By: Achmad Arbi
Mungkin Shakespeare boleh bilang, “apalah arti sebuah nama” tapi menurut saya nama itu harus punya makna. Nama mengandung doa dan harapan meskipun setiap orang tua tidak pernah tau kalau sudah besar nanti anaknya akan jadi apa.
Memberi nama untuk anak itu susah-susah gampang. Mungkin banyak dari teman-teman (yang sudah nikah dan sudah mau punya anak) mempersiapkan nama si kecil sejak ia masih dalam kandungan. Kamipun tadinya demikian. Namun sejujurnya sampai bayi kami lahir, kami merasa belum punya nama yang pas untuknya. Setiap tamu yang datang besuk ke rumah pasti tanya, “namanya siapa?” saya jawab dengan cengar-cengir sambil bilang, “nanti saya kasih nama kalau sudah hari ketujuh.”
Dan hari ini adalah hari ketujuh. Maka akan saya perkenalkan nama anak kami. Namanya “Zahran”, lengkapnya “Achmad Zahran Barqy”. Achmad adalah nama kecil Rasulullah SAW, artinya baik, pujian, atau terpuji. Zahraan artinya berkilau, berkilatan, bercahaya, cemerlang, berseri-seri, indah, cantik atau tampan. Barqy artinya petir, kilat, halilintar, atau dalam bahasa IPTEK berarti lucutan listrik (arc). Kalau disatuin dan agak dipaksa-paksain, artinya jadi “Petir yang berkilau dan terpuji”.
Achmad adalah kata yang paling pertama kami dapat untuk dijadikan nama dan disiapkan dari jauh-jauh hari. Aturannya sederhana, setiap anak kami harus ada kata Achmad-nya. Bagi kami memberi singkatan nama gabungan ayah dan ibu itu sudah terlalu mainstream. Selain itu nama kami berdua juga sulit untuk digabungkan. Achdew, Achwi, Madew, Madwi, Arwi, Derbi, Wibi semua terasa kurang enak didengar. Akhirnya kami sepakat, cukup nama ayahnya saja yang dititipkan.
Kata Zahran didapatkan ketika beberapa bulan lalu seorang sahabat bersama istri dan anaknya sedang bertamu ke rumah. Obrolan santai kami tentang tanda-tanda hari kiamat, Imam Mahdi, dan Konflik di Suriah berujung pada nama seorang Panglima “Jays al Islam” yakni Syaikh Muhammad Zahran ibn Abdullah Alusy. Sosok cerdas, militan, dan kharismatik yang mampu menyatukan 50 Brigade Jihad Suriah dalam satu komando pasukan tentara Islam terbesar dan terkuat saat ini.
Barqy asal katanya dari al barq. Karena untuk laki-laki maka dijadikan barqy soalnya kalau barqa nanti jadinya perempuan. Begitulah penjelasan teman yang bisa bahasa arab. Awalnya kata tersebut tidak ada dalam daftar alternatif untuk nama belakang. Namun entah kenapa kata tersebut muncul dan terngiang-ngiang di kepala saya. Mungkin karena saya sedang banyak menangani proyek dan banyak belajar tentang petir.
Sebetulnya kata barqa’ itu tidaklah terlalu asing. Tema penelitian untuk tugas akhir yang saya dan teman-teman (K-Group Power ’09) adalah tentang petir dan keandalan jaringan distribusi. Saat bimbingan dulu, profesor pembimbing kami (Pak Djoko Darwanto) seringkali membahas tentang barqa’ ini.
Bagi sebagian besar orang, petir adalah hal yang menakutkan. Sambarannya pada sembarang objek di bumi mampu menimbulkan kerusakan yang dahsyat. Namun dibalik itu, jarang ada yang mengetahui bahwa peristiwa sambaran petir justru mengandung banyak hikmah.
Dalam Al Qur’an Surah Ar Ra’d (QS. 13: 12) Allah berfirman “Dialah yang memperlihatkan kilat kepadamu, yang menimbulkan ketakutan dan harapan...”. Firman Allah: khaufaw wa thama’an (Menimbulkan ketakutan dan harapan) di dalam Tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa: “Ketakutan adalah untuk orang yang bepergian, karena takut tertimpa bahaya dari kilat itu, dan kesulitan yang ditimbulkannya. Sedang harapan adalah untuk orang yang tinggal di rumah, dengan mengharapkan berkahnya, manfaatnya (hujan), dan mengharapkan rizki dari Allah.” Namun bagi para engineer dan scientist petir tidak hanya memberikan harapan sebatas itu. Fenomena petir adalah inspirasi yang tak ada habisnya digali dan membawa banyak harapan untuk kesejahteraan manusia.
