Dear, aku pun pernah mengalami masalah besar. Aku pun pernah menangis. Aku pernah merasa masalah itu adalah masalah terbesar dalam hidupku yang orang pandang, aku pernah mengalami masalah yang jauh lebih besar daripada sebelum itu. Namun aku tetap menganggap masalah itulah yang paling besar. Bahkan ketika aku mendapatkan nasehat dari seorang sahabat, "Kalau kamu merasa masalahmua adalah masalah yang paling besar, coba lihat saudara-saudaramu di Gaza, Syiria, atau Afrika". Namun saat itu, hatiku membantah, "ya itu mereka, mereka dengan kapasitas mereka. Dengan masalah ini, gue merasa udah berat banget". Ah, childish. Namun, kita tidak dapat menjudge tingkatan masalah seseorang karena kita tidak pernah menjadi orang tersebut jika diberikan masalah itu dengan kapasitasnya.
Bahkan aku pernah menangis setiap hari dalam waktu +- 4 bulan hanya karena satu masalah. Meski terkadang aku merasa masalah itu hadir karena memang kesalahanku sendiri, kelalaianku sendiri, atau kekuranganku sendiri dalam berusaha. Atau masalah itu memang sudah menjadi suratan takdir dalam hidupku. Namun, aku tidak pernah menyesali itu semua.
Masalah-masalah itu yang membuatku bisa seperti sekarang, kondisi yang perlu aku syukuri. Kondisi di mana aku menjadi lebih kuat dari sebelumnya, kondisi di mana aku menjadi lebih dewasa dari sebelumnya, dan kondisi di mana menjadikanku kuat untuk mengejar ketertinggalanku dari banyak hal.
Saat itu apakah aku mengeluh? Yah, aku sering mengeluh, sampai sahabat-sahabatku terlihat bosan mendengarkannya. Apakah kerjaanku hanya mengeluh? Tidak, dalam keluhanku, aku selalu mencari celah solusi dan aku selalu berusaha move on dan beresolusi. Bergerak dan tidak meninggalkan pekerjaan-pekerjaanku yang lain. Mudah? Tidak. Perlu proses dan lama. Pedih? Iya. Bahkan orang-orang di sekitarku khawatir, "Dewi, kalau seperti ini terus, nanti kamu jadi gila". Apakah kondisiku seterpuruk itu? Bisa dibilang iya karena memang saat itu aku sangat down. Namun bisa juga enggak karena aku masih menjalankan ibadah dan ada kalanya ketika aku bersujud, aku merasakan ketenangan. Dan saat itu, aku lebih sering rindu dengan Allah, karena hanya saat berkhalwat (bercumbu) dengan-Nya lah aku merasakan ketenangan.
Yah, aku mensyukuri semua ini, karena aku jadi semakin dekat dengan-Nya.
Meskipun saat itu aku juga masih sering futur. Kadang aku kuat, kadang aku lemah. Saat berhadapan dengan Allah, aku menumpahkan segalanya, dan aku meminta banyak hal. Dari sana muncul energi postif, harapan dan keyakinan. Namun ya memang labil, dalam satu hari, aku bisa berubah-ubah rasa sebanyak 5-6 kali. Terkadang futur lagi, dan ketika mendapatkan teman curhat, kelemahanku muncul. Hingga ada salah satu sahabatku yang paling banyak menyimak kisahku, yang sampai terlihat bosan. Mungkin bukan bosan, namun ia sudah stak kehabisan kata-kata nasehat. +- 4 bulan aku menangis setiap hari, namun aku tidak pernah merasa air mataku sia-sia.
Ohya, memang aku pernah mendengarkan nasehat yang entah dari mana sumbernya, namun aku yakin, di dalam setiap nasehat selalu mengandung kebaikan:
"3 ciri tanda orang yang benar
Ia selalu menyembunyikan ibadahnya
Ia selalu menyembungikan shadakahnya
Ia selalu menyembunyikan musibahnya"
Pada dasarnya nasehat itu sangat baik. Namun kata 'selalu' itu yang kurang realistis. Mungkin, orang-orang dewasa dapat 'selalu' melalui itu. Ah, tapi apa iya? Sahabatku saja yang sangat dewasa masih butuh juga didengar keluh kesahnya, untuk sekedar didengar, kemudian ia mencari solusi sendiri. Ada kalanya juga ia butuh masukan, bahkan dari aku yang childish. Padahal ia sudah sangat dewasa dan semua orang yang kenal dengan dia pun pasti mengakui itu. Bukankah para sahabat Rasulpun masih berkeluh kesah dengan Rasulullah? Mereka juga pernah galau.
