Kehadiranmu, bukan hanya kunanti, namun begitu berarti. Engkau begitu mungil, lucu, dan menggemaskan. Hal itu bukan hanya aku yang merasa, orang-orang sekitarpun juga. Engkau penyejuk mata dan pelipur lara bagi siapa saja. Segala tingkahmu, setiap orang suka.
Namun engkau bukan sekedar boneka yang lucu. Yang bisa diatur semauku. Engkau tidak melulu bertingkah seperti yang mereka tahu. Engkau adalah guru dalam kehidupanku. Dan aku adalah murid setiamu.
Tangismu mengajariku untuk peka. Menerka apa yang engkau rasa. Kelincahanmu mengajariku untuk selalu waspada. Jangan sampai engkau kenapa-napa. Kebutuhanmu menyita banyak waktuku. Agar aku fokus belajar dan menjadi lebih baik dalam segala hal.
Tidak hanya itu. Engkau mengajariku untuk tidak jumawa, saat dirimu dipuji banyak manusia. Engkau juga mengajariku untuk bersabar, saat ada yang kurang dari dirimu dan membuatku digunjing oleh mereka. Engkau mengajariku untuk mengendalikan emosi, saat engkau mulai semakin dewasa dan banyak maunya. Aku adalah murid bagimu dan engkau mengajariku banyak hal dalam setiap tumbuh kembangmu.
Namun, aku hanyalah murid yang banyak kekurangan. Seringkali aku melakukan kesalahan. Seringkali aku tidak sabar dan tidak mampu mengendalikan emosi. Namun ketika itu terjadi, engkau kembali beraksi. Engkau mampu menenangkan dan menuntunku kembali untuk menjadi murid yang baik, dengan keluguanmu itu. Engkau mampu membuatku menyesali segala kesalahanku dengan sekejap.
Menjadi murid dalam kehidupan, aku bersyukur. Karena aku akan terus belajar. Tak cukup aku belajar hanya sampai lulus sarjana, bahkan sekalipun aku mengambil S2 dan S3. Aku harus terus mengupgrade ilmuku. Tentangmu, tentangku, dan tentang amanah dalam kehidupan ini. Bukankah Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar