Jika hanya satu surat dalam Al-qur’an yang turun, cukuplah QS. Al-Ashr. “Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beramal soleh. Dan saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran”
Secara umum, taqwa adalah menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Secara harfiah, taqwa berarti takut dengan kesadaran yang tinggi. Dapat dianalogikan dengan takutnya seorang anak terhadap orang tuanya namun tetap ingin dikasihi.
Surat yang didahului dengan ayat Alif Laaaaaammiim berarti mengundang perhatian dengan sangat.
Al-qur’an diturunkan dengan kebenaran yang nyata.
Kitab itu adalah bimbingan bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu:
- Yakin kepada yang ghaib
- Mementingkan kepedulian dengan berinfaq
- Yakin kepada seluruh kitab Allah, khususnya Al-qur’an
- Yakin kepada hari kiamat
Orang-orang yang bertaqwa akan mendapatkan hidayah dan kesuksesan, berupa:
- Allah selalu membuka jalan keluar untuk setiap masalahnya à QS. Ath-Thalaq (65:2),
Allah akan mencukupkan keperluannya, memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka à QS. 65:3, “Barangsiapa yang bertaqwa kepada ALLOH niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rejeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya”
Rezeki adalah pemberian Allah, sesuatu yang dimakan dan diminum, sesuatu yang dipakai, dan sesuatu yang diinfakkan (ini meruoakan rezeki abadi)
- Memudahkannya dalam semua urusannya à QS. 65:4 “...Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. 65:4)
Contoh urusan: rezeki, amanah2 (akademik, amanah dakwah, amanah sebagai orang tua, anak atau suami), jodoh, dll.
Allah menghapus kesalahan2nya dan akan melipatgandakan pahala baginya à QS. 65:5,
“….Dan Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya”
Tidak ada beban yang lebih berat daripada dosa. Dosa membuat urusan2 menjadi sulit.
- Mendapatkan furqan (pembeda), mana yang benar dan mana yang salah, mana yang harus disikapi dan mana yang tidak.
Salah satu dalam do’a pada al-Matsurat, penyakit2 taqwa yang kita berdo’a untuk dihindarkan daripadanya adalah:
- Kebingungan (kegelisahan)
- Kesedihan (frustasi, futur, bete)
- Kelemahan (tenaga, akal, ruhiyah)
- Sikap pengecut (takut resiko dalah berbagai hal: ibadah, berjuang, belajar, dll)
- Hutang (hutang uang, hutang urusan yang tertunda seperti: belajar yang ditunda2 sehingga materinya menumpuk, gak dateng pembinaan beberapa kali sehingga akhirnya jadi sungkan untuk dateng lagi karena ‘hutang’ (gak dateng pembinaan) yang menumpuk, hafalan yang ditunda2, pengerjaan tugas dan amanah yang tertunda2 sehingga menumpuk)
- Kesewenangan orang lain
Unsur-unsur atau elemen-elemen taqwa dari segi pengalaman:
1. Mu’ahadah (merasa / yakin terikat janji dengan Allah)
Sesungguhnya kita telah terikat janji dengan Allah, yaitu: Dalam bacaan Al-Fatihah kita “Hanya kepada-Mu lah aku menyembah dan hanya kepada-Mu lah aku memohon pertolongan”. Selain itu, dalam do’a kita di Al-Ma’tsurat yaitu sayyidul istighfar yang isinya muhasabbah.
2. Muraqabah (merasa diawasi (direkam) oleh Allah SWT)
Muraqabah adalah puncak ibadah, yaitu ihsan : beribadah kepada Allah hingga melihat Allah atau minimal merasa bahwa Allah melihatnya. Perhatikan diri kita ketika sholat, apakah kita sudah bermuroqobah?
3. Muhasabbah (menghisab diri)
Tiga hal yang perlu dihisab: lahir, batin, dan akal.
Cara bermuhasabbah: merenung dan berdzikir setelah sholat, curhat tentang amalnya yang gak naik-naik, merenungi diakhiri dengan istighfar (dalam al-ma’tsurat, “Yaa Allah, malam sudah datang lagi, siang sudah pergi lagi, banyak dari hamba2-Mu yang memohon kepadamu. Maafkan aku yang tidak optimal hari ini, yaa Alla”, muhasabbah secara runtut menghisab dirinya tentang kebaikan dan keburukan yang telah banyak dilakukan.
