About me

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Instagram: @dewikusumapratiwi Facebook: https://www.facebook.com/dewi.kusumapratiwi

Senin, 11 Februari 2013

Berusahalah menjadi Pejuang Sejati, Dewi...

Pejuang yang heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah ANAK KEMARIN SORE.
Yang takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu.
Karena mereka jarang disakiti di jalan 'perjuangan' ini.
Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar.
Maka sekalinya hal itu yang mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar.
Dan mereka justru jadi lelucon dan target do'a para 'pejuang' sejati, "Ya Allah, berilah dia petunjuk... Sungguh, Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang"

Membaca nasehat ini, aku merasa itu adalah diriku. Yang selama ini berjuang belum sepenuhnya ikhlas karena Allah, masih bercampur dengan unsur duniawi. T_T
Memang, mencintai Allah lebih dari segala-galanya itu sulit. Memenuhi hati dengan hanya Allah itu sulit. Mencintai semua hal karena Allah itu juga tidak semudah yang diucapkan.
Seperti dalam lirik lagu Opick:
meski ku rapuh dalam langkah
kadang tak setia kepada-Mu
namun cinta dalam jiwa
hanyalah pada-Mu
maafkanlah bila hati
tak sempurna mencintai-Mu
dalam dada ku harap hanya
diri-Mu yang bertahta
Ketika melantunkan lagu ini, sepertinya ada kemunafikan dalam diri ini. "Namun cinta dalam jiwa HANYALAH pada-Mu". Ah, tidak, masih ada rasa cinta terhadap duniawi, yaa Allah. Amalan-amalan selama ini pun seringkali tidak aku lakukan hanya semata-mata untuk-Mu. Masih karena mereka, masih karena keinginan, masih karena dunia. T_T Dan terkadang aku lalai kalau untuk mereka pun harusnya KARENA-MU. Namun, "dalam dada KU HARAP hanya diri-Mu yang bertahta"
Sulit, namun seperti ustadzku pernah berkata ketika aku bertanya "ustadz, bagaimana supaya niat kita selalu lurus karena Allah?" Ustadz tersebut menjawab, "saya saja tidak tahu apakah niat saya mengisi pengajian di sini lurus karena Allah atau tidak. Namun sebagai manusia kita hanya bisa mengusahakannya".

Lalu, aku ingat dengan salah satu sirah sahabat:
Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yang bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak. Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah (pemimpin itu) bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya, mati sebagai jiwa yang tenang.
T_T

Yah,
Memang seperti itu 'perjuangan'.
'Perjuangan' adalah cinta.
Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.
Sampai pikiranmu.
sampai perhatianmu.
Berjalan,duduk, dan tidurmu.
Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang perjuangan. Tentang 'orang-orang' yang kau cintai.
Lagi-lagi memang seperti itu. 'Perjuangan'. Menyedot saripati energimu. sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yang menempel di tubuh rentamu. Tubuh yang luluh lantak diseret-seret... Tubuh yang hancur lebur dipaksa lari

Ayah, aku teringat pada perjuanganmu dulu. Untukku dan untuk keluarga. T_T
Ibarat kepala menjadi kaki dan kaki menjadi kepala, setiap hari bermandikan keringat, berlumuran dengan luka, dengan tekanan mental, dan kekuatan hati yang sering terluka, hingga engkau sakit, hingga badanmu kecil dan seperti tinggal tulang, hingga kamu meninggal dengan senyuman itu. Aku masih mengingatnya. T_T
Semua demi memenuhi kewajibanmu sebagai seorang ayah, seorang pemimpin keluarga, seorang yang wajib memberikan nafkah. Dan dengan hati yang kuat, dengan perjuangan yang keras, engkau masih menerima celaan, bahkan tidak jarang mendengarkan kami mengeluh akan hasil kerja kerasmu. Namun engkau tetap berjuang dan terus berjuang keras, engkau tetap tegar, engkau terus menguatkan hati, engkau selalu berusaha ikhlas, dan engkau tidak pernah lari, engkau bertanggung jawab, engkau tetap melakukan semuanya untuk kami karena Allah. T_T
Semoga engkau mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya.
Aku merindukanmu, ayah. Dan aku berjanji akan memberimu hadiah yang pernah aku janjikan di syurga nanti. T_T
Aku akan berjuang untukmu seperti apa yang pernah engkau perjuangkan dulu, ayah.
Aku akan berusaha menjadi manusia dewasa yang BUKAN ANAK KEMARIN SORE lagi.
Yah, aku akan terus belajar dan berusaha.
Belajar dan berusaha menjadi pejuang sejati...

(Kata bercetak miring dikutip dari kumpulan nasehat langit (ulama) dengan pengubahan kata 'dakwah' --> 'perjuangan'; 'mujahid' --> 'pejuang'; dan 'umat' --> 'orang-orang')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar