About me

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Instagram: @dewikusumapratiwi Facebook: https://www.facebook.com/dewi.kusumapratiwi

Sabtu, 15 Oktober 2011

Ketika Da'i Menjadi Pengusaha


Notulensi Ta'lim entrepreneur by kak Rendy Saputra, Kamis, 13 Oktober 2011 @masjid Salman ITB pukul 16.00-17.30 WIB dengan tema "Ketika Da'i Menjadi Pengusaha"


(maaf berantakan tapi semoga bermanfaat. Selamat membaca ^,^)


- Islam telah mengatur semua aspek kehidupan dalam syariat Islam.

- Dakwah bukan proyek sederhana, perlu materi, perlu banyak waktu, dan perlu energi yang besar.

- Apapun yang kita lakukan sebaiknya 100%
       Jangan melakukan sesuatu dengan setengah-setengah walaupun awalnya niatnya bukan  untuk melakukan pekerjaan itu tetapi ketika kita telah memilih untuk melakukannya maka sebaiknya100%.

- Kelebihan menjadi seorang entrepreneur:
1. Entrepreneur memiliki kendali waktu yang baik
       Ia bisa membagi waktu kapan untuk Allah, kapan untuk keluarga, kapan untuk umat, kapan untuk karyawan. Seorang BOS tidak banyak bekerja karena BOS = By Operating System. Yang bekerja adalah sistem2nya.
       DAKWAH TIDAK DAPAT DIJALANKAN DENGAN WAKTU SISA.
       Menyayangi anak tidak dapat dilakukan dengan sisa waktu, memperhatikan istri ga bisa dilakukan dengan sisa waktu dan sisa energi, melayani umat tidak dapat dilakukan dengan sisa waktu.
2. Entrepreneur punya kendali berpikir
       Setiap masalah ada solusi yang efektif. Seorang entrepreneur jika gak bisa jualan akan mencari orang yg bisa jualin seperti taktik Stiff J (pemilik APPLE). Entrepreneur luas berpikir, memikirkan apa yg tidak biasa dipikirkan org lain. Enterpreneur da'i juga memikirkan umat, memberi dan berbagi tanpa takut miskin karen kaya dan miskin adalah hak Allah.

- Da'i itu harus kaya karena dakwah membutuhkan uang banyak
     Dakwah membutuhkan uang. Misalkan kita akan mengadakan dauroh. kita perlu uang 5 juta. Misalnya kita punya omset 100 juta aja, kita bisa bikin 20 cara dauroh yg sama.
     Orang arab kalo makan 1 kambing buat 2 orang. Karena mereka kaya. Kita di sini, kadang mau ngadain acara, nyari mobil pinjeman aja susah.
     Untuk mencapai kualitas baik membutuhkan uang yang banyak. Misalnya anak yg akan sekolah di SDIT. SDIT pendidikannya memang bagus, disiplin, mencetak anak2 yg sholeh tapi mahal banget dan gak semua orang tua mampu menyekolahkan anaknya di sana. Pendidikan itu mahal, jadi kalau kita ingin berpendidikan baik, kita harus punya banyak materi/finansial yg dapat menunjangnya.
     Abdurrahman bin auf mndengar berita dari Aisyah bahwa ia akan masuk syurga dengan merangkak krn ia adl seorang ahli infak, ia menginfakkan untanya sebanyak 700 ekor. kira2 apa yg dipikirlkan abdurrahman bin auf ketika menginfakkan unta2nya? Kalo tabungan bertahun2 kita, harus diinfakkan saat itu juga, apa yg akan kita pikirkan? Apakah kita bisa seikhlas Abdurrahman bin auf?
Hal itu hanya bisa dilakukan jika kita menjadi seorang entrepreneur. Kalo kita hanya karyawan biasa, kita akan lebih sulit berkata "jika aku infakkan semua hartaku hari ini, besok juga ada lagi" dari mana? beda dengan seorang entrepreneur,setiap hari uangnya bisa ngalir terus tanpa harus nunggu waktu2 tertentu dalam 1 pekan atau 1 bulan.
      Peluang bisnis itu besar. Bandung ini luas dan penduduknya banyak. berapa uang yg muter setiap hari dalam penjualan nasi? belum produk2 yg lain. Saudara kita, seorang pengusaha keripik pedas di bandung, mahasiswa juga, omsetnya mencapai 6 M dalam sebulan. Beliau juga da'i. Uang itu terus muter, triliyunan uang terus muter, tapi kemanakah ia berputar? kira2 uang yg banyak itu ada di tangan orang soleh atau bukan?
        Kita akan lebih mudah berdakwah jika kita jadi bos. misalnya" kita lagi mimpin rapat terus kita bilang, ". . . maka omset kita akan bertambah sekian jika kita berhasil, makanya rajin2 sholat sunnah ya? dhuhanya yg rajin, QL  nya jangan bolong."
          Kalo kita punya materi yg luas kita bisa bermimpi punya rumah 1000m, lantai 1 bisa dibuat 2 kolam renang, 1muntuk ikhwan, 1 untuk akhwat. Selain itu juga bisa dimanfaatkan untuk madrasah umum (TPA, liqo, pengajian, dll), lantai 2 dipakai untuk ruang keluarga dan kamar anak2 (walaupun anaknya banyak tapi tetep bisa punya kamar sendiri2 karena luasnya rumah kita), lantai 3 dimanfaatkan untuk tempat beribadah kpd Allah , tempat belajar, dll. Degan materi yg banyak kita juga tetap bisa beraktivitas dengan baik dan konsentrasi, berdakwah dengan konsentrasi karena pekerjaan rumah kita dapat terselesaikan dengan fasilitas, kita punya sopir, tukang kebun, baby sitter, pembantu rumah tangga sehingga kita tetap dapat beraktifitas dengan lancar dan berdakwah dengan total.
           Beda jika kita miskin. Ada cerita, seorang aktivis da'i yg mengajak saudara ipar (yg menafkahi keluarganya) untuk sholat, tetapi saudara iparnya bilang, "kamu kasih makan dulu anak istrimu baru saya sholat. Jangan kerjaannya dakwah mulu tapi anak isteri gak diurusin!" Nyesek gak tuh? Seorang da'i harus punya harga diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar