Sore ini aku Mendapat kesempatan untuk bertemu dan banyak sharing dengan saudariku, Zainab Nururrohmah. Ternyata "pikiran" kita hampir sama. Pikiran tentang apa? Tentang ukhuwah ini,
Ukhuwah, kata2 yang sering terucap dan terdengar. Tapi, apakah maknanya telah sampai pada hati kita? Apa hanya masuk melalui telinga kanan dan keluar melalui telinga kiri? Ukhuwah, kata yang sangat indah, dan terkesan lebih indah lagi jika dibuatkan puisi kemudian disebar melalui sms, dikirim kepada orang2 yang kita cintai. Ukhuwah, apakah hanya sekedar indahnya kata2?
Aku mengenal ukhuwah ini melalui kalian.
Sore itu (liburan semester II), aku pulang dari syuro persiapan danus IsEF untuk keesokan harinya. Aku bukan anggota divisi danus tapi memang aku suka nyusup ke syuro2 divisi di IsEF, bahkan syuro tim inti pun aku ikuti. Apa niatku saat itu ya? Sepertinya aku hanya sekedar ingin belajar bersama kalian yang selama ini banyak menginspiraiku. Saat itu aku masih tinggal di asrama putri ITB. Kamarku telah rapi karena aku sudah melakukan packing dari hari sebelumnya. Sebenarnya aku ingin pulang siang itu juga tapi sepertinya lebih baik aku mengundurnya sehari untuk membantu panitia IsEF mencari danus. Aku putuskan, aku pulang ke jakarta besok sore untuk menjenguk ayahku yang telah pulang dari rumah sakit sejak seminggu lalu setelah sekitar 1 bulan di rumah sakit.
Tapi, baru aku duduk di kasur dan mencoba menyapa anak2 calon 2010 (saat itu ada 4 orang calon anak 2010 yang menginap di kamarku), aku mendapatkan telepon dari rumah. Tanpa basa basi, suara mbak terdengar, "Dewi, cepat pulang sekarang juga! Pokoknya bisa gak bisa harus pulang sekarang juga!" Jantungku mulai berdetak tidak teratur. Ditambah ketika aku mendengar suara tangis di belakang suara mbak. Dan suara teriakan yang menunjukkan saat itu ibuku sedang pingsan. T_T Tidak bisa berpikir lagi saat itu aku langsung ambil tas langsung pergi.Aku pamit ke adik2 2010, "kk pulang dulu ya?" "kok mendadak kak? kan kita baru sebentar ngobrol2nya" "iya" Aku menjawab singkat dan langsung pergi. Saat itu adzhan maghrib, aku belum tau nomor kontak travel.
Ketika aku keluar dari gerbang asrama, Aku mencoba menelpon ibu, tapi Dikky, adik aku yang kecil yang mengangkatnya dan akupun mendengar tangisannya. "De', knapa?" Adik kecilku, dia menangis tersedu. "ayah meninggal mbak" T_T Aku menutupnya dan mempercepat langkah kakiku dalam kondisi yang lemas, tapi aku berusaha untuk kuat. Aku sms sahabat terbaik yang sekaligus menjadi saudariku selama di bandung. Aku tidak berani mengungkapkan apa yang terjadi. Aku hanya sms, "Pit, aku pulang. Tiba2 aku disuruh pulang dan aku gatau kenapa aku harus pulang sekarang. Aku takut Pit. T_T". Saat itu juga Pipit nelpon aku dan menenangkan aku, dia bilang, "semoga aja ga terjadi apa2. Dewi jangan panik ya? Sekarang nyampe mana? Pit anter ya ke jakarta?" Karena aku hanya ingin sendiri, aku menolak tawarannya. Aku jalan kaki menuju tempat angkot dan naik angkot ke leui panjang. Karena sudah malam, bus damri jurusan leui panjang sudah tidak ada jadi terpaksa aku harus muter ke kalapa dulu baru ke leui panjang. Sepanjang perjalanan aku menangis dan aku membawa harapan kosong, aku berharap ini hanya mimpi, aku berharap tidak terjadi hal2 yang tidak aku harapkan, aku berharap apa yang aku dengar tadi salah. Aku berusaha melipatgandakan harapanku. Bahkan aku berdoa kepada-NYA, "Yaa Allah, katanya Engkau Maha pengabul do'a? Tolong kabulkan do'aku kali ini, tolong jangan ambil ayahku sekarang yaa Allah. masih banyak yang belum aku berikan padanya, masih banyak dosaku padanya, aku ingin meminta maaf padanya yaa Allah, aku ingin membuatnya bahagia yaa Allah. Tolong beri aku kesempatan. T_T" Aku juga berdo'a, "Yaa Allah, seandainya memang ayahku sekarang meninggal, tolong kembalikan lagi yaa Allah. kembalikan ia ketika aku sampai di rumah. Tolong yaa Allah." Aku tidak tau apakah do'aku ini salah, tapi itu yang terucap ketika itu.
