pinjeman aja susah.
     Untuk mencapai kualitas baik membutuhkan uang yang banyak. Misalnya anak yg akan sekolah di SDIT. SDIT pendidikannya memang bagus, disiplin, mencetak anak2 yg sholeh tapi mahal banget dan gak semua orang tua mampu menyekolahkan anaknya di sana. Pendidikan itu mahal, jadi kalau kita ingin berpendidikan baik, kita harus punya banyak materi/finansial yg dapat menunjangnya.
     Abdurrahman bin auf mndengar berita dari Aisyah bahwa ia akan masuk syurga dengan merangkak krn ia adl seorang ahli infak, ia menginfakkan untanya sebanyak 700 ekor. kira2 apa yg dipikirlkan abdurrahman bin auf ketika menginfakkan unta2nya? Kalo tabungan bertahun2 kita, harus diinfakkan saat itu juga, apa yg akan kita pikirkan? Apakah kita bisa seikhlas Abdurrahman bin auf?
Hal itu hanya bisa dilakukan jika kita menjadi seorang entrepreneur. Kalo kita hanya karyawan biasa, kita akan lebih sulit berkata "jika aku infakkan semua hartaku hari ini, besok juga ada lagi" dari mana? beda dengan seorang entrepreneur,setiap hari uangnya bisa ngalir terus tanpa harus nunggu waktu2 tertentu dalam 1 pekan atau 1 bulan.
      Peluang bisnis itu besar. Bandung ini luas dan penduduknya banyak. berapa uang yg muter setiap hari dalam penjualan nasi? belum produk2 yg lain. Saudara kita, seorang pengusaha keripik pedas di bandung, mahasiswa juga, omsetnya mencapai 6 M dalam sebulan. Beliau juga da'i. Uang itu terus muter, triliyunan uang terus muter, tapi kemanakah ia berputar? kira2 uang yg banyak itu ada di tangan orang soleh atau bukan?
        Kita akan lebih mudah berdakwah jika kita jadi bos. misalnya" kita lagi mimpin rapat terus kita bilang, ". . . maka omset kita akan bertambah sekian jika kita berhasil, makanya rajin2 sholat sunnah ya? dhuhanya yg rajin, QL  nya jangan bolong."
          Kalo kita punya materi yg luas kita bisa bermimpi punya rumah 1000m, lantai 1 bisa dibuat 2 kolam renang, 1muntuk ikhwan, 1 untuk akhwat. Selain itu juga bisa dimanfaatkan untuk madrasah umum (TPA, liqo, pengajian, dll), lantai 2 dipakai untuk ruang keluarga dan kamar anak2 (walaupun anaknya banyak tapi tetep bisa punya kamar sendiri2 karena luasnya rumah kita), lantai 3 dimanfaatkan untuk tempat beribadah kpd Allah , tempat belajar, dll. Degan materi yg banyak kita juga tetap bisa beraktivitas dengan baik dan konsentrasi, berdakwah dengan konsentrasi karena pekerjaan rumah kita dapat terselesaikan dengan fasilitas, kita punya sopir, tukang kebun, baby sitter, pembantu rumah tangga sehingga kita tetap dapat beraktifitas dengan lancar dan berdakwah dengan total.
           Beda jika kita miskin. Ada cerita, seorang aktivis da'i yg mengajak saudara ipar (yg menafkahi keluarganya) untuk sholat, tetapi saudara iparnya bilang, "kamu kasih makan dulu anak istrimu baru saya sholat. Jangan kerjaannya dakwah mulu tapi anak isteri gak diurusin!" Nyesek gak tuh? Seorang da'i harus punya harga diri.

Kamis, 13 Oktober 2011

BERUBAH atau MATI

Kemarin, 12 Oktober 2011, sekitar pukul 11 malam aku selesai mengerjakan TP EkFis 1. Setelahnya aku berniat untuk mengerjakan Laporan Fiskom Modul 3. Tapi tangan jahil ini membuka blog karena memang aku sedang belajar mengoprek blog. Aku ingin memfollow teman2ku. Hingga mungkin sekitar pukul 12 malam aku menemukan blog salah satu temanku. Aku membaca judul postingan teratasnya "Berbagi Cinta Berbagi Cerita".

Aku membaca awal tulisannya "Sembilan bulan berada di rahim ibu, Allah telah menyempurnakan bentuk tubuhku. . .". Aku pikir ini postan tentang "ibu", sehingga aku pun melanjutkan membacanya karena aku sangat senang membaca tulisan2 tentang "ibu" dan “ayah”.
Sampai di tulisan bawah gambar peta daerahnya, aku mulai sadar kalau tulisan itu adalah biografi tentangnya. Aku ingin mencukupkan sampai di situ saja bacanya, tapi saat itu terbaca tulisan "Sebenarnya ibuku sangat berat melepas putra tercintanya yang masih kecil ini untuk hidup mandiri" dan aku merasa d'javu karena ini pernah dialami ibuku ketika melepas kepergian adikku untuk belajar di pesantren. Aku pun melanjutkan membacanya lagi. Sampai pada kalimat "Setiap hari aku harus mengayuh sepedaku menelusuri jalan berbatu dari rumah ke sekolah sejauh 12 km", aku semakin tertarik untuk membaca lanjutannya karena ini juga pernah aku alami ketika aku menempuh perjuangan hidupku masa SMP.

