About me

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Instagram: @dewikusumapratiwi Facebook: https://www.facebook.com/dewi.kusumapratiwi

Selasa, 09 Oktober 2012

Mengapa wanita sekolah tinggi, padahal akhirnya akan masuk dapur juga?

Beberapa hari yang lalu ada beberapa teman yang menanyakan tentang ini padaku. Jawabannya saya kirim via message fb, namun tak ada salahnya jika saya share di sini. Jawaban berdasarkan apa yg saya yakini:
1. Q.S. Al Mujadilah ayat 11
Menurut saya ini bukan teori. Ini ayat Al-qur'an dan Al qur'an itu bukan teori. Jika antum menjudge Al qur'an adalah teori tanpa antum buktikan terlebih dahulu kebenaran2 di dalamnya, berarti antum melakukan fitnah besar.
2. Menuntut ilmu itu hukumnya fardhu bagi semua manusia.
Kita samain dulu ya definisi ilmu yg saya pahami dan antum pahami sebelumnya.
Ilmu itu adl segala sesuatu yg mendekatkan diri kpd Allah. Kata imam Al Ghazali (ulama), saya lupa redaksinya, tp intinya jika seseorang bertambah ilmunya maka akan bertambah kedekatannya dg Allah dan jika tidak, maka yg diperolehnya itu hanyalah kesesatan.
Ilmu terbagi jd 2: syariah (berdasarkan Al-qur'an) dan ghairu syari'ah (berdasarkan nalar/akal).
Nah hukum nya:
1. Fardhu 'ayn: harus dituntut semua manusia (misalnya ma'rifatullah / mengenal Allah / Rabb)
2. Fardhu kifayah: kl 1 muslim uda menuntut, gugurlah kewajiban yg lain, tp hukumnya bs jd fardhu 'ayn jika kebutuhan di sekitarnya masih terbatas. Misal: ahli nuclear medicine di indonesia msh terbatas, apa lg yg muslimnya, maka fardhu UNTUK yg sedang menjalani studi tentangg nya, asal tujuannya masih untuk menegakkan kalimat Allah. Jadi gak ada alasan untuk malas belajar bidang ini di samping belajar tentang islam.
Dan menuntut ilmu yg paling terfasilitasi menurut saya adalah di institusi pendidikan. Misal di ITB, karena di ITB saya bisa belajar banyak hal dan fasilitasnya ada (tentang islam, tentang science, tentang engineer, tentang art, tentang sosial, dll)
3. Nyari link dan fasilitas belajar.
"kenapa sih anak2 pd mau blajar plano? Pdhl di indonesia, ilmu2 plano itu terlalu idealis dan gak banyak kemungkinan untuk diterapkan di Indonesia."
Kenapa saya belajar di fisika ITB? Bukan hanya karena saya mau jadi fisikawan. Dan saya yakin, sekitar 80% temen2 saya lebih ingin jadi selain fisikawan daripada jadi fisikawan. Tapi yang dipelajari di fisika adalah "pola pikirnya". Toh banyak lulusan fisika yang kerja di bank, jadi pengusaha, S2 di kedokteran, ekonomi, manajemen, dll. Memang ada juga yang mendalami Fisika hingga menjadi profesor.
Kenapa harus susah2 belajar di ITB? Karena link. Saya gak hanya belajar di fisika ITB, tapi di himpunan mahasiswa fisika ITB, di unit kegiatan mahasiswa ITB, di kabinet Keluarga Mahasiswa ITB, di organisasi2 eksternal kampus (seperti kampus peduli), di tempat saya belajar memperdalami agama saya (islam), dan sebagian lagi bisa kenal dengan dosen2 ITB, alumni2 ITB, barangkali nanti ada proyek atau info tentang job vacancy, dsb. Dan belum tentu saya dapetin ini kalau saya gak kuliah dan gak kuliah di kampus ini.
4. Jadi pendidik,terutama untuk anak2 saya nanti karena yg memegang peran besar dalam mendidik anak adalah ibu. Haha.
Gak mungkin kan kita mau ngasih sesuatu tp kita gak punya sesuatu itu? Sekali lg, di kampus saya gak hanya belajar fisika, kadang di agenda kemuslimahan saya mendapat ilmu tentang rumah tangga (memasak, menjahit, merajut, ilmu mendidik anak, dll). Di pergaulan, saya mendapat ilmu tentang kemasyarakatan. Di kampus saya kenal berbagai macam type orang dengan ideologi yg dibawanya. Mereka juga termasuk yang berpendidikan. Jadi akan selalu ada ilmu yang bisa saya peroleh dari mereka.
Ilmu itu bagaikan benda yang hilang, yang akan selalu kita cari dan bisa kita dapatkan dimanapun.
Kalau saya punya keinginan untuk s2 dan s3 berarti karena saya merasa ilmu2 yg saya dapatkan selama ini belum cukup, sangat belum cukup (ilmu yg telah saya definisikan tadi, semuanya), apa lg untuk mendidik anak2 saya nanti, yg saya harapkan jadi seorang pemimpin. Karena buah jatuh gak akan jauh dari pohonnya. Hehe. Dan kalaupun saya gak lanjut s2 dan s3, harapan saya, saya gak akan berhenti untuk menuntut ilmu di manapun saya berada karena ilmu itu luas dan gak akan cukup untuk kita pelajari sepanjang usia kita.

 Kesimpulan: ilmu apapun itu gak ada yg sia2, setiap ilmu punya manfaatnya masing2 dan akan selalu ada manfaat sesuai prasangka kita atas manfaat yg akan kita dapatkan di mejelis/tempat kita menuntut ilmu. Jadi insya Allah gak akan ada yg sia2, bahkan malah akan sangat bermanfaat. Dan bermanfaat juga bagi wanita, meski wanita adalah calon ibu rumah tangga. ;-)