Di dalam perjalanan yang aku rasakan cukup panjang (sekitar 4 jam), banyak sekali yang aku pikirkan, kalut, takut, sedih tak terhingga, berharap, bahkan aku berpikir, seandainya ayahku memang pergi, aku akan menjadi anak yatim? anak yatim? selama ini aku senang sekali ketika aku bisa menyenangkan hati anak2 tetangga2ku yang yatim/piatu, tapi kini aku menjadi bagian dari mereka? Gelar itu, gelar itu aku sukai karena dengannya aku memiliki ladang amal, tapi saat itu aku merasa gelar itu, aku sangat tidak menyukainya karena harus aku yang menyandangnya. T_T
Aku tidak menginginkan itu ya Allah karena aku yang ingin terus beramal baik untuk mereka, bukan orang lain yang beramal baik untuk aku. T_T
Sedih....sekali ketika aku berpikir, ayahku telah pergi... ayahku tidak dapat menjadi teman cerita dan teman bercandaku lagi. Ayah yang selama ini berjuang keras, memeras keringat, memutar otak, menguras tenaga, dan menaruhkan nyawa, semuanya hanya demi aku? T_T Dan apa yang telah aku lakukan selama ini untuknya? Bukan membahagiakannya tapi berbuat banyak dosa kepadanya. T_T
Allah, aku ingin meminta maaf kepadanya dan tolong berikan aku kesempatan untuk mebahagiakannya. Aku ingin beliau menjemputku di sabuga pada tahun 2013 nanti karena pada tahun 2009 kemarin beliau telah megantarkanku ke sini, ke sabuga dan ke kampus ini, kampus yang dibanggakan jutaan orang tua termasuk beliau. Aku ingin beliau menyaksikan aku maju ke hadapan rektor untuk menerima predikat cumlaude. Aku ingin beliau merasakan gaji pertamaku nanti. Aku ingin pergi haji bersamanya, bersama ibuku tercinta juga. Aku ingin beliau menjadi wali ketika aku menikah nanti, bukan orang selainnya. T_T
Ketika aku turun dari bus, aku berharap ayahku yang menjemputku seperti biasa. Tapi bukan beliau, malah tetanggaku. T_T Aku tidak suka ini! Di sepanjang perjalanan ini, biasanya aku berdua dengan ayah, aku cerita tentang kisah2ku di kampus, cerita tentang kampus kebanggan, cerita tentang kuliahku, cerita tentang sahabatku, cerita tentang teman2 TPBku, dan cerita tentang Gamais (hal yang paling ayah senangi karena dari dulu ayah selalu ingin aku masuk kerohanian islam supaya aku dapat bergaul bersama orang2 yang (insya Allah) soleh).
Ketika sampai di rumah, rumahku telah ramai, banyak orang, banyak yang menyambut dan menuntun jalanku. Aku sangat tidak suka dengan itu. Apa2an sih? Aku bisa kok jalan sendiri, dan aku tidak suka rumahku ramai seperti ini karena aku ingin bertemu ayah dan aku ingin bercerita padanya. Aku ingin bercerita kalau selama ini aku gak bisa pulang dalam jeda yang agak lama karena aku mengikuti acara Gamais seperti yang ayah mau. Aku ingin meminta maaf karena sudah lama aku tidak menjenguknya.
Tapi,,,, ketika masuk rumah aku memeluk ibuku. Di sana, ibuku tampak berusaha menguatkan aku. "Sabar ya sayang. Sekarang ayah udah gak sama kita lagi. Kita harus bisa belajar sendiri" T_T
Loh? Ini kebalikan bu, harusnya aku yang bilang gini sama ibu. Aku yang harusnya menguatkan ibu. Tapi saat itu akulah yang lebih lemah. Aku mencoba sms Pipit, "Pit, ayahku meninggal". Kemudian pipit langsung menelpon, dia tampak berusaha menghibur dan aku hanya mengiyakan semua perkataannya karena saat itu aku tidak berani mengungkapkan perasaanku. Setelah telpon ditutup, aku mendekati jenazah ayahku, di sana aku melihat wajahnya yang tampan, badannya yang sudah tidak kering lagi (seperti yang aku lihat ketika awal masuk rumah sakit yang ke dua, saat itu ayahku sangat kurus dan terlihat hanya tinggal kulit dan tulang karena kanker yang menggerogoti paru-parunya), saat itu aku melihat badannya segar, wajahnya terlihat sedikit senyum, seperti orang tertidur pulas. Subhanallaah, katanya ayahku meninggal dengan mengucapkan kalimat syahadat, dengan tuntunan ibuku. Ayahku juga meniggaal tanpa bantuan tabung oksigen (saat itu telah dilepas 1 hari karena permintaannya) dan ayahku dalam keadaan sehat saat itu, sudah mulai banyak makan karena saat sakit makanan tidak dapat masuk, mau minum susu, dan nafasnya sangat teratur dan halus ketika beliau hembuskan yang terakhir. Air mataku pun tak tahan untuk jatuh walaupun orang2 di sekitarku mengingatkanku untuk tidak menjatuhkan air mata di depannya. Aku ingin menciumnya lagi tapi karena mataku basah aku dihalangi oleh orang. Ketika aku membacakan ayat-ayat Al-qur'an di sampingnya, air mataku pun terus mengurai. Banyak suara2 di sekitarku, suara yang berusaha menasihati dan menguatkanku. Dan ketika aku mendapatkan sms dari seorang temanku dari Blitar (hah? kenapa dia yg sms aku pertama kali? dapet info dari mana dia? padahal dia hanyalah teman facebook). Aku mengabaikan sms nya. Kemudian masuk lagi sms berturut2, dan itu berasal dari Adam, Yazid, Fahmi, Aris, Mirnov, dll. Aku sangat tersentuh dengan kata2 mereka, aku merasa sangat terkuatkan, aku merasa hidupku tidak secacat ketika aku harus menerima kenyataan ini, aku merasa memiliki keluarga spesial yang menguatkan. Kata2 motivasi mereka yang panjang, aku tidak begitu mengingatnya, tapi yang paling aku inget adalah, "kalau nanti dewi perlu apa2, bilang ke kami ya? kami teman2 gamais insya allah siap membantu" dan kata2 yang tak akan pernah aku lupakan dan akan terus menjadi memori indah adalah. "KARENA KITA KELUARGA," Mereka bilang, mereka tidak dapat berkunjung ke rumah saat itu karena mereka masih ada acara di Bogor. Ketika itu, entah kenapa kata KARENA KITA KELUARGA terasa bukan hanya sekedar slogan.
Entah jam berapa, aku merasa sangat lemas, lelah, badanku terasa gak enak, dan kepalaku pusing. Akupun tertidur. Dalam tidurku aku masih berarap kalau ini hanyalah mimpi, ketika aku bangun, aku berharap ayahku juga bangun dan mendengarkan ceritaku serta memelukku. Tapi, sekitar pukul 3 kalau gak salah aku dibangunkan nenekku, "ndhuk, bangun. Sana temani ayah sebelum ke tempat terakhirnya. Doakan ayah ndhuk, bacakan Al-qur'an di sampinganya. Tuh, dari tadi lantunan ayat Al-qur'an dari tetangga dan saudara2 gak berhenti, kamu ikut gabung ya?" Ah, kenapa ini bukan mimpi? Kenapa ayahku belum bangun juga?? Aku mengambil air wudhu dan melakukan QL. Di sana aku berdoa. Kemudian aku menghampiri ayahku dan gabung dengan tetangga2 dan saudara2 untuk membaca Al-qur'an bersama di samping ayahku.
