Ini kisah nyata. Pelajaran ini aku peroleh dari suatu forum, kemarin, sabtu, 8 Desember 2012.
Entah, jalan ini berkah atau tidak. Allahu 'alam. Aku hanya berusaha melakukannya karena Allah. Aku berharap, jalan ini diberkahi dan semua yang berada di jalan ini selalu diridhai Allah dan dimusahkan segala urusannya.
Amanahku memang tidak sebanyak mereka yg amanahnya lebih banyak dariku. Kapasitasku juga masih kecil dibandingkan mereka yg berkapasitas lebih besar. Bahkan jika aku dibandingkan dengan sahabat2ku yang berada di sini hari ini, aku seperti buih yg tidak berarti. Aku sangat ketinggalan jauh dari mereka. Mereka berwawasan sosial-politik yang luas, mereka memikirkan umat setiap hari dan selalu berusaha menjadi bagian dari solusi. Mereka mengkaji masalah untuk menghasilkan solusi setiap malam, di mana pada waktu2 tersebut, saya sedang tidur lelap. Mereka juga dituntut oleh tuntutan akademik, akademik mereka tidak semuanya oke, namun semua itu tidak pernah membuat mereka mundur dari jalan ini. Belum lagi ada yg harus bertanggungjawab terhadap finansial dirinya sendiri dan atau keluarganya, namun semuanya tidak membuatnya mundur dr jalan ini. Tenaga dan pikiran mereka diperas untuk dakwah ini.
Betapa lemahnya saya hingga cobaan sekecil ini pun, saya belum bisa lolos (ikhlas).
Ketika semuanya sedang menimpa secara bersamaan dan bertubi2 yang saya anggap masalah2 yg datang dr berbagai arah, saya masih mengeluh, "ya Allah, kenapa harus aku lg yg mengemban amanah ini? Sedangkan akademikku masih butuh perhatian khusus, TA ku belum kesentuh sama sekali, sedangkan ini sudah akhir semester. Banyak deadline tugas besar. Sebentar lagi juga UAS, dan aku belum belajar. Sedangkan si A, si B, si C dan yg lainnya bisa fokus dg urusan akademik. Kenapa harus aku lagi ya Allah? Padahal dg amanah2 ini gak menjanjikan kalau TA ku bisa beres dengan sendirinya, akademikku membaik dg tiba2, dan bahkan kalau ada apa2, gak ada yg bertanggung jawab atasnya. Belum lagi masalah2ku yang lain. Masalah keluarga, masalah pribadi, ditambah amanah2ku yg lain. Kenapa harus aku lagi ya Allah?"
Ah, ternyata semua keluhanku tadi sangat tidak berarti. Banyak orang2 hebat dan kuat di sekitarku. Mereka ditempa banyak problematika kehidupan yang SANGAT KOMPLEKS. Alangkah tidak dewasanya aku, dasar childish! Lemah! Gitu aja ngeluh! Lihat mereka! Mungkin masalah mereka lebih besar!
Tapi ternyata, gak ada alasan untuk mundur dari sini, dari jalan ini.
Kata salah seorang sahabat (satu di antara mereka), "Bahkan salah satu dari dosa besar adalah ketika kita mundur dari jalan perang tanpa alasan yg syar'i. Alasan akademik tuh gak ada di Al-qur'an sob!"
Bahkan salah seorang sahabat yg lainnya (hari ini beliau sangat menginspirasi saya) berkata, "dakwah ini bukan mengorbankan seseorang. Kita di sini berjama'ah. Kami butuh dukungan dari kalian, yg gak hanya sekedar do'a dan kata "semangat". Namun, kenapa masih ada yg mementingkan URUSAN DUNIAWI? IPK saya juga masih rendah, saya PMDK (Persatuan Mahasiswa Dua Koma) dan saya harus memperbaikinya, saya juga punya target buat lulus tahun depan. Tapi, apakah lalu saya akan meninggalkan mereka? Tidak, saya akan membantu semaksimal kapasitas yg saya punya, sembari saya memperbaiki akademik saya tsb".
:'(
Subhanallah.
Kata sahabat yg lain lagi, "jangan hanya berpikir "ini masalah gue". Kita semua punya masalah pribadi. Dan kitapun punya masalah bersama. Lihat Indonesia sekarang! Setiap dari kita harus menjadi bagian dari perubahan bangsa ini. Setiap dari kita harus mengkaji masalah bangsa ini lalu menghasilkan solusi2. Jangan apatis, yg hanya mementingkan diri sendiri! Ini masalah kita bersama!"