Kita tentu pernah bertanya-tanya, mengapa udara setelah petir dan hujan terasa lebih segar dan bersih. Jawabannya ada pada lucutan listrik (electrical discharge) dari awan ke tanah. Lucutan listrik dengan energi yang sangat besar itu mampu memanaskan udara dalam sekejap hingga berubah menjadi fasa keempat. Kalau selama ini kita hanya mengenal 3 wujud zat (padat, cair, dan gas) sebenarnya jika temperatur gas ditingkatkan lagi sampai titik tertentu, ia akan berubah menjadi kumpulan elektron, ion, dan partikel bebas yang disebut plasma.
Dalam kondisi ini bakteri akan mati dan virus akan melemah sehingga udara menjadi bersih. Inilah rahasia dibalik penyejuk udara (AC) yang menerapkan teknologi plasma. Ditambah lagi, ion - ion dari sambaran petir ke tanah ternyata bermanfaat untuk menangkap nitrogen yang bisa dicerna oleh bakteri di dalam tanah. Tidak heran kalau daerah yang sering tersambar petir tanahnya relatif subur.
Bagi orang awam petir adalah sumber kematian, namun bagi para ilmuwan, petir adalah sumber kehidupan. Harold Urey dalam Teori Evolusi Kimia mengatakan bahwa milyaran tahun lalu atmosfer bumi dipenuhi oleh metana (CH4), amonia (NH4), air (H2O), dan karbondioksida (CO2) yang bereaksi menghasilkan senyawa-senyawa organik dengan bantuan radiasi sinar kosmis dan energi dari lucutan listrik. Teori ini dibuktikan oleh muridnya, Stanley Miller dalam eksperimen. Dapat dibayangkan seandainya tidak ada badai petir yang dahsyat dan bertubi-tubi, maka bumi kita akan tetap dipenuhi gas beracun dan tanpa kehidupan.
Kata barqa’ yang Allah ceritakan di dalam Al Qur’an, hari ini telah berkembang luas dan dikenal sebagai plasma technology. Mulai dari pembersih udara, lampu neon, televisi, pemurnian air limbah, sterilisasi peralatan medis, pupuk, pesawat jet, pemotong, pelubang, pengelasan, pembuatan IC (proses coating), bahkan sampai ke konversi energi.
Reaktor yang memanfaatkan teknologi plasma, hari ini sudah ada dalam skala riset. Adalah ITER (International Thermonuclear Experiment Reactor) yang saat ini sedang dibangun dan direncanakan akan menjadi reaktor fusi pertama di dunia. Konsepnya, reaktor ini menggabungkan dua isotop hidrogen (deutrium dan tritium) dalam temperatur yang sangat tinggi sehingga mereka bergabung (fusi) menjadi satu atom di dalam sebuah ruang berbentuk donat raksasa (model Tokamak) yang menghasilkan medan magnet sangat kuat untuk menjaga gerakan partikel bebas (plasma) berkecepatan tinggi ini tetap dalam lingkaran siklus. Proses ini menghasilkan helium dan neutron bebas serta energi yang sangat besar yang kemudian diserap oleh komponen penukar panas (heat transfer). Proses selanjutnya sama dengan turbin uap konvensional sehingga energi listrik dapat dihasilkan. Jika hasil percobannya sempurna, maka reaktor ini akan menjadi sumber energi terbarukan yang paling hemat dan bersih yang mampu mengatasi krisis energi dunia.
Buat yang pernah nonton film Iron Man tentu tidak asing dengan Arc Reactor yang dipakai Tony Stark sebagai sumber energi untuk pabrik senjata dan juga baju zirahnya. Itulah salah satu contoh reaktor plasma. Hanya saja untuk saat ini memang agak menghayal kalau ada reaktor plasma seukuran kue cincin dan bisa ditempel di dada. Tapi biarinlah, kalo kata orang Betawi, “Namenye juga pelem.”
Jadi begitulah cerita saya tentang nama anak kami yang pembahasannya agak ngalor ngidul mulai dari panglima perang Jays Al Islam sampai ke Iron Man. Sekali lagi, orang tua tidak pernah tau akan jadi apa anaknya kelak. Takdirnya telah tertulis di Lauhul Mahfuz pada hari ketika ruh ditiupkan ke dalam jasadnya. Tugas orang tua hanya mendidik dan mengarahkan agar ia selalu dekat dengan jalan Allah.
Tumbuh jadi anak yang sholeh, cerdas, dan kuat ya, Nak. Di dalam namamu tersisip doa dari orang tua. Jadilah seperti petir yang berkilatan, yang khaufaw wa thama’an, menimbulkan ketakutan dan harapan. Ketakutan bagi orang-orang dan penguasa zholim yang membuat kerusakan di muka bumi. Dan harapan bagi orang-orang disekitarmu, bangsamu, negerimu, serta saudara-saudaramu sesama muslim akan suatu keadilan dan kemakmuran. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Aamiiin ya Rabbal ‘Aalamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar