Dear, aku pun pernah mengalami masalah besar. Aku pun pernah menangis. Aku pernah merasa masalah itu adalah masalah terbesar dalam hidupku yang orang pandang, aku pernah mengalami masalah yang jauh lebih besar daripada sebelum itu. Namun aku tetap menganggap masalah itulah yang paling besar. Bahkan ketika aku mendapatkan nasehat dari seorang sahabat, "Kalau kamu merasa masalahmua adalah masalah yang paling besar, coba lihat saudara-saudaramu di Gaza, Syiria, atau Afrika". Namun saat itu, hatiku membantah, "ya itu mereka, mereka dengan kapasitas mereka. Dengan masalah ini, gue merasa udah berat banget". Ah, childish. Namun, kita tidak dapat menjudge tingkatan masalah seseorang karena kita tidak pernah menjadi orang tersebut jika diberikan masalah itu dengan kapasitasnya.
Bahkan aku pernah menangis setiap hari dalam waktu +- 4 bulan hanya karena satu masalah. Meski terkadang aku merasa masalah itu hadir karena memang kesalahanku sendiri, kelalaianku sendiri, atau kekuranganku sendiri dalam berusaha. Atau masalah itu memang sudah menjadi suratan takdir dalam hidupku. Namun, aku tidak pernah menyesali itu semua.
Masalah-masalah itu yang membuatku bisa seperti sekarang, kondisi yang perlu aku syukuri. Kondisi di mana aku menjadi lebih kuat dari sebelumnya, kondisi di mana aku menjadi lebih dewasa dari sebelumnya, dan kondisi di mana menjadikanku kuat untuk mengejar ketertinggalanku dari banyak hal.
Saat itu apakah aku mengeluh? Yah, aku sering mengeluh, sampai sahabat-sahabatku terlihat bosan mendengarkannya. Apakah kerjaanku hanya mengeluh? Tidak, dalam keluhanku, aku selalu mencari celah solusi dan aku selalu berusaha move on dan beresolusi. Bergerak dan tidak meninggalkan pekerjaan-pekerjaanku yang lain. Mudah? Tidak. Perlu proses dan lama. Pedih? Iya. Bahkan orang-orang di sekitarku khawatir, "Dewi, kalau seperti ini terus, nanti kamu jadi gila". Apakah kondisiku seterpuruk itu? Bisa dibilang iya karena memang saat itu aku sangat down. Namun bisa juga enggak karena aku masih menjalankan ibadah dan ada kalanya ketika aku bersujud, aku merasakan ketenangan. Dan saat itu, aku lebih sering rindu dengan Allah, karena hanya saat berkhalwat (bercumbu) dengan-Nya lah aku merasakan ketenangan.
Yah, aku mensyukuri semua ini, karena aku jadi semakin dekat dengan-Nya.
Meskipun saat itu aku juga masih sering futur. Kadang aku kuat, kadang aku lemah. Saat berhadapan dengan Allah, aku menumpahkan segalanya, dan aku meminta banyak hal. Dari sana muncul energi postif, harapan dan keyakinan. Namun ya memang labil, dalam satu hari, aku bisa berubah-ubah rasa sebanyak 5-6 kali. Terkadang futur lagi, dan ketika mendapatkan teman curhat, kelemahanku muncul. Hingga ada salah satu sahabatku yang paling banyak menyimak kisahku, yang sampai terlihat bosan. Mungkin bukan bosan, namun ia sudah stak kehabisan kata-kata nasehat. +- 4 bulan aku menangis setiap hari, namun aku tidak pernah merasa air mataku sia-sia.
Ohya, memang aku pernah mendengarkan nasehat yang entah dari mana sumbernya, namun aku yakin, di dalam setiap nasehat selalu mengandung kebaikan:
"3 ciri tanda orang yang benar
Ia selalu menyembunyikan ibadahnya
Ia selalu menyembungikan shadakahnya
Ia selalu menyembunyikan musibahnya"
Pada dasarnya nasehat itu sangat baik. Namun kata 'selalu' itu yang kurang realistis. Mungkin, orang-orang dewasa dapat 'selalu' melalui itu. Ah, tapi apa iya? Sahabatku saja yang sangat dewasa masih butuh juga didengar keluh kesahnya, untuk sekedar didengar, kemudian ia mencari solusi sendiri. Ada kalanya juga ia butuh masukan, bahkan dari aku yang childish. Padahal ia sudah sangat dewasa dan semua orang yang kenal dengan dia pun pasti mengakui itu. Bukankah para sahabat Rasulpun masih berkeluh kesah dengan Rasulullah? Mereka juga pernah galau.
Ah, jauh jika dibandingkan dengan mereka. Aku tidak akan melakukan pembenaran. Memang aku belum bisa 'selalu' menyembunyikan musibahku. Yah, aku memang masih childish. Tapi dari sana aku belajar.
Dengan terbuka, aku mendapatkan banyak masukan. Dengan terbuka, aku dapat dengan mudah bangkit dan semangat. Dengan terbuka, aku dapat menjadi seperti saat ini. Move on dari keadaaan yang jauh lebih buruk dari sebelumnya.
Sahabatku pun pernah mengalami apa yang aku alami. Memang ia saat ini jauh lebih dewasa, bahkan paling dewasa daripada semua sahabat dan teman yang pernah aku temui. Namun, ia bisa menjadi seperti itu karena ia mengalami banyak tempaan juga dan masalah yang sangat berat. Ia pun pernah mengalami masalah sepertiku yang membuat ia bersedih dan berproses hingga +- 4 tahun. Yah, sampai saat ini, ia masih suka berkeluh kesah kepadaku dalam masalah yang sama. Namun dalam prosesnya ia selalu beresolusi. Kini, yang dulunya ia terpuruk dalam suatu hal menjadi gemilang di banyak hal. Tidak semua orang bisa melihat prosesnya.
Dear, percayalah, bahwa masalah itu yang akan mendewasakan kita, masalah itu yang akan membuat kita semakin tegar, dan masalah itu yang akan menegaskan azzam atau tujuan kita.
"Intan itu bisa indah karena ditempa"
"Besi itu kuat juga karena ditempa"
Apapun masalahmu saat ini, anggaplah masalah itu adalah amanah dari Allah yang harus kita terima dan kita hadapi. Jalani aja dengan senyuman, meskipun di baliknya tergenang air mata. Bersyukurlah jika kau masih mendapatkan masalah, apalagi masalah besar yang tidak semua orang merasakannya, karena dari sana kita akan menjadi lebih kuat dari biasanya, lebih semangat dari bisanya, dan lebih indah dari biasanya.
Jangan peduli dengan apa kata orang saat ini, yang mencemoohmu di atas keterpurukanmu. Malahan, kau harus membuktikan kalau suatu saat kau akan jauh lebih baik daripada saat ini.
Jika kamu bertanya padaku, "curhat dan ngeluh itu beda tipis, lalu saya harus gimana?"
Idealnya, curhat sama Allah aja. Namun seperti para sahabat Rasulullah yang masih curhat juga sama manusia (Rasulullah). Namun kita? Kuncinya ada di Al-qur'an. Semua solusi ada di sana. "Bagaimana jika kita belum membaca semuanya?" "Ya baca!" "Tapi lamaaaaa". "Sabar lah..." Kan masih ada orang tua, ada teman-teman, ada sahabat, ada orang lain yang pernah membaca Al-qur'an dan mungkin pernah mengalami permasalahn juga sehingga semuanya bisa menjadi bagian dari solusi permasalahan kita.
Solusi itu datangnya dari Allah, namun bisa melalui siapapun. Dan solusi itu bisa jadi gak datang hanya dalam sekali nasehat dan atau dari seseorang saja, namun dari berbagai arah yang akan merangkai pola menuju satu titik solusi yang tepat untuk permasalahan kita.
So, jangan terlalu tertutup, namun tetap jadikan Allah sebagai nomor satu, jadikan Allah sebagai satu-satunya tempat bergantung, yang lain hanyalah sebagai jalan.
Syukuri setiap prosesnya, syukuri setiap orang-orang yang ada di sekitar kita, dan tetap syukuri setiap apa yang kita rasakan. Yakinlah kalau pertolongan Allah itu dekat. Yakin, yakin, dan yakin! Jangan pernah pudar keyakinan itu! Dan yakinlah kalau di balik hujan yang membasahimu hingga membuatmu sakit dan di balik halilintar yang menyambarmu serta membuatmu takut, akan ada pelangi yang indah yang menyambutmu. Di balik semua masalah pasti ada hikmahnya,tergantung kita mau mengambil hikmahnya atau tidak.
Allaahu'alam.
Keep smile, keep spirit, and go fighting, dear... :-)
Subhanallah,Goresan ini sangat menyemangatiku...
BalasHapusAamiin sangat berguna sekali thanks
BalasHapus