- Dari mereka, aku diajarkan bahwa masalahku ini tidak ada apa2nya, bahkan hanya seperti buih jika dibandingkan dengan masalah bangsa ini, bahkan mungkin bangsa2 lain di belahan bumi bagian sana.
- Dari mereka, aku diajarkan untuk tidak apatis. Kajilah masalah umat ini di manapun dan kapanpun, lalu jadilah bagian dari solusi. Oh, ternyata untuk mengkaji, aku harus berwawasan sosial politik sedangkan update berita aja jarang. Ah, itu bukan alasan! Bilang aja males buka berita (tv, radio, koran, internet)!
- Selama ini, saya termasuk org yg chupu masalah sos-pol. Lalu dari mana saya haru memulai ketertinggalan saya yg sudah sangat jauh ini? Kata temen, "Dimulai dari baca buku!" Ah, saya tuh males banget baca buku, saya gak suka baca! Kata kakak tingkat yang saat ini aktif bergerak di bidang sos-pol kampus, "dulu gue juga gak suka baca, bahkam gue gak suka berada di ranah2 kayak gini. Dulu gue anti kemahasiswaan, namun ada kakak tingkat yg ngejebak gue di sini. Dan mau gak mau gue ngikutin alur di sini. Dari sana gue banyak ingin tau dan ingin berwawasan luas, shg ada 5 macam buku/tulisan yg "wajib" buat gue baca setiap harinya: 1. Buku ttg agama; 2. Buku ttg keprofesian saat ini (jurusan masing2); 3. Berita2 terkini (berupa artikel, dll); 4. Buku yg gak paling kita sukai: sosial-politik-ekonomi; 5. Buku ttg filsafat atau pemikiran.
Dan semua itu harus gue baca tiap harinya meski cuma beberapa lembar, lalu gue buat tumpukan list buku yg belum gue selesaiin. Jadi gue ngerasa punya tugas buat baca buku2 itu."
Saya sadar, dakwah itu selain untuk meng-Esa-kan Allah, juga untuk melayani umat (adil dan sejahtera terhadap umat). Intinya, kita dituntut untuk memikirkan permasalahan umat dan menjadi bagian dari solusi permasalahan2 umat. "Bagaimana kita akan menjadi bagian dari solusi jika kita tidak paham masalahnya?"
#update sosial politik boss.
Karena islam juga mengatur ke sana.
Semoga tulisan ini selalu menjadi reminder bagi saya dan bermanfaat untuk yg membacanya. :-)
@yang kata2nya saya kutip di tulisan ini: maaf sob, kak, jika kutipan kalimatnya tidak sama persis.
Semoga tidak mengurangi aliran pahala kebermanfaatannya untuk kalian. Aamiin. :-D
lucunya setiap memutuskan untuk fokus akademik saja, amanah amanah lain seakan datang tak henti hentinya.
BalasHapusaku tingkat 4 ini sadar akademik itu prioritas, bukan sebuah pilihan "akademik atau dakwah".
di tingkat 4 ini aku juga sadar wie, knp rasanya kemarin2 aku begitu "sekuler", padahal islam itu mengajarkan kekomprehensifan.
yang merasakan pentingnya ini harus semua, untuk saling ngelengkapin. yang akademisnya super, nge back up yang kurang.
kalau pinjam istilah yorga, semuanya harus gelisah wie.
aaah dewii maafkan akuu T_T
Dewi, aku, kita, semua, Kuat! :D
Hajah, dewi
BalasHapusT_T
:')
jazaakillahu khair sudah mengingatkan :)
saudariku..
BalasHapussemoga Allah selalu menguatkan langkah kita dan mengokohkan pundak kita hingga kaki ini menapak ke surga-Nya :'(
Dasar... :p
BalasHapusbuat apa gunanya SAHABAT disekitarmu tuh..
Banyak punya temen2 yang super itu barokah, kan kamu bisa minta diajarin masalah akademik misalnya, itu juga, kamu bisa dapet hikmah dari orang2 yang kamu anggap super kan? Itu ni'mat luar biasa Dewiii..
Bersyukurlah, sesungguhnya orang yang bersyukur kepada Allah, ia bersyukur terhadap dirinya..
Jangan berputus asa dari rahmat Allah. Mungkin Allah ingin menaikkan kualitas dirimu.. ^_^
Kami masih di sampingmu..