About me

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Instagram: @dewikusumapratiwi Facebook: https://www.facebook.com/dewi.kusumapratiwi

Jumat, 19 Juli 2013

Catatan Pendakian Gunung Merbabu 3145 mdpl #Part 1


Mendaki gunung, menurutku adalah tarbiyah (pendidikan) yang cukup baik untuk orang yang melakukannya. Bukan sekedar wisata untuk menikmati keindahan ciptaan-Nya, namun merupakan simulasi dari kehidupan kita. Tracknya terjal, sulit, dan melelahkan, bahkan terkadang membuat kita menyerah. Namun kita memiliki satu tujuan besar, yaitu berpijak pada puncak tertinggi gunung tersebut. Begitupun hidup. Tak jarang, banyaknya masalah membuat kita pusing dan menyerah, banyaknya cobaan membuat kita mengeluh dan pasrah, dan banyaknya godaan membuat kita terlena. Namun seperti pada pendakian gunung, kita diberikan kesempatan untuk istirahat. Hanya saja istirahat kita tidak boleh terlalu lama karena hanya akan membuat kita terlena. Juga tentang keistiqomahan (kekonsistenan) semangat kita, jika kita menyerah maka kita tak akan pernah sampai puncak. Dan tujuan besar kehidupan ini adalah Allah. Jika kita terlena dengan godaan, maka kita akan tersesat, bahkan dapat jatuh ke dalam jurang kesengsaraan.
Mendaki gunung, membuat kita merenungi betapa sulitnya perjalanan Rasulullah SAW dan para sahabatnya dulu ketika memperjuangkan agama islam. Di tengah panasnya padang pasir yang minim air, di antara bukit-bukit, mereka mempertaruhkan nyawa menghadapi musuh demi menegakkan agama Allah di muka bumi ini. Di tengah sulitnya medan dan keadaan, jiwa kepemimpinan mereka diuji. Di mana, berdasarkan kajian tentang pemimpin yang pernah aku dapatkan, ciri-ciri pemimpin itu ada tiga, yaitu memiliki visi-misi yang jelas, kuat, dan hidup untuk orang lain. Pada pendakian gunung, kekuatan tujuan kita (puncak) pun benar-benar diuji, di mana kita harus selalu menjaga kekonsistenan tujuan kita untuk sampai di puncak bersama full team. Kenapa full team? Karena rasulullah juga melakukan dakwah untuk menyelamatkan umatnya. Dakwah, mengajak objeknya mengesakan Allah dan mengharapkan syurga bersama-sama tanpa ada yang ingin ditinggalkan. Kepedualian kita terhadap saudara-saudara kita, keitsaran (mendahulukan kepentingan orang lain) kita, jiwa motivator kita, dan kesetiaan kita juga diuji. Tak ada lagi sifat egois di sana, semua akan saling membutuhkan dan melengkapi. Begitupun dengan kekuatan fisik dan mental kita, selalu akan teruji.
Dalam hidup, kita juga tak mampu sendirian. Fitrah manusia adalah saling membutuhkan dan melengkapi. Kita akan fokus pada tujuan (puncak), namun kita juga tetap harus memperhatikan teman. Jika teman kita terjatuh, maka wajib bagi kita untuk menolong. Begitupun jika kita jatuh, kita tidak boleh berlama-lama menikmati luka, kita harus segera bangun, menyembuhkannya, kemudian melanjutkan perjalanan kembali.
Mendaki gunung, adalah salah satu sarana tazkiyah (pembersihan jiwa) karena termasuk ke dalam tafakur alam, seperti yang ada di buku Tazkiyatun Nafs (Penyucian Jiwa) dengan penulis ahli spiritual, Sa’id Hawa. Karena saat melaluinya, tiada hentinya kita mengucap rasa syukur, tasbih, tahmid, tahlil, istighfar, dan do’a.
Pada tanggal 6-7 Juli 2013 lalu, aku diberikan kesempatan oleh Allah untuk mendaki Gunung Merbabu 3145 mdpl (puncak kentheng songo) bersama teman-teman Tamasya Ganesha. Mereka adalah tim yang super. Bukan hanya karena kekuatan fisiknya namun insya Allah juga ruhiyahnya. Saling menjaga, mengingatkan, dan mengajak untuk senantiasa dekat dengan Allah dan berusaha bersikap islami. Hari itu juga adalah hari pertama aku naik gunung (beneran). Dengan persiapan yang mendadak dan sangat minim, aku nekat berangkat. Tentunya setelah diizinkan orang tua meski harus melalui proses lobi berkali-kali. Banyak sekali pelajaran dan kenangan yang aku peroleh di sana.
Di postingan ini, aku ingin bercerita tentang teman-teman perjalananku beserta kesanku terhadap mereka.