Ah, jauh jika dibandingkan dengan mereka. Aku tidak akan melakukan pembenaran. Memang aku belum bisa 'selalu' menyembunyikan musibahku. Yah, aku memang masih childish. Tapi dari sana aku belajar.
Dengan terbuka, aku mendapatkan banyak masukan. Dengan terbuka, aku dapat dengan mudah bangkit dan semangat. Dengan terbuka, aku dapat menjadi seperti saat ini. Move on dari keadaaan yang jauh lebih buruk dari sebelumnya.
Sahabatku pun pernah mengalami apa yang aku alami. Memang ia saat ini jauh lebih dewasa, bahkan paling dewasa daripada semua sahabat dan teman yang pernah aku temui. Namun, ia bisa menjadi seperti itu karena ia mengalami banyak tempaan juga dan masalah yang sangat berat. Ia pun pernah mengalami masalah sepertiku yang membuat ia bersedih dan berproses hingga +- 4 tahun. Yah, sampai saat ini, ia masih suka berkeluh kesah kepadaku dalam masalah yang sama. Namun dalam prosesnya ia selalu beresolusi. Kini, yang dulunya ia terpuruk dalam suatu hal menjadi gemilang di banyak hal. Tidak semua orang bisa melihat prosesnya.
Dear, percayalah, bahwa masalah itu yang akan mendewasakan kita, masalah itu yang akan membuat kita semakin tegar, dan masalah itu yang akan menegaskan azzam atau tujuan kita.
"Intan itu bisa indah karena ditempa"
"Besi itu kuat juga karena ditempa"
Apapun masalahmu saat ini, anggaplah masalah itu adalah amanah dari Allah yang harus kita terima dan kita hadapi. Jalani aja dengan senyuman, meskipun di baliknya tergenang air mata. Bersyukurlah jika kau masih mendapatkan masalah, apalagi masalah besar yang tidak semua orang merasakannya, karena dari sana kita akan menjadi lebih kuat dari biasanya, lebih semangat dari bisanya, dan lebih indah dari biasanya.
Jangan peduli dengan apa kata orang saat ini, yang mencemoohmu di atas keterpurukanmu. Malahan, kau harus membuktikan kalau suatu saat kau akan jauh lebih baik daripada saat ini.
Jika kamu bertanya padaku, "curhat dan ngeluh itu beda tipis, lalu saya harus gimana?"
Idealnya, curhat sama Allah aja. Namun seperti para sahabat Rasulullah yang masih curhat juga sama manusia (Rasulullah). Namun kita? Kuncinya ada di Al-qur'an. Semua solusi ada di sana. "Bagaimana jika kita belum membaca semuanya?" "Ya baca!" "Tapi lamaaaaa". "Sabar lah..." Kan masih ada orang tua, ada teman-teman, ada sahabat, ada orang lain yang pernah membaca Al-qur'an dan mungkin pernah mengalami permasalahn juga sehingga semuanya bisa menjadi bagian dari solusi permasalahan kita.
Solusi itu datangnya dari Allah, namun bisa melalui siapapun. Dan solusi itu bisa jadi gak datang hanya dalam sekali nasehat dan atau dari seseorang saja, namun dari berbagai arah yang akan merangkai pola menuju satu titik solusi yang tepat untuk permasalahan kita.
So, jangan terlalu tertutup, namun tetap jadikan Allah sebagai nomor satu, jadikan Allah sebagai satu-satunya tempat bergantung, yang lain hanyalah sebagai jalan.
Syukuri setiap prosesnya, syukuri setiap orang-orang yang ada di sekitar kita, dan tetap syukuri setiap apa yang kita rasakan. Yakinlah kalau pertolongan Allah itu dekat. Yakin, yakin, dan yakin! Jangan pernah pudar keyakinan itu! Dan yakinlah kalau di balik hujan yang membasahimu hingga membuatmu sakit dan di balik halilintar yang menyambarmu serta membuatmu takut, akan ada pelangi yang indah yang menyambutmu. Di balik semua masalah pasti ada hikmahnya,tergantung kita mau mengambil hikmahnya atau tidak.