Aku pun membaca lanjutannya. Aku menyimak kisah perjuangan dalam perjalanan hidupnya. Tak terasa, air mataku menetes. Tapi aku terus melanjutkan membaca dan menyimak dan air mataku pun terus berderai. Hm, mungkin ini terkesan lebay. Tapi aku menghayatinya.
SUBHANALLAAH, , , 
INI SUNGGUH SANGAT LUAR BIASA.

Dia adalah seseorang yang berasal dari daerah yang mungkin tidak semua orang mengenalnya, bahkan aku sendiri juga tidak begitu tahu tepat lokasi daerahnya di sebelah mana padahal aku juga berasal dari provinsi yang sama, Jawa tengah (atau aku aja yang buta daerah ya?). Dia adalah seseorang yang berjuang keras sejak dia masih kecil. Ketika masih SD dia harus berpisah dengan orang tuanya karena harus menuntut ilmu di pesantren di luar daerahnya, menuntut ilmu dunia dan ilmu akhirat dalam usianya yang masih sangat dini. Ketika SMP dan SMA pun dia memilih sekolah yang jauh dari tempat tinggal orang tuanya tetapi sekolah yg dia pilih memanglah sekolah yg bermutu bahkan SMA nya adalah SMA asrama terbaik di Indonesia Dia selalu mendapatkan prestasi terbaik di sekolahnya. Dia selalu mendapatkan yang terbaik dalam usaha terbaiknya. Walaupun dia pernah gagal, tapi dia selalu optimis dan memperjuangkan untuk keberhasilannya. Dan dia selalu segera bangun dalam jatuhnya. Sampai sekaranng pun insya Allah dia selalu berada dalam kebaikan dan selalu menebarkan kebaikan. Semoga Allah selalu meridhoi perjuangannya dan selalu melimpahkan keberkahan untuknya.

Jika aku menganalogikan dengan kisah perjalanan hidupku, sebenarnya aku adalah seseorang yang seharusnya tetap berjuang sepertinya. Karena aku hidup dalam perjuangan dan cinta. Next, insya Allah aku akan menuliskan juga kisah perjalanan hidupku. Tapi kini, aku ingin menuliskan apa yang aku rasakan tadi malam. Tulisannya menyadarkan diriku untuk berkaca dan berbalik ke belakang untuk melihat siapa diriku yang dulu dan bagaimana aku yang sekarang?

Dulu, hampir semua orang di sekitarku selalu memandang aku hebat karena prestasi-prestasi yang aku raih. Mungkin kinipun sebagian orang2 di sekitarku juga masih memandang seperti itu karena aku berada di sini, di kampus yang mereka pandang sebagai kampus terbaik bangsa. Tapi, sebenarnya aku yang sekarang bukanlah sepenuhnya seperti apa yang mereka pikir. Di sini, aku bukan siapa-siapa. Aku bukanlah sang juara lagi. Aku tidak seperti teman yang aku  ceritakan di atas, yang mungkin membuat semua orang bangga karena berada di fakultas teratas kampus ini, pernah meraih medali,  dan mendapatkan beasiswa full serta prestasi2 lainnya yang tidak sedikit. Aku tidak pula seperti mereka yang membawa piala emas, perak, maupun perunggu untuk mengharumkan nama kampus tercinta ini. Aku juga belum pernah mendapatkan kesempatan untuk keliling dunia seperti mereka yag mendapatkan beasiswa tour, short visit, student exchange maupun beasiswa S2, S3, riset, dan lainnya. Aku juga belum memiliki sertifikat kejuaraan terbaru di sini.

Perjuanganku sekarang memang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan perjuangan hidupnya. Jika dibandingkan dengannya, dia bersekolah di sekolah asrama terbaik di Indonesia dan aku berada di sekolah unggulan Jakarta barat. Tapi di sana dia serius belajar, serius menuntut ilmu, dan serius menggapai semua keinginannya. Dia juga bukan hanya belajar ilmu duniawi tapi juga ilmu akhirat. Dia tetap mempertahankan beasiswa2nya dalam jatuh bangunnya. Dia meraih prestasi-prestasi dalam perjuangan kerasnya, bukan hanya di sekolahnya, tapi dia juga membawa pulang medali olmpiade nasional, meraih beasiswa full S1, dan mendapatkan fakultas terbaik di kampus terbaik. Di sini pun, dia terus berusaha menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain, KARENA ALLAH.
Tapi aku? Prestasiku menurun dan terus menurun sejak kelas 2 SMA. Updatenya pergaulan yang harus terus aku ikuti membuatku terlena sehingga aku pernah terjatuh dan terjatuh dalam jurang yang sangat dalam. Dalam jatuhku, aku tidak segera membangunkan diri, tapi aku terus meratapinya hingga aku membuang waktu dan  kesempatanku selama +- 1 tahun. Seharusnya aku berjuang untuk mendapatkan apa yang aku inginkan dulu, FK UI. Aku ditolak berkali-kali dalam usaha tidak maksimalku melalui PMDK, SIMAK, dan UMB.
Memang, dengan segala kemurahan Allah, aku berkesempatan belajar di kampus ini, kampus yang menjadi tempat belajar kebanggaan bagi mahasiswa2 di dalamnya. Tapi, mungkin aku telah kelamaan diam dalam jatuhku dan membiarkan lukaku. Di sini, aku tidak memiliki semangat yang seluar biasa ketika aku masih kecil dulu, ketika aku masih duduk di bangku TK, SD dan SMP yang selalu berjiwa koleris, harus selalu menang, harus selalu menjadi yang terbaik dan harus selalu menjadi juara. Di sini, aku lebih plegmatis, pasrah dan LEMAH dengan keadaan sekitar yang aku lihat. Aku melihat banyak orang hebat di sini dan aku merasa tidak mungkin menyaingi mereka karena aku merasa sangat jauh dari mereka. Hal ini terus aku biarkan bertubi-tubi hingga aku tidak cemerlang lagi.

Tapi dari ceritanya, hati, jiwa, dan perasaanku tersentak bahwa aku hanya punya 2 pilihan, BERUBAH atau MATI?!!!

Jika aku memilih berubah, maka aku harus melakukan poin-poin berikut:

1.      Usahaku harus tetap sebanding dengan keinginanku.“Man jadda wa jada”, sebuah hadits Rosululloh yang artinya "Barang siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkannya".

2.      Aku harus berusaha mencinta pekerjaanku. Walaupun aku masih belum menyukai Fisika tapi aku harus berusaha menyukainya dengan sering berinteraksi dengannya (rajin mempelajarinya). “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:216)

3.      Aku harus mengejar ketertinggalan ini walaupun semua terasa tak mungkin. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka” (QS Ar-Ra’ad:11)

4.      Aku harus senantiasa mensyukuri apa yang telah aku dapatkan selama ini. “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim:7)

Dengan mengucap BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM, aku akan BERUBAH.

Selasa, 11 Oktober 2011

Ikhwan Sejati vs Akhwat Sejati

Ikhwan Sejati
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya…

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran…
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat disekitarnya, tetapi dari sikap persahabatannya pada generasi muda bangsa…
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia dihormati di tempat bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati di dalam rumah…
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan…
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati yang ada di balik itu…
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya akhwat yang memuja, tetapi komitmennya terhadap akhwat yang dicintainya (ketika cinta itu hanya pada satu tujuan, Allah Ya Rabbul Izzati)…
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbell yang dibebankan, tetapi dari tabahnya dia menghadapi liku-liku kehidupan…
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya memebaca Al Quran, tetapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang ia baca…



Akhwat Sejati
Seorang gadis kecil bertanya pada ayahnya, “Abi ceritakan padaku tentang Akhwat sejati?”. Sang ayah pun menoleh sambil kemudian tersenyum:
Anakku … Seorang akhwat sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dilihat dari kecantikan hati yang ada di baliknya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang memesona, tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari begitu banyaknya kebaikan yang ia berikan tetapi dari keikhlasan ia memberikan kebaikan itu.
Akhwat sejati bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dilihat dari apa yang sering mulutnya bicarakan.
Akhwat sejati bukan dilihat dari keahliannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya ia berbicara.
Sang ayah diam sejenak sembari melihat ke arah putrinya.
“Lantas apa lagi Abi?”, sahut putrinya.
Ketahuilah putriku …
Akhwat sejati bukan dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian tetapi dilihat dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di jalan tetapi dilihat dari Kekhawatiran dirinyalah yang mengundang orang jadi tergoda.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani tetapi dilihat dari sejauhmana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa syukur. Dan ingatlah …
Akhwat sejati bukan dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauh mana ia bisa menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul.

Setelah itu sang anak kembali bertanya,
“Siapakah yang dapat menjadi kriteria seperti itu, Abi?”
Sang ayah memberikannya sebuah buku dan berkata,”Pelajarilah mereka!”
Sang anak pun mengambil buku itu dan terlihatlah sebuah tulisan “Istri Rasulullah”