Yang pertama adalah Bibit Musnaini. Dia adalah ketua komunitas Tamasya Ganesha. Alhamdulillah Allah mempertemukan aku dengannya karena selama ini aku cukup kesulitan mencari tim untuk mendaki gunung yang konsisten dan berpengalaman. Dia yang mengajak aku dan memasukkanku ke forum Tamasya Ganesha. Dia juga yang bantuin aku melengkapi spekku, meski banyak yang terlupakan. Dia yang banyak memberi aku motivasi dan keyakinan akan mendaki gunung, bahkan di tengah-tengah kegalauan dan ketakutanku yang memuncak saat itu. Dia yang selalu mewujudkan mimpi orang-orang untuk mendaki gunung manapun sejak ia pertama muncak (selama ini baru di pulau Jawa dan Nusa Tenggara, insya Allah akan mengusahakan semua gunung tertinggi di seluruh pulau di Indonesia) dengan menjadi fasilitator (visi misi Tamasya Ganesha). Sifat kolerisnya yang membuat segalanya harus bisa dilakukan dan semua wacana harus menjadi realita. Sifat melankolisnya yang membuat dia menyusun strategi2 dan persiapan2 dengan rapih.
“Makasih banget buat Bibit yang udah memasukkan aku ke dalam forum keren ini. Tanpamu, belum tentu aku bisa mendaki hari itu atau bahkan selamanya. Thanks so much for your urgent motivate”. ;-)

Kedua adalah Angga Prabowo. Baru banget aku kenal dia ketika mau berangkat dari sanggar Pramuka, tapi banyak jasa yang dia berikan kepadaku dengan ikhlas. Kalau mereka bilang, dia adalah porter (orang yang mebawakan barang-barang pada saat mendaki gunung) gratisanku. Memang, dia yang membawakan carierku sepanjang perjalanan Bandung-Jogja-Klaten dan menukar daypacknya untuk aku bawa. Dia juga yang setia membawakan carierku beserta isinya selama pendakian, sedangkan aku hanya membawa daypack. Dia yang selalu setia menemaniku yang lambat saat turun dari puncak dan saat turun dari sabana (tempat kita ngecamp).  Namun bagiku, dia bukan sekedar porter biasa atau bahkan porter gratisan. Dia adalah sahabatku yang akan selalu bersamaku nanti saat pendakian2 berikutnya. “Iya kan, de’?” :-P Angga adalah sahabat yang setia. Dia adalah salah satu yang membuatku percaya diri mengikuti double summit Merapi-Merbabu di pendakian pertamaku ini. Tentunya bersama Bibit, dan yang lainnya. Angga pernah bilang, “aku juga baru kok kak, santai aja. Pasti kita bisa”. Dia juga yang pernah memberikan motivasi berharga ketika aku menyerah dan merasa membebani tim, “tujuan kita tuh sampai ke puncak kak, bukan sampai puncak jam berapa”. Dan dia bersama Bibit banyak bercerita tentang orang-orang yang mendaki gunung untuk aku jadikan pelajaran dan motivasi.
“Thank you so much my kaewong*, welcome back to our next hike. I hope, it will be nicer then before”. ^_^

(Bibit di kiri, Angga di kanan --> lokasi: depan Sanggar Pramuka, Sanken, ITB)

Ketiga adalah Agis Nurholis. Bisa dibilang, di pendakian pertamaku ini, dia adalah pahlawan utamaku. Dia adalah ketua tim pendakian dan aku adalah anggota terdepan (berada di belakang Agis). Dia yang banyak mengajariku banyak hal selama pendakian. Tentang kenapa harus sedikit minum dan sedikit istirahat, tentang bagaimana menyikapi rasa dingin, tentang motivasi kenapa harus sampai puncak, dan tentang yang lainnya. Dia juga yang selalu menghiburku ketika jalan, di tengah kepanikanku saat pendakian. Agis juga banyak sekali berkorban untukku, banyak sekali itsar (mendahulukan kepentingan orang lain) yang dia lakukan, bahkan dengan mengorbankan dirinya sendiri tanpa aku minta. Di hawa dinginnya atmosfer Merbabu, dia tidak mengenakan jaket dan kaos tangan karena dipinjamkan ke aku. Dia yang selalu menolongku (menarikku) saat melewati medan yang sulit, padahal dia membawa carier berat berisi barang2 kepentingan umat seperti tenda, bahan makanan dan logistik2 yang lain). Dia yang sempat membawa 2 tas depan-belakang (carier dia dan daypack yang aku bawa) di medan yang paling sulit, padahal aku tidak pernah berani memintanya saat kesulitan, namun dia sangat peka. Dia juga yang hampir nyeker (tanpa alas kaki) karena sepatunya dia tawarkan ke aku (saat itu aku memakai sandal gunung dan cukup merasa sakit namun aku menolak tawaran Agis karena aku tau itu akan semakin menyulitkannya yang sudah cukup sulit). Agis yang selalu mengerti apa yang aku butuhkan meskipun aku tidak pernah berani mengungkapkannya. Dia observer sejati. Dia yang membangunkan kami dan menyiapkan minuman hangat saat kami tertidur pulas. Subhanallah banget lah satu orang ini, luar biasa.
“You are great boy, Gis. Jazakumullaahu ahsanal jazaa’ for all your gift for me. I’ll always remember your kind. Call me ‘Dewi’ pleaseeee without ‘teh’”. :-3
Btw dengan semua yang dilakukan Agis, membuatku berazzam, next aku harus lebih kuat dan gak banyak nyusahin orang lain lagi (kecuali Angga). :-P Semoga bisa jadi pahlawan kayak Agis juga tapi versi akhwat (gak sampai bawain carier orang juga tapi. Haha).

Keempat adalah Indah Rosidah Maimunah. Indah adalah akhwat (cewek) terdewasa di tim. Dia yang paling mengayomi akhwat2 yang lain, bahkan termasuk aku yang sebenarnya lebih tua darinya. Indah yang meminjamkan P3Knya (capucon gunung) untuk dibalut di tanganku yang tidak memakai kaos tangan ketika aku mulai kedinginan. Padahal capucon itu pasti aku seret-seret ke tanah karena saat mendaki, aku banyak merangkak. Indah dan Agis yang paling mempengaruhi aku saat aku menyerah untuk tidak melanjutkan perjalanan sampai puncak. Indah yang selalu sabar dan mengerti orang lain. Indah memang terkenal gordes dan mudah dekat dengan orang tua. Waktu di rumah Adam, Indah lah yang paling dekat dengan ibu dan ayahnya Adam. Jadi, memang jiwanya keibuan. :-P
“Hatur nuhun Indah selalu mengerti aku dan berusaha keep aku. Akhirnya aku tahu kalau kamu berharap aku yang lebih dewasa, maaf aku tidak sesuai ekspektasi awalmu. Semoga next, aku bisa menjadi sesuai dengan ekspektasi awal kamu terhadap aku. I wanna try, insya Allah”. ;-)

(Agis di kiri, Indah di kanan --> lokasi: puncak tertinggi Gunung Merbabu dengan membelakangi Gunung Merapi)

Kelima adalah Asnin Nur Salamah. Tidak menyangka kalau aku bakal naik gunung bareng Asnin, BP Himafi angkatan bawahku. Memang ketika perjalanan naik, aku tidak memperhatikan orang2 di belakangku, termasuk Asnin. Namun Asnin adalah tim sweeper bareng aku ketika turun. Dia juga yang banyak mengabadikan gambar di HPku ketika turun dari puncak ke tempat camping (photographer HP aku). Asnin sama Indah yang mewarnai perjalananku berikutnya, yaitu jalan-jalan ke Jogja.
“Thanks for colouring my nice trip, Nin. I hope, we can hike together again and we more be close”. ;-)

(aku dan Asnin bersama seseorang dari tim lain yang tiba2 ngajak poto saat kami sampai di gerbang keluar jalur pendakian)

Keenam adalah Adam Wicaksono. Rumah dialah yang menjadi homebase gratis kami beserta segala fasilitas dan makan. Ibunya yang selalu repot menyiapkan masakan untuk kami selama di sana dan menyiapkan bekal untuk kami saat mau mendaki. Meskipun aku baru kenal dia saat itu, namun di sana kami cukup menjadi akrab. Apalagi malam setelah pendakian Merbabu di rumahnya. Aku banyak ngobrol sama dia, Bibit, Angga, dan tim Merapi (Azka dkk yang nyusul pada hari itu ke rumah Adam). Adam juga berhalangan mengikuti pendakian Merapi sepertiku karena hari seninnya harus KP di Semarang. Ternyata rumah dia bertetanggan kota dengan rumah nenek aku loh... ^_^
“Dam, kalau aku pulang kampung, main2 yaaa. Ayo Dam, bis lebaran kita lanjutkan perjalanan kita yang tertunda. Go to Puncak Merapi! Yeeeeyyyyyy”. 