Allaahu'alam.
Keep smile, keep spirit, and go fighting, dear... :-)
About me
- Dewi Kusuma Pratiwi
- Bandung, Jawa Barat, Indonesia
- Instagram: @dewikusumapratiwi Facebook: https://www.facebook.com/dewi.kusumapratiwi
Kamis, 14 Februari 2013
Senin, 11 Februari 2013
Special everything, this day is tiring but very beautiful ^_^
This day is very tiring. But, I'm very happy. ^_^
Strugle is love. And love make me strong.
I praise Allah for sending me strength...
This day, I did some things and get special everything:
Business plan proposal.
Arabic lesson from my close friend.
Guidance from my final project lecturer.
Advices and spirit from Mr. Narendra (asistent of Medical Physiscs Class, student at Biomedical Engineering Imperial College London).
Study with my special friends (super activist) who inspire me all this time (Aldi W, Yorga, Ilman, etc).
Experience and spirit from Mr. Vannly Seng (doctor student from Pnompenh city, Cambodia).
And I can talk face to face with them. :-)
"Bikin ******, karena itu yang akan memudahkanmu untuk menuju ke 'sana'; Jadikanlah dosen sebagai orang tua di kampus; Jangan hanya berpikir di sana asiknya saja, apa yang kita suka itu pasti akan ada sulitnya juga, but don't wory! It's back to willing, back to you; Galau itu wajar karena itu proses pendewasaan buat kamu. Tapi jangan kelamaan galaunya. Cepetan kerjain yang di depan kamu dulu..."
Daaaannnn, banyak cerita serta nasehat darinya. ^_^
If we feel difficult to conversation with him, he give us some motivation. "don't afraid with pronoun"; "if you feel difficult, tell me, please"; "more diligent to writting and listening, maybe from a song". He is very kind, always smile on every situation, patient, and motivate us.
Last time, when we are assembled, one of us who felt bad mood. He is very considerate and tell about something. I'm forget his full story (about his friend who lost an I-phone last week), but he said "If you sad, please to manage your emotion. So, your life can be easy"
Thank you for experience, for advice, for spirit, and for everything, every body... ^_^
Now, I can smile with my all problems. :-)
Berusahalah menjadi Pejuang Sejati, Dewi...
Pejuang yang heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah ANAK KEMARIN SORE.
Yang takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu.
Karena mereka jarang disakiti di jalan 'perjuangan' ini.
Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar.
Maka sekalinya hal itu yang mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar.
Dan mereka justru jadi lelucon dan target do'a para 'pejuang' sejati, "Ya Allah, berilah dia petunjuk... Sungguh, Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang"
Yang takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu.
Karena mereka jarang disakiti di jalan 'perjuangan' ini.
Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar.
Maka sekalinya hal itu yang mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar.
Dan mereka justru jadi lelucon dan target do'a para 'pejuang' sejati, "Ya Allah, berilah dia petunjuk... Sungguh, Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang"
Membaca nasehat ini, aku merasa itu adalah diriku. Yang selama ini berjuang belum sepenuhnya ikhlas karena Allah, masih bercampur dengan unsur duniawi. T_T
Memang, mencintai Allah lebih dari segala-galanya itu sulit. Memenuhi hati dengan hanya Allah itu sulit. Mencintai semua hal karena Allah itu juga tidak semudah yang diucapkan.
Seperti dalam lirik lagu Opick:
meski ku rapuh dalam langkah
kadang tak setia kepada-Mu
namun cinta dalam jiwa
hanyalah pada-Mu
kadang tak setia kepada-Mu
namun cinta dalam jiwa
hanyalah pada-Mu
maafkanlah bila hati
tak sempurna mencintai-Mu
dalam dada ku harap hanya
diri-Mu yang bertahta
tak sempurna mencintai-Mu
dalam dada ku harap hanya
diri-Mu yang bertahta
Ketika melantunkan lagu ini, sepertinya ada kemunafikan dalam diri ini. "Namun cinta dalam jiwa HANYALAH pada-Mu". Ah, tidak, masih ada rasa cinta terhadap duniawi, yaa Allah. Amalan-amalan selama ini pun seringkali tidak aku lakukan hanya semata-mata untuk-Mu. Masih karena mereka, masih karena keinginan, masih karena dunia. T_T Dan terkadang aku lalai kalau untuk mereka pun harusnya KARENA-MU. Namun, "dalam dada KU HARAP hanya diri-Mu yang bertahta"
Sulit, namun seperti ustadzku pernah berkata ketika aku bertanya "ustadz, bagaimana supaya niat kita selalu lurus karena Allah?" Ustadz tersebut menjawab, "saya saja tidak tahu apakah niat saya mengisi pengajian di sini lurus karena Allah atau tidak. Namun sebagai manusia kita hanya bisa mengusahakannya".