4. Mu’aqabah (mengiqab diri)
Umar bin Khathab pernah ketinggalan sholat ashar berjama’ah karena sibuk menggarap kebunnya di Madinah. Beliau melihat rombongan kaum muslimin. “Dari mana kalian berombongan?” “Loh, kok kamu bertanya seperti itu, Umar” “Aku kan berhak bertanya kepada kalian” “Kami dari masjid, sholat ashar berjama’ah”. Seketika itu Umar meminta ampun kepada allah karena telah lalai gara2 perkebunannya sehingga beliau menginfakkan seluruh kebunnya yang telah membuatnya lalai sholat ashar. Bagaimana dengan kita?
5. Mujahadah (berjihad = bersungguh-sungguh)
- Istimror, mau damwan (rutin, kontinu)
Contoh: mau meluangkan waktu antar maghrib-isya untuk hafalan al-qur’an, mau meluangkan waktu setelah shubuh dan asharnya untuk membaca Al-Ma’tsurat, dll.
- Marhaliah, mau bertahap
Contoh: belum menjadi kader inti, mau mengikuti tahapan atau proses pembelajaran untuk mengejar ketertinggalan dari teman2nya dan terus berusaha menjadi lebih baik.
Tentang hadits arba’in ke-18: Dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdurrahman, Mu’adz bin Jabal radhiyallahu 'anhuma, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda : “Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan susullah sesuatu perbuatan dosa dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik”.
(HR. Tirmidzi, ia telah berkata : Hadits ini hasan, pada lafazh lain derajatnya hasan shahih) [Tirmidzi no. 1987]
- Bertaqwa kepada Allah di manapun dan dalam keadaan apapun
- Mengikuti keburukan dengan kebaikan
- Memperlakukan manusia dengan ihsan
Ketaqwaan belum lengkap kalau belum memperhatikan kebersamaan. Dalam hadits arba’in ke-35: Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda : “Kamu sekalian, satu sama lain Janganlah saling mendengki, saling menipu, saling membenci, saling menjauhi dan janganlah membeli barang yang sedang ditawar orang lain. Dan jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, maka tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, mendustainya dan menghinakannya. Taqwa itu ada di sini (seraya menunjuk dada beliau tiga kali). Seseorang telah dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim haram darahnya bagi muslim yang lain, demikian juga harta dan kehormatannya”. [Muslim no. 2564]
- Jangan saling membelakangi / menjauhi
- Jangan membeli sesuatu yang sudah dibeli orang lain (termasuk mengkhitbah seseorang yang telah dikhitbah oleh saudaranya)
- Jadilah hamba Allah yang bersaudara
Taqwa tidak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain, bukan hanya beribadah saja, tidak terpengaruh dengan apapun (tidak perlu membenci politik karena taqwa letaknya di dalam qalbu).
Dalam QS. Ali Imran:133-135, "Dan bersegeralah Kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa." (QS. Ali Imran: 133)
"(yaitu) orang yang berinfaq baik di waktu lapang atau sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan." (QS. Ali Imran: 134)
"dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau mendholimi diri sendiri, mereka bersegera mengingat Allah lalu, memohon ampunan atas dosa-dosanya dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedangkan Mereka mengetahui." (QS. Ali Imran: 135)
- Raih syurga yang seluas langit dan bumi
- Berinfak di waktu yang lapang dan sempit
- Mema’afkan kesalahan orang lain
- Sadar diri akan perbuatan kejinya lalu memohon ampunan
Harta, rizki, jodoh, kemenangan adalah hal DUNIAWI. Tapi kalo kita tidak mendapatkannya atau sulit untuk mendapatkannya, ketaqwaan kita dipertanyakan karena Allah telah berjanji memberikan kemudahan dan pertolongan dalam setiap urusan-urusan bagi orang2 yang bertaqwa.
Kapan batas sabar itu? Dalam QS. Al-Baqarah:214. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, pada-hal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh mala-petaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”
Jadi batas kesabaran adalah ketika pertolongan Allah tiba. ^^
Wallahu ‘alam bo showab
[Notulensi Kajian tentang Taqwa bersama ustadz Asep Rodhi]