(Adam yang setia menemani, membawakan, dan membuatkan minuman sehat untuk tim yang tertinggal di belakang saat turun gunung --> lokasi: pos 3 jalur selo Gunung Merbabu)

Ketujuh adalah Melia Silmi. Sebelum ketemu dia, aku sudah mendengar namanya, “Meli”. Kata Bibit, dia klopannya Indah dan ternyata memang bener. Dia seasrama dan cukup dekat dengan Indah. Meli adalah gadis yang cantik dan strong. Sebelumnya memang sudah berpengalaman naik gunung Sindoro, Sumbing, dan Semeru. Ketika turun gunung, dia yang paling lincah dan paling duluan nyampe dengan berlari.
“Aku harap, suatu hari aku bisa selincah kamu, Mel. Harus banget beli sepatu kayak yang kamu pake. Hehe. Daaannnnn, sering2 berforum bareng aku Mel, biar kita semakin dekat”. ;-)

Kedepalan adalah Nur Laily. Lily adalah gadis yang lucu dan bersuara imut. Panggilan sayang buat dia adalah “Lingling”. Katanya dia juga hobi jalan2 dan naik gunung. Carier dialah yang paling berat di antara semua akhwat. Kamera dia juga yang paling banyak mengabadikan gambar2 kami selama di sana. Lily itu lucu dan menggemaskan. >_<
“Ly, I hope, we can trip together again someday and more be close”. :-)
(Meli di tengah, Lily di kanan --> lokasi: depan rumah Adam)

Kesembilan adalah Dimas Jalaluddin. Dia yang paling pendiem di tim. Kalau semua sifat pasti keluar saat mendaki gunung, berarti Dimas memang sangat pendiem. Dia juga yang ikutan setia menununggu terlambatnya tim. Padahal dia paling gesit jalannya. Waktu turun, Dimas tiba2 ilang sampai Agis nungguin di tengah hutan cukup lama. Ternyata, Dimas yang paling nyampe duluan. Haha.
“You are so sweet, brother. Thanks for your nice testimony in my notebook”. :-3
(Dimas di pojok kanan bawah à lokasi: puncak tertinggi gunung Merbabu dengan membelakangi gunung Lawu)

Kesepuluh adalah Ilham beserta timnya. Mereka adalah teman-teman Adam yang sudah pernah mendaki Merbabu sebelumnya. Bisa dibilang, dia tim expertnya. Mereka yang menemani tim kami dan sabar menanti keterlambatan tim kami. Mereka yang membuatkan kami nutrisari dan api unggun saat makan malam di hutan dalam keadaan dingin, mereka juga memberikan kami makanan di malam hari ketika di sabana (meski aku gak ikutan karena udah terlanjur kedinginan di dalem tenda). Dan akhirnya mereka gak sampai puncak karena gak dibangunin sama tim kami. -_-" (Maaf ya Ilham and the gank)
“Maaf, belum banyak kenal kalian karena tim kita lebih sering terpisah. Sambung silaturahmi via facebook ya? Semoga next bisa naik gunung bareng lagi” :-D
(Full Team --> lokasi: Sabana I)

Dan terakhir adalah Azka Muji Burohman. Meskipun dia berhalangan mengikuti pendakian Gunung Merbabu, namun dia cukup berkontribusi dalam memotivasiku saat nyaliku sedang ciut. Dia yang melepaskan kepergianku bersama Bibit dan Angga dari Sanggar. Dia yang masih mengajakku melanjutkan summit ke Merapi meskipun akhirnya aku tidak jadi ikutan, namun dia beserta tim pendakian Gunung Merapi telah membuatkanku video testimony khusus untukku dan oleh2 foto track jalur Merapi.
“Matur nuwun Azka… Next, triple summit Sindoro-Sumbing-Dieng insya Allah aku tanpa ragu lagi”. :-3
(upload-an video dari Azka dkk (tidak jadi menyusul (karena ada hal yang perlu disensor))


Tidak ada komentar:

Posting Komentar