Lalu, aku ingat dengan salah satu sirah sahabat:
Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yang bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak. Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah (pemimpin itu) bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya, mati sebagai jiwa yang tenang.
T_T
Yah,
Memang seperti itu 'perjuangan'.
'Perjuangan' adalah cinta.
Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.
Sampai pikiranmu.
sampai perhatianmu.
Berjalan,duduk, dan tidurmu.
Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang perjuangan. Tentang 'orang-orang' yang kau cintai.
Lagi-lagi memang seperti itu. 'Perjuangan'. Menyedot saripati energimu. sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yang menempel di tubuh rentamu. Tubuh yang luluh lantak diseret-seret... Tubuh yang hancur lebur dipaksa lari
Ayah, aku teringat pada perjuanganmu dulu. Untukku dan untuk keluarga. T_T
Ibarat kepala menjadi kaki dan kaki menjadi kepala, setiap hari bermandikan keringat, berlumuran dengan luka, dengan tekanan mental, dan kekuatan hati yang sering terluka, hingga engkau sakit, hingga badanmu kecil dan seperti tinggal tulang, hingga kamu meninggal dengan senyuman itu. Aku masih mengingatnya. T_T
Semua demi memenuhi kewajibanmu sebagai seorang ayah, seorang pemimpin keluarga, seorang yang wajib memberikan nafkah. Dan dengan hati yang kuat, dengan perjuangan yang keras, engkau masih menerima celaan, bahkan tidak jarang mendengarkan kami mengeluh akan hasil kerja kerasmu. Namun engkau tetap berjuang dan terus berjuang keras, engkau tetap tegar, engkau terus menguatkan hati, engkau selalu berusaha ikhlas, dan engkau tidak pernah lari, engkau bertanggung jawab, engkau tetap melakukan semuanya untuk kami karena Allah. T_T
Semoga engkau mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya.
Aku merindukanmu, ayah. Dan aku berjanji akan memberimu hadiah yang pernah aku janjikan di syurga nanti. T_T
Aku akan berjuang untukmu seperti apa yang pernah engkau perjuangkan dulu, ayah.
Aku akan berusaha menjadi manusia dewasa yang BUKAN ANAK KEMARIN SORE lagi.
Yah, aku akan terus belajar dan berusaha.
Belajar dan berusaha menjadi pejuang sejati...
(Kata bercetak miring dikutip dari kumpulan nasehat langit (ulama) dengan pengubahan kata 'dakwah' --> 'perjuangan'; 'mujahid' --> 'pejuang'; dan 'umat' --> 'orang-orang')
Sabtu, 09 Februari 2013
Aku Ingin Menjadi Kuas yang Dapat Melukis dengan Warna Cat Terbaik
Mentari Bernyala di sini
Di sini di dalam hatiku
Gemuruh apinya di sini
Di sini di urat darahku
Meskipun tembok yang tinggi mengurungku
Berlapis pagar duri sekitarku
Tak satupun yang mampu menghalangimu
Bernyala di dalam hatiku
Hari ini hari milikku
Juga esok masih tebentang
Dan mentari kan tetap bernyala
Di sini di urat darahku
Di sini di dalam hatiku
Gemuruh apinya di sini
Di sini di urat darahku
Meskipun tembok yang tinggi mengurungku
Berlapis pagar duri sekitarku
Tak satupun yang mampu menghalangimu
Bernyala di dalam hatiku
Hari ini hari milikku
Juga esok masih tebentang
Dan mentari kan tetap bernyala
Di sini di urat darahku
Mendengarkan lagu ini, membuatku merenung dan meneteskan air mata.
T_T
Lagu ini yang telah menyambutku ketika aku masuk kampus tercinta ini, di mana saat itu aku disambut dengan kata-kata "Selamat datang putra-putri terbaik bangsa". Muncul berbagai keidealismean dalam benakku, banyak yang ingin aku capai di kampus perjuangan ini: IPK cumlaude, kenal dengan sebanyak-banyaknya orang, berkontribusi di himpunan, berwirausaha dan menciptakan lapangan pekerjaan, lulus segera, dan kontribusi untuk Indonesia pasca kampus.
Namun, seiring berjalannya waktu, keidealismean itu mulai terkikis. Banyak cobaan, banyak masalah, banyak rintangan, dan banyak godaan. Sempat aku labil dan tidak konsisten dengan apa yang ingin aku capai. Namun, lagu ini mengingatkanku kembali pada semua itu.
Muncul banyak pertanyaan renungan:
"Udah ngapain aja aku selama di kampus ini?"
"Kontribusi apa yang udah aku berikan untuk kampus ini?"
"Kebaikan apa saja yang sudah aku berikan untuk Indonesia?"
"Sudah seberapa manfaatkah aku untuk kampus ini dan untuk Indonesia?"
T_T
Yah, aku merasa belum berbuat apa-apa, aku belum banyak berbuat untuk kampus ini dan untuk Indonesia. Keegoisan semata yang aku lakukan selama ini. Meskipun aku berorganisasi, meskipun aku berhimpun, dan meskipun aku banyak melakukan hal namun aku merasa masih kurang, masih sangat kurang. Ilmu yang aku peroleh juga masih sangat kurang.
Betapa sulitnya memperjuangkan untuk dapat masuk ke dalam kampus ini, maka setelah keluar pun aku harus membawa banyak hal, membawa banyak bekal, dan dapat memberikan banyak kebermanfaatan dari kampus ini.
Suatu hari nanti, insya Allah lagu ini yang akan mengantarku pula untuk keluar dari kampus ini. Namun aku ingin keluar dari sini dengan perbekalan yang cukup. Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater.
Aku pikir masih ada waktu untuk aku belajar dan menimba banyak ilmu di kampus ini. Ilmu-ilmu yang mungkin sudah diperoleh kakak-kakak seniorku atau teman-temanku atau bahkan adik-adik tingkatku; ilmu-ilmu yang tidak semua orang tertarik padanya; serta ilmu-ilmu yang tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk memperolehnya. Aku masih ingin belajar, menimba sebanyak-banyaknya ilmu di sini, dan memberikan kontribusi semaksimal yang aku bisa.
Tentang lulus cepat, insya Allah semester ini beban SKS kuliahku selesai (semoga mata kuliah yang aku ambil di semester ini lulus semua), tinggal TA 2. Rencana awal aku ingin mengambil TA 2 di SP supaya aku dapat mengejar wisuda Oktober 2013. Namun, sepertinya aku belum siap untuk menghadapi dunia pasca kampus dengan bekal seperti ini. Ada banyak hal yang masih ingin aku lakukan di kampus ini. Banyak, bukan hanya satu. Yang pasti, aku ingin mempersiapkan bekal. Dan bekal itu yang harus aku miliki untuk menghadapi dunia pasca kampus dan memberikan kontribusi terbaik untuk Indonesia.
Yah, "setiap dari kita adalah bagian dari perubahan". Setiap dari kita adalah kuas-kuas yang akan melukis Indonesia. :-)
(aku kutip dari salah seorang tokoh kampusku saat ini yang sangat menginspirasiku)
Aku ingin berusaha menjadi "kuas" yang dapat melukis dengan warna cat terbaik. Dan mulai saat ini aku akan mencari cat dengan warna terbaik tersebut. :-)
Berjuta rakyat menanti tangan ini, namun aku masih perlu bekal untuk menghadapi mereka.
Dan bekal itu akan aku timba di kampus ini, salah satunya adalah dengan cara ber-KM ITB. :-)
Jumat, 08 Februari 2013
Thank you, brother... :-)
When I wish, "Medicine UI, Allah...", Allah answered with the best answer, "Nuclear and Biophysics ITB, Dewi..."
When I confused, Allah always send strength. Ex: inspiring people like him... :-)
When I feel my work is useless, I remember your advice, "be pioneer in Indonesia" :-)
#Medical Physics
Thank you brother...
http://narendrakurnia.wordpress.com/2013/01/26/fisika-medik/
Kamis, 07 Februari 2013
Jangan Ucapkan Selamat Padaku, Aku Hanya Butuh Do'a yang Tulus
Hari ulang tahun (milad), hari di mana orang selalu mengucapkan "selamat ya?"