Hingga pagi hari ketika ayahku dimandikan dan disholatkan, aku menyempatkan utnuk membalas sms2 teman2ku, dan aku hampir lupa memberi tahu teman2ku di SMA. Hanya 2 orang sahabatku yang aku sms. Dan setelahnya banyak sms masuk, dari kakak2, teman2 , dan adik2 Rohis. Secepat itukah info tersampaikan ke mereka? Subhanallaah ukhuwah islamiyah ini. Gamais (Keluarga Mahasiswa Islam ITB) dan Rohis (Rohani Islam SMAN 65 Jakarta), merekalah keluargaku.
Ketika pemakaman ayahku, dari teman2ku, hayalah satu orang yang berkesempatan untuk mengikuti proses pensholatan jenazah dan pemakaman ayahku. Dia bersama mama dan papanya. Awalnya dia bukanlah teman dekatku, hanyalah sebatas teman OSIS. Jurusan kami pun berbeda sehingga kelas kami agak berjauhan. Tapi beberapa bulan yang lalu ayahku mengantarkanku ke rumahnya untuk mengantarkan file untuk acara kampus ekspo dari jaringan alumni 65 angkatan 2009. Di sana ayahku kenal dengan papa temanku ini dan mungkin karena sama2 dari Jawa dan yang paling utama pastinya karena Allah, mereka menjadi akrab dalam waktu beberapa menit dan di sini keluarga kami saling menyambung tali silatirahmi (insya Allah sampai sekarang). Mungkin sekarang aku menganggapnya saudara, walaupun jauh, dia di UI dan aku di ITB. Jazakumullaahu khairaal jazaa', Miranty dan keluarga, terima kasih atas kebaikan kalian selama ini. :-)
Aku dan ibu sengaja ikut bersama ambulance jenazah ayahku karena memang kami ingin dekat di hari2 terakhir pengantaran jenazahnya. Ketika di sana, aku sudah diinisiai oleh banyak orang untuk tidak meneteskan air mata selama pemakaman.
(Dengan memajukan alur), banyak orang sana (entah pengunjung atau warga sekitar karena ini hanyalah cerita yang aku dengar setelahnya) yang berkomentar, "siapa sih ini yang meninggal? banyak sekali yang mengantarkan? (dari pintu gerbang hingga makam yang hampir di belakang tempatnya)" ketika melihat nama di nisannya, katanya ada yang bilang, "oh, pantesan aja, orang pejabat hukum yang meninggal". Padahal ayahku bukan pejabat dan bukan orang hukum, nama ayahku Jaimin Suryadi Hartanto, dan di nisannya tertulis Jaimin S.H. Mungkin orang salah sangka.
Aku pernah mendengar dari sahabatku, ketika dulu staff TU sekolah kami ada yang meninggal, beliau adalah orang yang sangat dikenal baik masyarakat ,saat itu yang menyolatkan dan memakamkan sangat banyak lalu temanku berkomentar, "ketika 40 orang yang menyolatkan insya Allah beliau meninggal dalam keadaan baik". Wallaahu 'alam.
Dan aku juga banyak mendengar dari tetangga, teman2 ayahku para ustadz, mereka bilang, "subhanallaah, belum tentu ketika saya meninggal nanti seperti pak jaimin", dan kertika banyak yang merasa kehilangan, mereka para teman2 ayahku dari jakarta barat sampai jakarta timur, teman2 dan saudara2 dari pamanukan, dari boyolali, dari solo, dan mereka semua sangat merasa kehilangan dan bilang mas jaimin adalah orang yang soleh, banyak berkorban untuk sekitar, tulus, ramah sama semua orang bahkan hampir semua warga kampung rawa dan sekitarnya mengenal beliau sebagai orang yang ramah, tetap menyapa duluan walaupun orang lain cuek, tetap sabar walaupun dicerca, berjuang keras untuk keluarganya, dan banyak yang mengenalnya baik. Semua itu hanya menjadi kenangan bagi kami. Bahkan beberapa hari setelah sepeninggal ayah, masih banyak temen2nya dari luar jakbar, teman2 lamanya, teman2 seperjuangan ketika masih muda yang sekarang sudah banyak pindah dari daerah kami, mereka masih berkujung ke rumah. T_T
Aku hanya berharap ayahku juga meninggal dalam keadaan terbaik, khusnul khotimah dan di sana mendapatkan jalan dan tempat terbaik yang abadi. Dan aku berharap, aku, ibu dan kedua adikku tertarbiyah dengan baik supaya kami dapat saling menyelamatkan di akhirat nanti.
Dari sana, aku mulai menghapus air mataku. Aku harus mengikhlaskan kepergiannya, aku akan menghapuskan harapan2 bodoh seperti yang aku rasakan tadi malam karena menurutku itu hanyalah menghalangi ketenangan kepergian ayahku. Ayahku telah meninggal dengan cara yang baik dan aku harus mengikhlaskannya dan aku harus berhusnudzhon kepada Allah, mungkin Allah lebih mencintai ayahku daripada aku dan semua orang yang masih ada di dunia ini. Mungkin Allah ingin membahagiakan ayahku dan melepas bebannnya setelah sekian lama ayahku berlelah2, bersusah payah dan merasakan sakit demi memperjuangkan keluarga yang dicintainya.
Sms2 dari teman2ku masih terus saja masuk. Ada satu dari seorang kakak Rohisku yang selama ini banyak menginspirasiku, "yang bisa Dewi lakukan saat ini hanyalah menjadi amal jariyah untuk beliau yaitu anak soleha yang mendo'akannya". Dari sana aku mulai bisa menularkan kekuatan baruku untuk adik2ku dan mencoba menasehati mereka.
Ketika sampai di rumah, ternyata teman2, kakak2, dan adik2 Rohis sudah ada di rumahku. Aku merasakan ukhuwah di sini. Wah, setelah sekian lama kami tidak berjumpa, terutama kakak2 2007 nya. Mungkin dengan cara ini Allah menemukan kami kembali.
Kemudian siang menjelang sorenya hadirlah teman2 dan kakak2 dari Milis, Gamais, dan katanya Garda Ganesha. ^^ Kak Sri, kak Hari, Rizky, Lukman, Adit, Wahyu, Rosita, dan pastinya ada pipit juga (sepertinya ada yg lupa aku sebutkan, ma'af... ;-)
Aku sangat senang ketika mereka datang. Aku juga merasakah ukhuwah di sana. Indah sekali. Tapi sayanganya, saat itu ibuku masih sangat sibuk karena banyak sekali tamu yang datang sehingga ibuku tidak terlalu menyambut hangat mereka. Tapi ada eyang angkatku yang mewakilkannya. (seseorang yang dianggap bapak oleh ayahku sejak ayahku merantau di jakarta ketika masa mudanya hingga sekarang kami menjadi keluarga besar di jakarta karena kebetulan keluarga besarku yang sebenarnya ada di solo semua kecuali 1 keluarga omku dari ayahku).
Dan esok harinya datanglah empat sekawan tim inti IsEF, Adam, Yazid, Fahmi, Aris. Subhanallaah, mereka menyempatkan kepulangannya dari bogor untuk mampir kerumahku.
Di sinilah aku merasakan ukhuwah dan KELUARGA.
Ternyata memang bukan sekedar slogan, tapi ini nyata. Gamais, Rohis, Milis, merekalah keluargaku seseungguhnya yang care selama ini. Bukan hanya yang hadir fisik, tapi juga mereka yang hadir melalui sms. Aku sangat terharu dengan mereka semua, aku sangat bersyukur karena Allah mengirimkan mereka untuk menyayangiku, untuk care sama aku, dan untuk menjadi teman, sahabat, saudara dan keluargaku untuk berjuang di jalan ini. Bukan hanya saat itu saja, tapi hingga saat ini.
Itu kenapa aku sangat semangat sekali untuk membantu internal G09, misalnya menjarkom dan menginfokan ketika ada yang sakit atau kenapa2 SEPENGETAHUANKU.
