Saya dan suami sama-sama memiliki hobi tracking. Saat mempunyai bayi, kami ingin sekali membawanya naik gunung. Tentu kami harus memperhatikan safety procedure. Dari jauh-jauh hari kami berdiskusi, hingga memutuskan untuk membawa Baby Zahran tracking saat ia berusia 6 bulan. Saat itu ia masih ASI eksklusif dan baru memulai serta belajar MPASI.
Mengapa saat berusia 6 bulan? Karena pada usia 6 bulan, Baby Zahran sudah mampu duduk meskipun dengan bantuan. Hal ini berarti ia sudah siap digendong menggunakan baby carrier. Saat itu kami memilih menggunakan baby carrier tipe hip seat. Pada tulisan saya kali ini, saya akan sharing tentang pengalaman kami membawa Baby Zahran yang saya rangkum langsung menjadi tips membawa bayi naik gunung.
Pertama, membentuk tim perjalanan. Idealnya, satu tim berisi sekitar tiga hingga lima orang yang bisa dipercaya. Saat membawa bayi, sebaiknya kita tidak mengikuti trip umum yang anggotanya terlalu banyak karena fokus utama saat perjalanan harus ada pada bayi. Trip umum biasanya beranggotakan lebih dari 8 orang dan belum tentu expert semua. Kebanyakan malah beranggotakan pemula yang perlu dijaga secara khusus.
Kedua, menentukan medan perjalanan dan banyak mengumpulkan referensi tentangnya. Sebaiknya pilih gunung yang medannya tidak terlalu berat dan tidak terlalu tinggi, apalagi jika perjalanan bersama bayi dilakukan pertama kali. Usahakan banyak membaca catatan perjalanan dan bertanya kepada orang yang pernah ke sana secara langsung. Sebisa mungkin, medan tracking kita ketahui gambarannya secara jelas. Referenai berpengaruh pada pembuatan itinerary.
Ketiga, membuat intinerary (rencana perjalanan). Itinerary dibuat dengan mempertimbangkan berbagai situasi dan kondisi. Jangan hanya membuat yang versi ideal saja. Masukkan kemungkinan terburuk pada itinerary, misalnya: hujan, badai, perjalanan lambat, dan lain sebagainya. Sebaiknya membuat plan A dan plan B atau beberapa plan.
Keempat, membuat list perlengkapan sesuai safety procedure naik gunung. Perlengkapan yang dilist bukan hanya perlengkapan bayi, namun juga perlengkapan tim (perlengkapan bersama) dan masing-masing anggotanya. Bukan hanya bayi yang harus memperhatikan safety procedure dalam perjalanan. Seluruh anggota tim harus memperhatikannya, meskipun mereka tergolong expert. Sebaiknya tidak ada list perlengkapan yang ditinggalkan karena berasumsi. Misalnya, "Ah, gunungnya gak tinggi ini, gak usah bawa sleeping bag lah." Atau, "Beberapa hari ini cerah, paling nanti juga cerah. Gak usah bawa ponco lah." Dan lain sebagainya. Jika perlengkapan yang tidak dibawa ternyata dibutuhkan, akan membuat sulit tim.
Kelima, repacking (packing ulang) bersama di hari H. Meeting point harus dilakukan minimal satu jam sebelum jadwal keberangkatan. Waktu tersebut digunakan untuk repacking bersama. Hal tersebut perlu dilakukan untuk memastikan semua list perlengkapan tim dan masing-masing anggota terbawa. Jika ada yang kurang, bisa dicari saat itu juga. Selain itu, repacking perlu dilakukan untuk membagi beban sesuai kesanggupan masing-masing anggota tim. Misalnya: porter tentu membawa beban barang lebih berat.
Keenam, seluruh anggota tim harus dalam kondisi fit, termasuk bayi. Jangan sampai niatnya ingin bersenang-senang, namun malah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Ibu dari bayi juga harus selalu fit. Pada saat tracking, sebaiknya ibu dari bayi tidak membawa beban terlalu berat dan tidak boleh terlalu lelah (terutama jika bayi masih ASI eksklusif), supaya produksi ASI tetap lancar. Bayi sebaiknya digendong oleh papa atau porter khusus supaya ibu bisa lebih fokus mengawasi bayi sepanjang perjalanan. Bayi ASI eksklusif sebaiknya diberikan banyak ASI supaya tidak kelaparan, tidak sakit, dan tidak kedinginan. Bayi yang sudah makan MPASI juga sebaiknya diberikan makan yang banyak.
Ketujuh, apapun yang terjadi, bayi harus tetap menjadi prioritas utama. Ibaratnya, meskipun selangkah lagi sampai di puncak gunung, jika bayi tidak memungkinkan kondisinya, maka wajib segera turun lagi. Hal tersebut dilakukan demi keselamatan bayi. Karena membawa bayi naik gunung hukan hanya sekedar untuk gaya-gayaan. Bayi bukan sekedar properti yang hanya digunakan untuk berfoto-foto.
Demikian sharing tips membawa bayi ASI naik gunung ala Mama Zahran. Mudah-mudahan bermanfaat. Baca juga List Perlengkapan Bayi Saat Naik Gunung di: http://dewikusumapratiwi.blogspot.co.id/2018/01/list-perlengkapan-bayi-saat-naik-gunung.html
Saya bisa dihubungi melalui:
Instagram: @dewikusumapratiwi
#day29 #30dayswritingchallenge #30dwcjilid9 #squad7 #fightersquad7