Hari yang sangat aku tunggu-tunggu karena aku mendapatkan banyak kado dari teman-teman dan saudara-saudara. :-)
Sejak kecil, aku selalu mendapatkan ucapan, "selamat ulang tahun dewi, semoga panjang umur". Pada suatu saat (aku lupa kapan, yang pasti aku masih SD), aku protes sama ibu dan tante, "kok tiap tahun didoakan panjang umur sih? Kapan aku matinya?" Entah karena masih polos atau aku sudah merasakan lelahnya hidup. Namun hari ulang tahun tetaplah menjadi hari yang aku tunggu karena aku mendapatkan kado dari orang-orang terdekat. ;-)
Saat ini, aku sadar kalau setiap tahun usiaku bertambah, yang artinya jatah waktuku di dunia ini semakin berkurang, yang artinya kesempatanku untuk memperbaiki diri juga semakin berkurang. Seharusnya orang-orang turut berduka, bukan malah memberikan selamat.
Pada waktu tingkat I kuliah (TPB), pada saat H-1 hari ulang tahunku, aku diajak seorang sahabatku yang bernama dian Andriani, "Dew, besok ulang tahun kamu. Malam ini kita bermuhasabah yuk. Aku juga mau ikutan do'ain kamu". Huhuhu, pelajaran yang sangat berarti, dan ukhuwah yang sangat berarti, serta cinta yang sangat berarti. T_T "Dian, aku sayang kamu karena Allah". Pada malamnya pun aku melaksanakan shalat tahajud dan bermuhasabbah dari jam 12 malam. Dian pun menemaniku. T_T
Memperingati hari ulang tahun, memang di Al-qur'an tidak ada petunjuknya.
Yang menurutku hukumnya mubah selama kita tidak merayakannya dengan
kegiatan-kegiatan yang menyerupai kaum kafir sehingga hukum mubah itu menjadi haram. Malahan kita bisa menjadikan mubah menjadi pahala, seperti yang diajarkan Dian, misalnya. Sebaiknya kita memang banyak bermuhasabbah, "apa saja yang telah kita lakukan selama sekian tahun yang lalu?" "Dosa apa saja yang telah kita lakukan selama sekian tahun yang lalu?" "Kebaikan apa yang belum kita lakukan selama ini?" "Sekian tahun ini kita udah ngapain aja?" "Amal baik kita apakah lebih banyak daripada dosa kita?" dll. Dan setelah itu kita berdo'a kepada Allah supaya diistiqomahkan dalam kebaikan, di sepertiga malam terakhirnya, saat Allah langsung turun ke bumi untuk mencaris etiap hamba-NYA yang memohon ampunan akan diampuni dan yang berdo'a akan dikabulkan. Karena istiqomah itu adalah hal yang paling sulit. Lebih sulit daripada memulai suatu kebaikan. Sedangkan keistiqomahana adalah adalah penentu akhir hayat kita akan seperti apa. Maka berdo'a supa kita istiqomah adalah do'a yangs ebaiknya tidak kita tinggalkan.
Muhasabbah, mata ini pasti akan mengalirkan hujan air mata, di mana setiap waktu, hanyalah dosa yang raga ini lakukan. T_T
Muhasabbah tentunya bukan hanya dilakukan setiap tahun, namun setiap hari, setiap malam, setiap selesai shalat, bahkan setiap saat. Muhasabbah adalah sarana untuk kita berinstropeksi diri, merengungi dosa-dosa yang telah dilakukan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Maha Suci Allah yang sangat baik, selalu memberikan kesempatan hamba-Nya untuk bertaubat. Bahkan hanya dengan istighfar, maka dosa kita akan digugurkan. Namun taubat terbaik tentunya adalah taubat nasuha (taubat dengan azzam tidak akan mengulangi lagi kesalahan-kesalahannya). Allaahu 'alam. MAHA SUCI ALLAH.