Aku juga ingin mereka merasakan apa yang aku rsakan. Aku ingin mereka juga merasakan indanya ukhuwah yang aku rasakan yang mungkin jika diceritakan terkesan biasa saja tapi di hati ini masih membekas rasa keindahan.
Aku sangat sedih ketika mendengar di antara meraka ada yang sakit. Apa lagi jika yang sakit itu adalah orang yang selama ini banyak mengerjakan amanah2, amanah yang seharusnya ditanggung sekian banyak orang namun hanya segini orang yang menanggungnya sehingaa mereka mengalami double, triple, quarter bahkan multi job.
Ketika pipit sakit typus, memang salah satu kebodohanku tidak memprioritaskan untuk menjenguknya, aku hanya menyalami nya ketika ia dijemput bapak. Setelah itu aku tidak menjengukinya lagi ke rumahnya. Saat itu aku terlalu asyik dengan amanah2ku, aku hanya meng-sms-nya setiap hari dan dia selalu bilang udah gapapa, aku merasakan tenang padahal jelas2 dia belum ngampus lagi. Hingga dia benar2 sembuh dan kembali ke asrama, aku belum sempat menjenguk ke rumahnya. Maafkan aku pipit. T_T Semoga kebodohan ini tidak terulang lagi dan tidak aku ulang untuk teman2 yang lain juga.
Ketika Icha sakit sampai sekitar 2 minggu, bahkan mendengar kabarnyapun aku tidak. Sepertinya ketika postingan di group ttg sakitnya Icha, ketika itu aku pulang kampung beberapa hari, di sana aku tidak mendapatkan sinyal modem dan sulit sinyal AS. Hingga ketika Dera masuk Boromeus dan aku + temen2 menjenguknya, Dera menanyakan kabar Icha, aku baru tau dari situ kalo Icha sakit dan saat itu Icha udah sembuh. Maafkan aku Icha. T_T
Liana, selama ini aku belum banyak berbuat baik kepadanya bahkan aku belum menjadi sosok seorang sahabat buat dia padahal aku sekelas. Aku juga tidak begitu tau kehidupannya selama ini karena memang ketika bergaul dengan Liana, yang sering kami bahas hanyalah soal mata kuliah. Dia hadir di kelas ketika memang kuliah udah akan atau udah dimulai dan pulang lebih awal dariku. Ketika ia sakit, aku juga baru menjenguknya 2x, sebelum operasi dan setelahnya. Ketika dibawa pulang, aku belum sempat menjenguknya, hanyalah wacana, niat dan wacana bersama salah seorang teman dekatku di kelas, Ismi. Hingga Allah telah memanggilnya. Semoga Liana diberikan tempat terbaik. T_T Maafkan aku Liana, aku belum menjadi sahabat baik kamu. Aku belum melakukan apa2 buat kamu. T_T Semoga Allah memberikan kebahagiaan buat kamu di sana.
Kenapa ikhwan selalu super untuk mengerjakan pekerjaanya sendiri dan membantu pekerjaan akhwat juga?
Ketika Arbi sering sakit2an saat megang amanah menjadi kadiv acara OASIS. Aku merasa tidak dapat membantu apa2, juga tidak dapat meringankan bebannya, malahan mungkin hal2 yang seharusnya bisa aku kerjakan sebagai staffnya, malah dia juga yang mengerjakannya. Dia menunjukkan kepedulian terhadap jundinya karena memang saat itu, aku sedang double job dengan mametcar MPAM Himafi. Maafkan aku, Bi. T_T
Dan ketika Rizki (Khairun) sakit, semuaya berasa mendadak, ketika sorenya aku pamit dengannya bahwa aku tidak dapat membantu kepanitiaan di hari H P3I (Idul Adha Salman) karena aku harus pulang ke jakarta, aku menyerahkan plakat yang belum jadi ke dia pagi harinya dan kemungkinan dia juga yang menyelesaikannya, ternyata dia sedang sakit dan aku tidak tau. Sorenya ia sakit dan dibawa ke rumah sakit. Kemudian besok paginya, dia dibawa pulang ke Medan. T_T
Maafkan aku Rizki. T_T Semoga rizki segera sembuh dan cepet balik ke kampus lagi. Banyak yang menanti kehadiran Rizki di sini, dosen2 Rizki, temen2 Rizki, kakak2 dan temen2 Gamais + asrama, dan semuanya.
Ketika Rifqi menghilang selama +- 3 minggu ini. Aku juga tidak dapat berbuat apa2. Padahal selama ini aku satu amanah dengan dia, 3-4 bulan kami kerja bareng di tim mametcar MPAM Himafi, kita satu kelas di mekanika dan gelombang, satu shift praktikum di fisika komputasi, tapi aku gatau dia di mana bahkan ga pernah bisa ngehubungi dia via sms dan fb, gatau kabarnya, gatau dia kenapa, gatau dia sakit apa, ah, temen macam apa aku ini? T_T
Tapi, alhamdulillaah hari ini aku melihat rifqi sekilas ketika keluar dari lab fiskom. Dan memang aku belum sempat ngobrol dengannya untuk sekedar menanyakan kabarnya, kenapa dan di mana dia selama ini.
Ketika aku mendapat kabar dari Adam bahwa Andre sakit, ketika dikabarkan dia gejala typus dan belum dibawa ke dokter, ke mana temen2nya? Aku tidak bisa berbuat apa2, saat itu akupun juga sedang sakit di Jakarta. Tapi memang aku tidak akan pernah bisa menolongnya karena aku akhwat dan dia ikhwan. Apalagi ketika aku ingat status dia beberapa bulan yang lalu, ketika dia juga sakit, dia bilang "Ketika puluhan sms "syafaakallaah" masuk ke inboxku, mereka tidak mengirimiku sms seperti itu, tapi menemaniku di tempat tidurku, merawatku, hingga aku kembali tersenyum". Di sini, dalem banget maknanya. Seandainya aku adalah teman ikhwan Gamaisnya, aku akan berusaha berbuat lebih dan real sebagai anak Gamais daripada teman2 yang dia maksudkan di statusnya itu (jika memang aku tau kalau dia sedang sakit).
Ketika aku sharing dengan Zae (Zainab) ttg ini, dia pun berpendapat dan pernah merasakan hal yang sama terhadap hampir semua dari mereka yang aku sebutkan di atas. Seandainya tidak ada keterbatasan di antara kita, mungkin kami akan melakukan banyak hal untuk kalian, wahai para super pejuang.
Mungkin, dari semua kisah ini dapat menjadi pelajaran buat aku, Zae dan kita semua. Ukhuwah itu bukan hanya sekedar indahnya kata, tapi bukti yang nyata. Dan seminimal mungkin, ukhuwah itu terletak dalam do'a TULUS yang tidak diketahui oleh orang yang kita do'akan.
Mungkin memang usahaku untuk berukhuwah ini masih sangat minim, apalagi dengan segala keterbatasan ini, ketika kalian para sahabatku (akhwat) yang berada di wajihah lain, berada di prodi lain, mungkin di prodi sendiri pun aku masih belum bisa berbuat lebih, apalagi kalian yang di sana, bahkan kalian yang berada di univ lain, aku tidak akan sanggup untuk memperhatikan kalian semua satu persatu, menghibur kalian ketika kalian sedih SEPERTI APA YANG KALIAN LAKUKAN SAAT ITU, memberikan solusi ketika kalian mendapatkan masalah, merawat kalian ketika kalian sakit, memberikan hadiah ketika kalian milad, membantu kalian ketika kalian mengalami kesulitan, dan memenuhi kebutuhan kalian sebagai seorang sahabat. Apalagi untuk para sahabatku yang ikhwan, karena adanya batasan2 untuk kita, mungkin aku tidak akan bisa berbuat apa-apa untuk kalian selain do'a.
Tapi apa yang bisa aku lakukan dan aku tahu, mungkin akan aku lakukan untuk kalian. Dan kalian, kalian semua sahabat2ku, insya Allah akan ada dalam do'a2ku, sebagai sahabat2ku dan orang2 yang aku cintai. Ana uhibbukun fillaah, yaa ikhwah fillaah.
"Ukhuwah ini begitu indah KARENA KITA KELUARGA"