Ketika kita lelah menjalani kehidupan ini, ketika kita merasakan bahwa hidup ini berat, ketika kita merasa tak mampu lagi untuk menghadapi cobaan dan menanggung beban hidup ini, kita akan selalu merindukan syurga. Yah, rasanya ingin istirahat saja di syurga. Namun, untuk menuju ke sana, kita akan mengalami proses kematian. Dan, kematian itu menyakitkan. "Tidak ada kematian yang tidak menyakitkan". Itu adalah kutipan tausiyah dari teman mentoringku. Ia menceritakan tentang Rasulullah. Katanya meninggal itu seperti dikuliti (Allahu 'alam karena aku belum pernah meninggal). Yang pasti, Rasulullah sampai menyebut umatnya 3X karena saking cintanya beliau kepada kita (umatnya). Rasulullah saja, manusia terbaik, mengalami kesakitan ketika meninggal, apalagi kita?
(yang mau tau cerita lebih rincinya, silakan baca sirah (sejarah atau biografi) rasulullah).
Namun setelah kematian, apakah pasti kita langsung akan masuk syurga? Jangan-jangan disiksa dulu di alam kubur, jangan-jangan dicuci dulu di neraka. T_T Allahu 'alam, kita hanya bisa berusaha dan berdo'a supaya mati syahid atau minimal meninggal dalam keadaan khusnul khatimah, diberikan kemudahan di dunia dan di akhirat, dibebaskan dari siksa kubur dan dilindungi dari api neraka, serta dimasukkan ke dalam syurga-NYA.
Yah, ketika nabi Adam dan Siti Hawa diturunkan ke bumi dari syurga (QS. Al-Baqarah 30-52), Allah berfirman "Turunlah kamu dari syurga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati" (QS. Al-Baqarah: 38)
Petunjuk dari Allah itu jelas adalah Al-qur'an. Dan memang seharusnya kita membaca, mentadaburi (mempelajari / mendalami), dan mengamalkannya. (Ini adalah nasehat untuk diriku sendiri pada khususnya)
Kado, memang sebagai tanda ukhuwah (persaudaraan, persahabatan, silaturahmi). Selain itu juga sebagai salah satu dari bentuk rasa sayang dan cinta kepada saudara, sahabat, orang tua, dll.
“Hendaknya kalian saling memberi hadiah, niscaya kalian akan saling
mencintai.” (HR. Al Bukhari)
Namun, apakah ukhuwah dan cinta hanya diungkapkan ketika milad saja?
Do'a, kenapa do'a harus diumbar2? bukankah salah satu do'a yang dikabulkan adalah do'a yang tidak diketahui oleh yang dido'akan? Do'a yang tulus dan ikhlas ditujukan untuk saudaranya tersebut.
“Sesungguhnya do’a seorang muslim kepada saudaranya di saat
saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa’a yang mustajab (terkabulkan).
Di sisi orang yang akan mendo’akan saudaranya ini ada malaikat yang
bertugas mengaminkan do’anya. Tatkala dia mendo’akan saudaranya dengan
kebaikan, malaikat tersebut akan berkata: Amin. Engkau akan mendapatkan
semisal dengan saudaramu tadi.” (HR. Muslim)
Sahabat, aku sangat senang mendapatkan hadiah, kasih-sayang, dan cinta dari kalian. aku sangat bersyukur. Namun, kado dan ukhuwah terbaik yang pernah aku rasakan adalah do'a-do'a tulus kalian yang pernah kalian berikan ke aku. Yang memang tidak nampak nyata tapi aku sangat merasakannya. Bahkan mungkin, sebagian dari kesuksesanku selama ini, hidayah yang aku terima selama ini, sembuhnya aku dari penyakitku yang bahkan saat itu dokter memvonis aku tidak akan pernah bisa sembuh, dan ketika aku sakit yang lain kemudian sembuh, salah satu perantaranya adalah do'a-do'a dari orang-orang yang tulus, kedua orang tuaku, dan kalian para saudara dan sahabatku. Aku sangat percaya dengan kekuatan do'a. Do'a dari orang-orang yang aku cintai dan atau mencintaiku yang tulus dan sungguh-sungguh. :-)
Sahabat, keinginan dan harapan terbesarku adalah:
"Aku selalu istiqomah dalam kebaikan hingga aku meninggal dalam keadaan khusnul khatimah, menjadi sebaik-baiknya manusia, menjadi bagian dari solusi permasalahan umat, dan menjadi golongan dari umat terbaik di akhir zaman":-)
Dan kado terbaik dari kalian adalah jika kalian sudi mendo'akan aku itu dengan tulus. :-)
Jazakumullaahu khairan katsiran untuk setiap kebaikan kalian selama ini. :-)
Langganan:
Postingan (Atom)